Derita Industri Keramik Berlanjut

Oleh : Arya Mandala | Sabtu, 24 Februari 2018 - 15:36 WIB

Pekerja di industri keramik (foto Bisnis.com)
Pekerja di industri keramik (foto Bisnis.com)

INDUSTRY.co.id - Jakarta, Situasi pasar keramik domestik tengah lesu dan memberatkan sehingga menganggu industri keramik untuk bisa tumbuh

Mahalnya harga gas saat ini sangat menggangu industri keramik untuk bisa bersaing dengan negara lainnya, karena porsi biaya gas dari total produksi keramik mencapai 35 persen.
Harga gas industri di Indonesia dibandingkan Malaysia saja sangat jauh. Malaysia 6 dolar AS per MMBTU. Apalagi Eropa yang sudah 3 dolar AS per MMBTU.
Industri keramik merupakan industri unggulan, sehingga perlu mendapatkan perhatian khusus dengan memberikan harga gas yang kompetitif agar produk Indonesia tidak kalah dengan negara lain.
Ketua Umum Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki), Elisa Sinaga, mengatakan, harga gas industri di Indonesia, dibagi ‎berdasarkan wilayah seperti Jawa bagian Barat dipatok dengan harga sekitar 9,15 dolar AS per Million Metric British Thermal Unit (MMBTU)‎, Jawa bagian timur senilai 8,03 dolar AS per MMBTU, dan Sumatera Utara pada kisaran 9,8 dolar AS per MMBTU.
Pihaknya berharap kepada pemerintah untuk menurunkan harga gas yang kompetitif, semua bagian di samakan harganya, jadi keramik produksi Indonesia bisa bersaing.
Situasi pasar keramik domestik tengah lesu dan memberatkan sehingga menganggu industri keramik untuk bisa tumbuh.
Sejumlah upaya untuk mengalihkan penjualan ke pasar ekspor juga tidak mudah. Mengingat daya saing industri keramik nasional kalah jika dibandingkan dengan industri serupa asal negara-negara tetangga di kawasan.
Kondisi inilah yang kerap disoroti kalangan pengusaha yang tergabung dalam Asosiasi Aneka Keramik Indonesia (Asaki) seputar harga gas untuk industri yang tak kunjung menemui titik terang.
Elisa Sinaga, mengharapkan, agar ada solusi harga gas bisa mempengaruhi kompetisi industrinya, baik di dalam dan luar negeri.
Karena, ketidakpastian terkait penurunan harga gas menjadi permasalahan yang kerap menggerus daya saing industri keramik nasional.
Selain harga gas yang menyulitkan produsen bersaing secara harga, pengendalian keramik impor dirasa belum ketat. Saat ini saja, kata Elisa, impor keramik mulai marak.
Setelah bea masuk mereka berkurang, Impor kemungkinan tumbuh hingga 40%," ujar Elisa.
Menurut Elisa, seharusnya pemerintah khususnya Kementerian Perdagangan dapat mengendalikan impor keramik yang masuk ke Indonesia. Pengendalian keramik impor saat ini dirasa belum ketat.
Seperti diketahui, impor produk keramik ke Indonesia terus meningkat dengan tingkat pertumbuhan rata-rata 27% setiap tahun.
Berdasarkan catatan Asaki, produk keramik impor kebanyakan memiliki jenis homogenous atau granite tile yang impornya mencapai dua kali dari total produksi homogenous tile dalam negeri.
Namun, untuk keramik tile biasa, kata Elisa, produsen dalam negeri relatif masih menguasai pangsa pasar dalam negeri.
Menurut Elisa, kondisi pasar keramik Indonesia saat ini secara umum masih menurun. Meski ada kemungkinan permintaan naik, namun yang banyak mengisi ialah produk impor China.
Elisa mengatakan, Asean China Free Trade Agreement (ACFTA) merugikan industri keramik lokal. Kalau dulu saat agreement belum dilaksanakan, bea masuk keramik China ke Indonesia sekitar 20%.
Saat itu saja impor keramik naik 20%-26% tiap tahun, sekarang bea masuknya jadi 5%.
Jadi kata Elisa, sangat, dimungkinkan pasca bea masuk turun akan berdampak impor makin tinggi. Sedangkan kenaikan demand dalam negeri tidak diambil oleh lokal tapi oleh impor.
Dengan mulai bergairah sektor properti, Asaki berharap bisnis keramik bisa tumbuh 10% di 2018 ini.
Kebutuhan sekarang kemungkinan ada sekitar 360 juta-370 juta meter persegi (m2).
Sementara itu sebagian besar bahan baku dalam negeri didapat dari China yang saat ini kena bea dumping hampir 26%.
Hal itu menjadikan biaya produksi keramik semakin meningkat. Namun produsen tertekan dengan biaya produksi plus harga gas masih tinggi.
Di samping itu pasar tergerus produk keramik jadi China.

Komentar Berita

Industri Hari Ini

103 Warga Korban Banjir dan Tanah Longsor dari Tiga Desa Terisolir Berhasil di Evakuasi

Rabu, 08 Mei 2024 - 04:18 WIB

103 Warga Korban Banjir dan Tanah Longsor dari Tiga Desa Terisolir Berhasil di Evakuasi

Sebanyak 103 orang yang terdiri lansia, anak-anak dan warga yang sakit berhasil di evakuasi dari tiga Desa terisolir seperti Desa Rante Balla, Desa Pajang dan Desa Tibusan Kecamatan Latimojong,…

Panglima TNI Hadiri Undangan Pelayaran Wisata Kehormatan (Barge Tour) Komandan USINDOPACOM.

Rabu, 08 Mei 2024 - 04:13 WIB

Panglima TNI Hadiri Undangan Pelayaran Wisata Kehormatan (Barge Tour) Komandan USINDOPACOM.

Panglima TNI Jenderal TNI Agus Subiyanto berkesempatan memenuhi undangan pelayaran wisata kehormatan (Barge Tour) yang diselenggarakan oleh Komandan USINDOPACOM Admiral Samuel J Paparo,

Stasiun Bakamla Bali Berikan Pembinaan Rapala (foto Humas Bakamla RI)

Rabu, 08 Mei 2024 - 04:07 WIB

Stasiun Bakamla Bali Berikan Pembinaan Rapala

epala Zona Bakamla Tengah Laksma Bakamla Octavianus Budi Susanto, S.H., M.Si., M.Tr.Opsla., secara resmi membuka kegiatan Pembinaan 30 orang Relawan Penjaga Laut Nusantara (Rapala) Bakamla RI…

dr. Beatrix Isabella Tjahyana Dipl.AAAM, Founder & CEO BeArt Korean Skin Clinic menjelaskan perkembangan teknologi laser untuk perawatan kecantikan di Indonesia.

Selasa, 07 Mei 2024 - 23:43 WIB

Perawatan Kecantikan Dengan Laser, BeArt Korean Skin Clinic Hadirkan Metode Terbaru Dari Amerika

Salah satu jenis perawatan dengan metode laser yang menjadi populer dan diterapkan klinik BeArt yaitu dengan menggunakan mesin face lifting dari Amerika.

Pelatihan Membaca Nyaring di hadapan pustakawan, guru sekolah dan orang tua di Sumatera Utara

Selasa, 07 Mei 2024 - 22:58 WIB

Pentingnya Teknik Membaca Nyaring Pada Anak Sejak Dini

Anak yang sering dibacakan nyaring dan diajak berbicara oleh ibu bapaknya secara tidak langsung membantu stimulasi kemampuan kognitifnya berkembang lewat suara.