Indonesia Alami Deindustrialisasi, Kontribusinya pada Perekonomian Menurun

Oleh : Herry Barus | Sabtu, 30 Juni 2018 - 08:00 WIB

pabrik Foto Rizki Meirino
pabrik Foto Rizki Meirino

INDUSTRY.co.id - Jakarta- Institute for Development of Economics and Finance (Indef) mencatat Indonesia dalam 10 tahun terakhir mengalami deindustrialisasi karena kontribusinya pada perekonomian makin menurun.

Ekonom Indef Bhima Yudhistira dalam keterangannya di Jakarta, Jumat (29/6/2018) , mengatakan, kontribusi industri pada perekonomian justru sedang turun.

Ia menyebutkan, pada 10 tahun lalu, kontribusi industri manufaktur pada produk domestik bruto (PDB) mencapai 26 persen, kini menjadi hanya 20 persen. "Kalau deindustrialisasi ini dibiarkan, maka serapan tenaga kerja secara nasional bisa kurang optimal," katanya.

Dia menyebutkan, selama bertahun-tahun, Indonesia mengandalkan pertumbuhan ekonomi pada sektor-sektor yang serapan tenaga kerjanya rendah seperti sektor jasa. Selain serapan tenaga kerja, yang rendah, sebaran usaha sektor jasa juga terkonsentrasi di perkotaan. Padahal, penduduk Indonesia lebih banyak tinggal di perdesaan.

Sementara, industri manufaktur memiliki daya serap tenaga kerja tinggi dan dapat dibangun dimana saja sesuai potensi daerah.

"Idealnya industri manufaktur menjadi sektor andalan, dengan ditunjang sektor jasa, pertanian, dan investasi," katanya.

Oleh karena itu, dia menyarankan seluruh pemangku kepentingan perlu menyatukan pandangan dan upaya untuk mengembalikan sektor industri sebagai motor pembangunan.

Kemerosotan Batam Bhima memberikan contoh kemerosotan industri antara lain bisa dilihat di Batam, daerah yang dirancang menjadi salah satu pusat industri.

Menurut dia, setiap tahun, paling sedikit satu pabrik berhenti beroperasi di berbagai kawasan industri.

Di luar kawasan industri, kemerosotan juga terlihat pada sektor galangan kapal. Dari 110 galangan dengan 250.000 tenaga kerja pada 2014, kini hanya lima galangan aktif dengan total pekerja tidak sampai 22.000 orang.

Kemerosotan juga terlihat nyata pada industri rokok. Dalam periode 2006-2016, sebanyak 3.195 pabrik rokok tutup dan 32.729 pekerja pabrik rokok dipecat.

Hampir seluruh pekerja yang dipecat merupakan pelinting atau pekerja sigaret kretek tangan (SKT) dan jumlahnya terus meningkat.

Para pekerja tidak punya keahlian lain karena buruh pelinting adalah orang-orang berketerampilan rendah yang tidak bisa dengan mudah mengganti pekerjaan.

Bhima juga mengusulkan pemerintah perlu memberi insentif pada industri penyerap tenaga kerja.

Kebijakan afirmatif itu antara lain berupa penerapan pajak, cukai, dan retribusi, yang berbeda atau khusus dibanding sector dengan daya serap tenaga kerja rendah.

Komentar Berita

Industri Hari Ini

Ilustrasi Properti

Kamis, 02 Mei 2024 - 21:55 WIB

Peringatan Hari Kartini: Srikandi BUMN Gelar Edukasi Terkait Investasi Properti

Jakarta-Dalam rangka memperingati Hari Kartini Srikandi BUMN Indonesia menyelenggarakan webinar bertajuk “Smart Investment 2024 Year of The Dragon”. Acara yang digelar secara daring, akhir…

Kick Off Toyota Eco Youth (TEY) ke-13

Kamis, 02 Mei 2024 - 20:15 WIB

Toyota Eco Youth Kembali Digelar Ajak Generasi Muda Berperan Nyata Jaga Bumi

Toyota Indonesia secara resmi menggelar Kick off Toyota Eco Youth (TEY) ke-13 dengan mengusung tema "EcoActivism, Saatnya Beraksi Jaga Bumi”.

IKN Project Shipment and Conference

Kamis, 02 Mei 2024 - 20:09 WIB

Dari Istana Negara Hingga Kantor Presiden, MJEE Pasok Lift dan Eskalator di Sejumlah Gedung Utama IKN

Jika sebelumnya pada 26 Februari 2024 principal MJEE yaitu Mitsubishi Electric Building Solutions Corporation (MEBS) di Tokyo mengumumkan bahwa MJEE telah berasil mendapatkan pesanan untuk 55…

Menperin Agus Gumiwang Kartasasmita

Kamis, 02 Mei 2024 - 19:40 WIB

Menperin Agus: Industri Manufaktur RI Sehat & Solid, Ekspansif 32 Bulan Berturut-turut

Fase ekspansi yang dicatat oleh industri manufaktur tanah air masih berlanjut sehingga memperpanjang periode selama 32 bulan berturut-turut. Ini berdasarkan laporan S&P Global, yang menunjukkan…

RS Royal Progress Sunter memiliki jajaran dokter spesialis vaskular dan endovaskular handal serta dukungan teknologi medis terkini yang dapat membantu menangani permasalahan varises.

Kamis, 02 Mei 2024 - 19:35 WIB

RS Royal Progress Sunter Hadirkan Metode Penanganan Varises Laser Tanpa Bedah

Memiliki jajaran dokter spesialis vaskular dan endovaskular handal, RS Royal Progress Sunter hadirkan EVLA, metode penanganan varises lewat laser, tanpa bedah dan minim sayatan.