Mantaps! Industri Manufaktur RI 'Kokoh' di Tengah Ketidakstabilan Kondisi Ekonomi Global

Oleh : Ridwan | Senin, 29 April 2024 - 17:35 WIB

Industri logam dan baja
Industri logam dan baja

INDUSTRY.co.id - Jakarta - Konflik yang masih terus berlangsung di Timur Tengah, yaitu antara Iran-Israel, Israel-Palestina, maupun yang tengah terjadi di Laut Merah, serta ketidakstabilan kondisi ekonomi global mendorong kegiatan usaha pada bulan April ini mengalami penurunan. 

Kondisi ini berdampak pada peningkatan biaya logistik dan penurunan pesanan dari luar negeri khususnya bagi sektor industri yang berorientasi ekspor maupun industri yang berbahan baku impor. Hal ini tercermin pada hasil Indeks Kepercayaan Industri bulan April 2024 yang mengalami perlambatan ekspansi.

Indeks Kepercayaan Industri (IKI) bulan April 2024 menunjukkan bahwa kondisi umum kegiatan usaha sektor industri sedikit menurun dibanding bulan Maret 2024. Persentase jawaban responden yang menjawab kondisi usahanya meningkat dan stabil, turun dari 76,4% menjadi 73,9%. 

“Indeks Kepercayaan Industri (IKI) bulan April 2024 masih ekspansi 52,3, turun sebesar 0,75 poin dibandingkan Maret 2024 sebesar 53,05, meskipun ekspansinya melambat, hal ini merupakan sinyal baik untuk industri di tengah kondisi iklim usaha global saat ini,” ujar Juru Bicara Kementerian Perindustrian Febri Hendri Antoni Arif di Jakarta, Senin (29/4).

Penurunan nilai IKI dipengaruhi oleh menurunnya nilai variabel pesanan baru dan persediaan produk. Nilai IKI variabel pesanan baru menurun 2,32 poin menjadi 51,93 dan merupakan yang terendah sejak tahun 2024. Sedangkan nilai IKI variabel persediaan produk menurun 1,61 poin menjadi 54,02. 

Berbeda dengan kedua variabel lainnya, nilai IKI variabel produksi mengalami peningkatan 2,43 poin menjadi 51,76. Hal ini dikarenakan persediaan yang telah terserap optimal pada bulan Maret lalu perlahan mulai kembali diproduksi. Namun, peningkatan biaya produksi seperti biaya bahan baku, energi, dan peningkatan biaya logistik tentu berpengaruh pada harga jual dan keputusan berproduksi.

Lebih detail Febri menjelaskan penurunan nilai IKI terjadi pada 16 subsektor dari 23 subsektor industri pengolahan nonmigas. Selain faktor ketidakpastian ekonomi global, beberapa faktor yang mendorong penurunan nilai IKI adalah faktor musiman libur hari raya Idulfitri dan cuti bersama yang menyebabkan aktivitas industri menurun karena hari kerja berkurang. 

Kondisi dalam negeri seperti kenaikan harga bahan pangan yang mendorong masyarakat untuk lebih berhati-hati dalam membelanjakan uangnya juga berdampak pada penurunan nilai IKI pada periode ini.

Meskipun demikian, 19 subsektor masih mengalami ekspansi dengan kontribusi terhadap PDB tahun 2023 sebesar 87,7%. Ekspansi tertinggi dialami oleh industri makanan walaupun mengalami penurunan nilai IKI, diikuti oleh industri minuman yang juga mengalami penurunan nilai IKI, dan Industri Kulit, Barang dari Kulit dan Alas Kaki (nilai IKI meningkat). Bahkan, terdapat 2 (dua) subsektor yang mengalami perubahan level menjadi ekspansi, yaitu Industri Tekstil dan Industri Kayu, Barang Kayu, dan Gabus. 

Nilai IKI Industri tekstil pada April ini meningkat cukup signifikan dan menghantarkan industri ini mengalami ekspansi pertama kali sejak IKI dirilis pada bulan November 2022. 

Peningkatan nilai IKI industri tekstil ditunjang oleh peningkatan nilai IKI variabel produksi yang cukup tinggi dan variabel persediaan yang menunjukkan produknya terserap optimal ke pasar. Hal ini diduga sebagai dampak pemberlakuan Permendag No. 3 tahun 2024 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 36 Tahun 2023 Tentang Kebijakan dan Pengaturan Impor sehingga menekan masuknya produk impor. 

Walaupun demikian, kondisi pasar masih lesu terlihat dari nilai variabel pesanan baru yang masih terkontraksi, terutama pasar domestik. 

