FK President University Gelar Presidential Lecture Soal Tiga Jalur Karier Mahasiswa Kedokteran

Oleh : Candra Mata | Kamis, 14 Maret 2024 - 21:10 WIB

Dekan Fakultas Kedokteran, President University, Prof. Dr. dr. Budi Setiabudiawan, Sp.A (K), M.Kes, dalam Presidential Lecture Series dengan topik What Inspires the Next Generation in Healthcare? Exploring Prof. Carina Joe’s Perspective.
Dekan Fakultas Kedokteran, President University, Prof. Dr. dr. Budi Setiabudiawan, Sp.A (K), M.Kes, dalam Presidential Lecture Series dengan topik What Inspires the Next Generation in Healthcare? Exploring Prof. Carina Joe’s Perspective.

INDUSTRY.co.id - Cikarang, Fakultas Kedokteran di President University mendidik mahasiswanya untuk meniti tiga jalur karier sebagai dokter. Pertama, dokter yang berkarier sebagai praktisi dalam bidang kesehatan, yakni dengan menjadi dokter di berbagai rumah sakit atau layanan kesehatan lainnya. Kedua, dokter yang berkarier dengan mengisi posisi-posisi struktural di institusi layanan kesehatan, industri kesehatan atau industri lainnya, dan berbagai usaha. Ketiga, menjadi dokter yang berprofesi sebagai peneliti atau ilmuwan.

Demikian dipaparkan Dekan Fakultas Kedokteran, President University, Prof. Dr. dr. Budi Setiabudiawan, Sp.A (K), M.Kes, dalam Presidential Lecture Series dengan topik What Inspires the Next Generation in Healthcare? Exploring Prof. Carina Joe’s Perspective. Seminar diselenggarakan secara hybrid. Hadir dalam kesempatan tersebut Wakil Rektor Bidang Akademik, Riset dan Inovasi Dr. Adhi Setyo Santoso, ST, MBA, serta ratusan peserta lainnya, yang terdiri dari perwakilan perusahaan, para praktisi kesehatan, dosen dan mahasiswa, serta pemangku kepentingan lainnya di Theatre Room 1 dan 2, President University Convention Center, Jl. H. Usmar Ismail, Kota Jababeka, Cikarang, Bekasi. Sementara, peserta lainnya hadir secara online melalui aplikasi Zoom.

Presidential Lecture yang diselenggarakan dalam format talkshow dan dipandu oleh Prof. Budi Setiabudiawan tersebut menghadirkan pembicara Prof. (HC UA) Carina Citra Dewi Joe, B.Sc, M.Sc, Ph.D., seorang ilmuwan muda asal Indonesia. Nama Carina mendunia karena keikutsertaannya dalam pengembangan vaksin Oxford-AstraZeneca yang menjadi solusi untuk mengatasi pandemi Covid-19. Berkat temuan vaksin tersebut, jutaan orang di seluruh dunia berhasil selamat dari pandemi Covid-19.

Meski begitu, menurut Carina, virus Covid-19 sebetulnya masih ada. Hanya setidak-tidaknya ada dua hal yang membuat pandemi Covid-19 sampai saat ini tidak meledak lagi menjadi pandemi. Pertama, karena virus Covid-19 saat ini berada dalam fase bertahan hidup. “Mereka masih ada dalam tubuh manusia, tetapi sudah tidak membahayakan lagi,” tegas Carina. Kedua, masyarakat saat ini sudah semakin kebal, karena mereka sudah memperoleh vaksin Covid. 

Teknologi dalam Kesehatan

Dalam sesi Presidential Lecture tersebut, Prof. Budi dan Carina banyak membahas tentang pentingnya teknologi dalam bidang kesehatan. Salah satu teknologi tersebut adalah dalam bidang rekayasa genetika. “Dengan rekayasa genetika, dokter bisa mengubah gen seseorang. Lalu, melalui terapi genetika, penyakit yang biasanya muncul akibat adanya gen tertentu tadi, ketika gen tersebut berhasil diubah melalui teknik rekayasa genetika, penyakitnya menjadi tidak muncul lagi,” papar Carina. 

