Hingga Akhir Juni 2018, Realisasi Produksi Batu Bara Nasional Capai 50 Persen Lebih dari Target Awal

Oleh : Ridwan | Selasa, 28 Agustus 2018 - 11:15 WIB

Ilustrasi tambang batu bara (Foto Ist)
Ilustrasi tambang batu bara (Foto Ist)

INDUSTRY.co.id - Jakarta, Realisasi produksi batu bara nasional hingga akhir Juni 2018 sudah lebih 50% dari target awal 2018 sebesar 485 juta ton. Target tersebut kemudian bertambah 100 juta ton menjadi 585 juta ton.

“Kalau sampai 1 Juli, data yang masuk itu produksi sudah 279,6 juta ton,” kata Bambang Gatot Ariyono, Direktur Jenderal Mineral dan Batu bara Kementerian ESDM di Jakarta (28/8/2018).

Pemerintah juga mengklaim pasokan batu bara dalam negeri (Domestic Market Obligation/DMO) juga sudah hampir 50% dari proyeksi yang telah ditetapkan. Data yang telah masuk hingga Juli 2018 penyaluran DMO sudah mencapai 61,2 juta ton.

“Dari jumlah tersebut sebanyak 55,4 juta ton diperuntukan bagi pembangkit listrik. Sisanya 5,8 juta ton diserap industri lain, seperti pupuk, semen dan lainnya,” ungkapnya.

Dia menuturkan, sebanyak 84 pemegang Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batu bara (PKP2B) dan Izin Usaha Pertambangan (IUP) Operasi Produksi (OP) yang memasok DMO berkontribusi dalam produksi batu bara.

“Target DMO 121 juta ton,” tukas Bambang. 

Menurut Bambang, Kementerian ESDM telah menerbitkan aturan terkait kewajiban DMO sebesar 25% dari produksi. Selain itu, ada penerapan sanksi bagi pelaku usaha yang tidak memenuhi ketentuan tersebut. Sanksi itu berupa persetujuan tingkat produksi 2019 sebesar empat kali realisasi DMO 2018. Namun hingga saat ini sanksi belum diberikan lantaran menunggu hingga akhir 2018.

“Pemenuhan DMO bisa melalui transfer kuota berdasarkan kesepakatan bisnis. Namun harus dilaporkan secara berkala,” tegasnya.

Dalam rapat tersebut ada 10 perusahaan tambang yang hadir dan menyatakan telah memenuhi ketentuan DMO, yakni PT Berau Coal, PT Bukit Asam Tbk, PT Adaro Indonesia, PT Kaltim Prima Coal, PT Kideco Jaya Agung, PT Antang Gunung Meratus, PT Karya Bumi Barutama, PT Jorong Barutama Greston, PT Borneo Indobara, dan PT Arutmin Indonesia. Bahkan ada yang telah melampaui ketentuan 25% dari produksi.

Komentar Berita

Industri Hari Ini

Direksi BNI usai paparan kinerja

Senin, 29 April 2024 - 18:33 WIB

BNI Raih Laba Bersih Rp5,33 Triliun Kuartal I 2024

PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI konsisten mencatatkan pertumbuhan kinerja keuangan yang positif dan berkelanjutan pada periode awal tahun 2024.

Program BISA

Senin, 29 April 2024 - 18:05 WIB

Cegah Stunting di Jawa Barat dan NTT, Program BISA Tingkatkan Perilaku CTPS Sebesar 81,5%

Save the Children bersama dengan mitra konsorsium Unilever Lifebuoy, berhasil meningkatkan Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) di Jawa Barat dan Nusa Tenggara Timur (NTT) melalui program…

Industri logam dan baja

Senin, 29 April 2024 - 17:35 WIB

Mantaps! Industri Manufaktur RI 'Kokoh' Ditengah Ketidakstabilan Kondisi Ekonomi Global

Indeks Kepercayaan Industri (IKI) bulan April 2024 masih ekspansi 52,3, turun sebesar 0,75 poin dibandingkan Maret 2024 sebesar 53,05, meskipun ekspansinya melambat, hal ini merupakan sinyal…

Bank Jatim (Foto Moneter)

Senin, 29 April 2024 - 17:16 WIB

Wow! Awali Tahun 2024, Bank Jatim Cetak Kinerja Ciamik

Jakarta-PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (bankjatim) sukses mencatatkan kinerja yang positif sepanjang Triwulan Pertama 2024.

CEO YAMADA Consulting & Spire yang juga Executive Officer dan Head of Global Business Development YAMADA Consulting Group Ryosuke Funayama (kedua dari kanan) dan COO YAMADA Consulting & Spire Jeffrey Bahar (pertama dari kanan) didampingi beberapa staf berpose bersama di kantor pusat YAMADA Consulting Group, Tokyo, Jepang, belum lama ini.

Senin, 29 April 2024 - 17:09 WIB

Keren! Spire Research and Consulting Rebranding Jadi YAMADA Consulting & Spire

Jakarta-Spire Research and Consulting, perusahaan riset dan konsultasi bisnis terkemuka Asia Pasifik yang berpusat di Singapura, menyatakan saat ini telah terintegrasi penuh dengan YAMADA Consulting…