Sedangkan, kenaikan level ekspansi Kayu, Barang Kayu, dan Gabus didorong oleh peningkatan produksi dan penyerapan persediaan produk untuk memenuhi pesanan sebelumnya dari luar negeri.

Sementara itu, terdapat 4 (empat) subsektor yang mengalami kontraksi setelah sebelumnya mengalami ekspansi yaitu Industri Alat Angkutan Lainnya, Industri Komputer, Barang Elektronik & Optik, Industri Logam Dasar, dan Industri Furnitur. 

Penurunan nilai IKI subsektor Industri Alat Angkutan Lainnya disebabkan oleh penurunan pesanan domestik, ditunjukkan oleh menurunnya penjualan sepeda motor pada periode libur Lebaran sehingga aktivitas produksi dan pengiriman terhenti, serta pola konsumsi masyarakat.

Demikian pula dengan subsektor Industri Komputer, Barang Elektronik & Optik yang mengalami penurunan nilai IKI pesanan baru karena penurunan pesanan domestik. 

Selain itu, pada industri ini, ketergantungan impor komponen elektronik sangat tinggi sehingga terkena dampak pemberlakuan regulasi tata niaga impor. 

Penurunan IKI subsektor Industri Logam Dasar utamanya disebabkan penurunan pesanan domestik dan harga jual dalam negeri akibat peningkatan depresiasi rupiah. Namun, sebaliknya untuk industri logam dasar yang berorientasi ekspor justru mengalami peningkatan salah satunya akibat isu penimbunan bahan baku untuk HS 72 (Besi dan Baja) oleh Tiongkok. 

Ini berbeda dengan subsektor industri furnitur yang penurunannya didorong oleh menurunnya pesanan baru dari luar negeri akibat ekonomi negara mitra serta faktor musiman libur Hari Raya.

Perlambatan nilai IKI dan penurunan kegiatan usaha industri tidak membuat pelaku usaha industri di Indonesia pesimis, justru optimisme pelaku usaha enam bulan ke depan terus naik dari 72,3% menjadi 72,7%, yang merupakan nilai tertinggi sejak IKI dirilis. 

Adapun subsektor yang paling optimis dalam enam bulan ke depan adalah subsektor industri kertas dan barang kertas, diikuti industri pencetakan dan reproduksi media rekaman, serta industri makanan. Tingkat optimisme yang tinggi ini dikarenakan kepercayaan pelaku usaha terhadap kebijakan pemerintah pusat, dan perbaikan kondisi ekonomi global kedepan.

Komentar Berita

Industri Hari Ini

Kunjungan PKSPL LRI IPB ke Pelabuhan PT. Karya Citra Nusantara (KCN)

Rabu, 15 Mei 2024 - 21:58 WIB

Lakukan Kunjungan ke KCN, IPB Siap Cetak Talenta Terbaik Industri Kepelabuhan

Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan Lembaga Riset Internasional Kemaritiman, Kelautan dan Perikanan Institut Pertanian Bogor (PKSPL LRI IPB) bekerjasama dengan Direktorat Jenderal Perhubungan…

Ilustrasi marketing

Rabu, 15 Mei 2024 - 21:20 WIB

Strategies for Product and Sales, Together With Marketing Mix to The Business Strategy

Nowadays, with digital technology advancing at a rapid pace, it's incredibly simple to do a variety of jobs at home or at work. Since the advent of digital technology and the capacity to connect…

Ilustrasi industri kosmetik

Rabu, 15 Mei 2024 - 21:02 WIB

How can Chinese Cosmetic Brands Seize The "Hot Land" of The Indonesian Market?

The Indonesian cosmetics market has huge potential, becoming a new blue ocean. Indonesia is the world's largest archipelagic country and the fourth most populous nation, with an average age…

President & Managing Director KPJ Malaysia Mr. Chin Keat Chyuan

Rabu, 15 Mei 2024 - 20:28 WIB

Perkenalkan Perawatan Kesehatan Canggih di Indonesia, KPJ Healthcare Gelar KPJ EXPO 2024

KPJ Healthcare Berhad (KPJ Healthcare atau Grup) akan menggelar Pameran Kesehatan KPJ pertamanya KPJ EXPO 2024 (KPJHX 2024) yang digelar selama empat hari mulai dari tanggal 16 hingga 19 Mei…

Bank BCA

Rabu, 15 Mei 2024 - 19:30 WIB

BCA's Strategy for Improving Services in Digitalization Banking Era

PT. Bank Central Asia Tbk. one of the largest private banks in Indonesia is one of the banks that has implemented digital banking services. The many digital service innovations provided by BCA…