Contoh lain dari penerapan teknologi rekayasa genetika dalam bidang kesehatan adalah terapi sel punca alias stem cell. Kata Carina, “Terapi sel punca dapat membantu mengatasi berbagai penyakit yang saat ini masih tergolong sulit untuk disembuhkan.” Di antaranya, penyakit degeneratif atau penyakit-penyakit kronis lainnya. Misalnya, penyakit diabetes, Alzheimer, Parkinson, gagal jantung, stroke, dan beberapa lainnya. Teknologi kesehatan lain yang terus dikaji penerapannya adalah kloning. “Pada hewan, teknologi ini sudah berhasil diterapkan. Hanya kalau mau diterapkan untuk manusia, masalah etiknya harus diselesaikan terlebih dahulu,” papar Carina.

Isu lain yang dibahas Prof. Budi dan Carina adalah penerapan teknologi Artificial Intelligence (AI) dalam bidang kedokteran. Saat ini di dunia industri, penerapan AI dan berbagai teknologi digital lainnya dalam bisnis sudah begitu lazim. Bagaimana dengan dunia kedokteran? 

Saat ini di dunia kedokteran sudah ada program berbasis AI yang dapat digunakan untuk memprediksi struktur protein. Dalam dunia kedokteran, mengetahui struktur protein menjadi sangat penting. “Dengan mengetahui strukturnya, para dokter dan peneliti dapat mempelajari dan memgembangkan berbagai jenis obat dengan berbasis informasi dari struktur protein tersebut,” kata Carina. 

Dahulu, untuk memahami tentang struktur protein, para peneliti kesehatan membutuhkan waktu hingga bertahun-tahun. Lanjut Carina, “Sekarang dengan adanya pemograman yang berbasis AI, prosesnya menjadi lebih cepat. Saat ini dalam waktu setahun para peneliti sudah dapat memprediksi 330.000 struktur protein. Dari situ para peneliti bisa mengembangkan berbagai jenis obat.” 

Carina menjelaskan lebih jauh lewat contohnya melalui penyakit Alzheimer. Di dalam tubuh manusia, ungkap dia, sejatinya ada protein yang bisa memicu terjadinya penyakit Alzheimer. Jika protein ini berinteraksi dengan jenis protein lainnya yang ada di dalam tubuh manusia, gejala-gejala penyakit Alzheimer pun akan muncul. Untunglah saat ini para peneliti kesehatan sudah berhasil mengidentifikasi jenis protein tersebut, sehingga mampu mengembangkan obat yang bisa mencegah protein itu berinteraksi dengan protein lainnya. “Dengan adanya obat tersebut, penyakit Alzheimer menjadi tidak muncul,” papar Carina.  

Inovasi dan Value 

Selain isu teknologi, Prof. Budi dan Carina juga membahas tantangan di dunia kedokteran dan kesehatan dalam melakukan inovasi. Isu ini, menurut keduanya, sangat penting bagi mereka yang ingin meniti karier dalam bidang kesehatan. Baik sebagai dokter maupun peneliti. 

Di dunia industri, umumnya fasilitas untuk melakukan riset beserta dengan dananya tersedia. Namun, sesuai dengan karakternya sebagai entitas bisnis, di dunia industri segala sesuatunya sudah sangat terstruktur. “Jadi, problemnya adalah kebebasan. Di dunia industri, kita tidak sepenuhnya bebas dalam melakukan inovasi,” ungkap Carina. Sebaliknya di dunia akademis, termasuk perguruan tinggi, justru ada kebebasan dalam berinovasi. “Hanya di dunia akademis, sumber dana dan fasilitas risenya sangat terbatas,” katanya. 

Merujuk pengalaman Carina, Prof. Budi menyimpulkan bahwa untuk saat ini dan di masa depan, peran teknologi dalam bidang kesehatan menjadi semakin penting. Maka, penting bagi karier lulusan Fakultas Kedokteran untuk memahami teknologi dan penerapannya dalam dunia kesehatan. 

