Sektor Pariwisata Diyakini Mampu Perkuat Cadangan Devisa

Oleh : Herry Barus | Kamis, 16 Agustus 2018 - 12:40 WIB

Wisman Tiongkok (Foto Banten.co)
Wisman Tiongkok (Foto Banten.co)

INDUSTRY.co.id - Jakarta - Pariwisata diyakini menjadi salah satu sektor yang potensial untuk memperkuat cadangan devisa meskipun perlu waktu yang lebih lama atau tidak bisa dilakukan seketika.

Tenaga Ahli Menteri Pariwisata Bidang Pemasaran dan Kerja Sama Pariwisata Kementerian Pariwisata (Kemenpar) I Gde Pitana di Jakarta, Rabu (15/8/2018) , mengatakan pariwisata membutuhkan waktu jangka menengah hingga panjang untuk dapat memberikan kontribusi signifikan dalam upaya memperkuat cadangan devisa negara.

"Jujur harus dikatakan bahwa dari pariwisata misalnya sekarang promosi hasil tidak bisa langsung sekarang, tapi jangka panjang bisa sampai enam bulan baru dirasakan dampaknya," katanya.

Dengan begitu, kata dia, sektor pariwisata tidak bisa terlalu dioptimismekan mampu memberikan kontribusi cepat dalam waktu singkat.

Namun, ia menegaskan, dengan terus dilakukannya upaya pengembangan sektor pariwisata baik dari sisi pengembangan destinasi maupun promosi pasar bukan tidak mungkin sektor pariwisata ke depan akan menjadi tumpuan bagi semakin kuatnya cadangan devisa negara.

Terlebih dari berbagai laporan termasuk dari Kementerian Keuangan yang menyatakan bahwa ada tiga sektor di Tanah Air yang memiliki "balance account payment" yang positif di mana satu di antaranya adalah pariwisata.

"Dari Bank Indonesia juga menyatakan hal yang sama yakni salah satunya sektor pariwisata, jadi intinya ekspor kita lebih besar dibandingkan impor dengan kata lain devisa yang dikeluarkan wisatawan nasional kita yang bepergian ke luar negeri jauh lebih kecil dari turis asing yang berkunjung ke Indonesia," katanya  seperti dilansir Antara.

Sebelumnya Presiden Joko Widodo telah dua kali dalam beberapa pekan terakhir menggelar rapat terbatas untuk membahas strategi kebijakan dalam memperkuat cadangan devisa negara.

Hal itu dilakukan agar daya tahan ekonomi semakin kuat dan semakin meningkat terutama dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi global.

Beberapa langkah penting yang utama dan perlu diperhatikan bersama-sama yaitu pengendalian impor dan peningkatan ekspor, penggunaan komponen dalam negeri bagi industri substitusi impor, penerapan mandatori penggunaan biodiesel (B20), hingga penguatan sektor pariwisata.

Komentar Berita

Industri Hari Ini

 PAPDI Umumkan Pembaruan Rekomendasi Jadwal Vaksinasi Dewasa 2024

Senin, 29 April 2024 - 21:00 WIB

PAPDI Perbarui Rekomendasi Vaksin Dewasa Dengan Menambahkan PCV15

Selain diberikan kepada bayi dan anak-anak, vaksin PCV15 juga telah disetujui oleh BPOM untuk diberikan kepada dewasa guna memberikan perlindungan terhadap 15 serotipe bakteri pneumokokus.

Dialog Forum Merdeka Barat 9 (FMB9) yang mengangkat tema 'Lindungi Hak Pekerja dalam Bisnis'. (FMB9)

Senin, 29 April 2024 - 20:40 WIB

Perpres 60/2023, Pemerintah Dorong Bisnis Ramah HAM & Kesejahteraan Pekerja

Jakarta, FMB9 - Pemerintah telah mengesahkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 60 Tahun 2023 tentang Strategi Nasional Bisnis dan Hak Asasi Manusia sebagai respons terhadap kebutuhan akan perlindungan…

Direksi BNI usai paparan kinerja

Senin, 29 April 2024 - 18:33 WIB

BNI Raih Laba Bersih Rp5,33 Triliun Kuartal I 2024

PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI konsisten mencatatkan pertumbuhan kinerja keuangan yang positif dan berkelanjutan pada periode awal tahun 2024.

Program BISA

Senin, 29 April 2024 - 18:05 WIB

Cegah Stunting di Jawa Barat dan NTT, Program BISA Tingkatkan Perilaku CTPS Sebesar 81,5%

Save the Children bersama dengan mitra konsorsium Unilever Lifebuoy, berhasil meningkatkan Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) di Jawa Barat dan Nusa Tenggara Timur (NTT) melalui program…

Industri logam dan baja

Senin, 29 April 2024 - 17:35 WIB

Mantaps! Industri Manufaktur RI 'Kokoh' di Tengah Ketidakstabilan Kondisi Ekonomi Global

Indeks Kepercayaan Industri (IKI) bulan April 2024 masih ekspansi 52,3, turun sebesar 0,75 poin dibandingkan Maret 2024 sebesar 53,05, meskipun ekspansinya melambat, hal ini merupakan sinyal…