Lalu, perlukah seorang lulusan Fakultas Kedokteran menguasai berbagai bahasa pemograman, termasuk yang berbasis AI? Baik Prof. Budi dan Carina sepakat bahwa kalau ada lulusan Fakultas Kedokteran yang menguasai berbagai jenis bahasa pemograman, itu tentu baik. “Tapi, yang lebih penting adalah lulusan Fakultas Kedokteran mampu memahami dan menggunakan berbagai teknologi yang relevan dengan dunia kesehatan. Sedang untuk mengembangkan perangkat dan teknologinya, para dokter bisa berkolaborasi dengan pihak lain,” kata Prof. Budi dan Carina.

Ke depan, seiring dengan semakin berkembangnya teknologi, pilihan karier mahasiswa sebagai dokter pun menjadi semakin terbuka. Mahasiswa bisa berkarier sebagai dokter yang berinteraksi langsung dengan pasien dan menyembuhkan berbagai penyakitnya. Atau, lulusan Fakultas Kedokteran bisa juga dengan menjadi peneliti yang mengembangkan berbagai jenis obat-obatan untuk menyembuhkan pasien. 

 Karier lainnya adalah mengisi posisi-posisi manajerial dalam bidang kesehatan. “Misalnya, dengan menjadi manajer atau direktur di rumah sakit, perusahaan farmasi dan layanan kesehatan lainnya,” kata Prof. Budi. 

Carina dan Prof. Budi juga sepakat dengan pentingnya memahami value bagi karier lulusan Fakultas Kedokteran. “Banyak profesi yang mampu menghasilkan uang, tapi apa value yang kita berikan ke masyarakat?,” tanya Prof. Budi. Dengan menjadi dokter, atau peneliti dalam bidang kesehatan dan menghasilkan obat-obatan yang bermanfaat, atau vaksin Covid-19 seperti yang dilakukan Carina, seorang dokter bukan hanya akan memperoleh penghasilan, tetapi juga memberikan manfaat bagi masyarakat luas. “Value semacam inilah yang juga diajarkan di Fakultas Kedokteran, President University,” tegas Prof. Budi.  

Komentar Berita

Industri Hari Ini

Kick Off Toyota Eco Youth (TEY) ke-13

Kamis, 02 Mei 2024 - 20:15 WIB

Toyota Eco Youth Kembali Digelar Ajak Generasi Muda Berperan Nyata Jaga Bumi

Toyota Indonesia secara resmi menggelar Kick off Toyota Eco Youth (TEY) ke-13 dengan mengusung tema "EcoActivism, Saatnya Beraksi Jaga Bumi”.

IKN Project Shipment and Conference

Kamis, 02 Mei 2024 - 20:09 WIB

Dari Istana Negara Hingga Kantor Presiden, MJEE Pasok Lift dan Eskalator di Sejumlah Gedung Utama IKN

Jika sebelumnya pada 26 Februari 2024 principal MJEE yaitu Mitsubishi Electric Building Solutions Corporation (MEBS) di Tokyo mengumumkan bahwa MJEE telah berasil mendapatkan pesanan untuk 55…

Menperin Agus Gumiwang Kartasasmita

Kamis, 02 Mei 2024 - 19:40 WIB

Menperin Agus: Industri Manufaktur RI Sehat & Solid, Ekspansif 32 Bulan Berturut-turut

Fase ekspansi yang dicatat oleh industri manufaktur tanah air masih berlanjut sehingga memperpanjang periode selama 32 bulan berturut-turut. Ini berdasarkan laporan S&P Global, yang menunjukkan…

Serah terima program beasiswa anak perusahaan MMSGI, MHU kepada mahasiswa Universitas Kutai Kertanegara Tenggarong.

Kamis, 02 Mei 2024 - 18:50 WIB

Hari Pendidikan Nasional, MMSGI Terus Tunjukkan Komitmennya Ciptakan Pendidikan Inklusif di Indonesia

MMSGI tunjukkan komitmennya pada dunia pendidikan Indonesia lewat serangkaian program CSR untuk pendidikan tinggi maupun pendidikan dasar menuju Indonesia Emas 2045.

Afgansyah Reza

Kamis, 02 Mei 2024 - 18:35 WIB

Ini Rahasia Kulit Kalem Afgan, Somethinc Calm Down Series

Afgansyah Reza yang akrab di panggil Afgan, merupakan seorang penyanyi single yang dikenal luas oleh publik dengan pribadi yang karismatik, calming dan tidak pernah berhenti dalam mengeksplorasi…