Mengintip Bisnis Pala, si Raja Rempah-Rempah

Oleh : Arya Mandala | Rabu, 08 Maret 2017 - 11:31 WIB

Illustrasi Pala (Istimewa)
Illustrasi Pala (Istimewa)

INDUSTRY.co.id - Meski diminati namun kenyataannya Pala Indonesia sering mendapat penolakan di negara tujuan ekspor terutama di Uni Eropa. Alasan penolakan tersebut adalah terkait standar untuk kesehatan. Mayoritas komplain dan penolakan dari negara tujuan adalah terkait kelebihan kandungan aflatoxins dan ochratoxins yang di atas ambang batas yang ditoleransi. Sementara kasus penolakan lainnya dengan alasan produk tidak dilengkapi health of certificate.

Berdasarkan data Food and Feed Safety Alerts (RASFF) Komisi Eropa,notifikasi RASFF menunjukkan peningkatan kasus penolakan untuk ekspor pala dari Indonesia kebeberapa negara UE. Pada tahun 2011 terdapat 7 kasus dan sempat turun pada tahun 2012 menjadi 3 kasus. Namun pada tahun  2013 meningkat kembali menjadi  6 (enam) kasus, tahun 2014 ada 12 kasus, tahun 2015terdapat8delapankasus dan tahun 2016 terdapat 24 (dua puluh empat) kasus.

Dasar dari penolakan tersebut adalah European Union Regulation 165 Tahun 2010, yang menetapkan standar batas kandungan aflatoksin pada pala yang akan masuk ke Uni Eropa yaitu aflatoksin B1 sebesar 5 ppm dan aflatoksin total 10 ppb. Kemudian sejak tahun 2012 melalui Amandemen Regulasi UE No. 669/2009, Uni Eropa telah memberlakukan kontrol kelengkapan dokumen dan persyaratan kesehatan terhadap ekspor pala Indonesia ke Uni Eropa.

Selanjutnya padatanggal 26 September 2014 DG-Sanco mengeluarkan peraturan baru bahwa impor produk makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan wajib diawasi secara ketat dan wajib dilakukan pemeriksaan 20% dari jumlah komoditi yang diimpor sejak 1 Oktober 2014. Dan terakhir, sejak tanggal 20 Januari 2016 melalui Regulasi UE No. 2016/24, Uni Eropa menerapkan Measures tambahan yaitu sertifikat kesehatan dan uji laboratorium (level kandungan aflatoksin). Pala yang akan diekspor ke UE dari Indonesia harus di uji terlebih dahulu dan kandungan aflatoksinnya tidak melebihi ambang batas.

Upaya memperbaiki standar komoditas Pala agar tak terhambat lagi ketika memasuki negara tujuan juga telah pernah dilakukan melalui Trade Support Programme (TSP) II atau program   kerjasama bilateral    antara    pemerintah    Uni Eropa  dengan  pemerintah  Indonesia pada tahun 2011-2015. Ketika itu program difokuskan pada tujuh kementrian terkait yaitu Kemendag, Kementrian Perindustrian, Kementrian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Pertanian, BPOM, Badan Standarisasi Nasional, Komite Akreditasi Nasional, serta Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). TSP tersebut fokus meningkatkan mutu di semua titik rantai pasok produksi pala di beberapa sentra produksi.

Program dijalankan dengan  memberikan bimbingan teknis serta penyuluhan  kepada petani   pala. Beberapa   pihak   yang terkait    mendatangi    langsung    ke kebun -kebun  petani  pala,  untuk menelusuri  lebih  jauh  apa  kendala atau   yang   menjadi   masalah   dalam ekspor  pala  Indonesia.  Namun kenyataannya kasus penolakan pala di Eropa belum membaik bahkan bertambah jumlahnya pada tahun 2016 menjadi 24 kasus.

Sementara itu permintaan dunia masih menjadi harapan penggiat komoditas Pala di Tanah Air. Tingginya permintaan untuk komoditas yang biasa mendapat julukan King of Speciestersebutmengangkat harga produk Pala. Salah satu contohnya seperti yang disampaikan para pedagang pala Aceh Selatan di pengujung tahun 2016 lalu, tingginya permintaan minyak pala dalam dua bulan terakhir menyebabkan harga biji pala pilihan yang dipasok dari Aceh Selatan naik dari Rp45 ribu per kilogram menjadi Rp55 ribu per kilogram.

Meski tak banyak praktisi pertanian yang melirik tanaman tersebut sebagai sumber penghasil pendapatan, harga biji pala bisa cukup menggiurkan, bahkan pernah berkisar antara Rp 75.000 – Rp 85.000 per kilogram (kg). Belum lagi dari penutup biji pala atau petani menyebutnya sebagai bunga pala yang harga jualnya berkisar Rp 180.000 – Rp 200.000 per kg. 

Eksportir Terbesar Dunia

Permintaan dunia untuk komoditas Pala Indonesia memang sudah berlangsung lama. Indonesia seharusnya berbangga dan tak terlena dengan kesohoran komoditas Pala Indonesia yang sudah sejak lama dicari negara dunia. Komoditas pala (nutmeg) menjadi incaran dunia, sejak jaman penjajahan.Selalu ada permintaan pala asal Indonesia untuk dikirim ke negara-negara luar, terutama Eropa.

Indonesia merupakan produsen kedua terbesar Nutmeg, Mace dan Cardamoms di dunia setelah Guatemala, dengan produksi 32.700 ton dan luas lahan 157.800 ha (FAO, 2014). Sisanya  dihasilkan  dari  India,  Malaysia,  Papua  Nugini,  Sri  Lanka  dan  beberapa  pulau  di  Karibia.Uniknya, Pala Indonesia dikenal dengan nama yang berlainan di beberapa daerah di Tanah Air, seperti palo (Nusa Tenggara), kala pelang (Sumatra Barat), kuhipun (Maluku) atau gosora (Ternate).

Tanaman  pala  menghasilkan  dua  produk bernilai ekonomi tinggi yaitu biji pala dan fuli (kembang pala yang menyelimuti biji).Bagian tanaman pala yang mempunyai nilai ekonomis adalah bagian buah. Peluang pengembangan industri berbahan baku pala cukup banyak. Mulai dari daging buah yang muda banyak digunakan untuk makanan ringan dan minuman seperti manisan, permen, sirup dan jus pala.

Selain itu minyak pala yang diperoleh dari penyulingan biji pala muda, selain untuk ekspor juga merupakan bahan baku industri obat-obatan, pembuatan sabun, parfum dan kosmetik di dalam negeri. Produk lain yang mungkin dibuat dari biji pala adalah mentega pala yaitu trimiristin yang dapat digunakan sebagai minyak makan dan industri kosmetik. Namun di dalam negeri, belum banyak industri hilir pala yang diusahakan. Diantaranya adalah proses pengolahan   daging  buah  pala  mentah  hingga  berbentuk  manisan  atau asinan, pembuatan sirup.  

Pala Indonesia sebagian besar diekspor dan memegang peran penting dalam memenuhi kebutuhan Pala dunia. UN Comtrade mencatat bahwa pada tahun 2015 Indonesia merupakan eksportir terbesar pala dunia baik untuk HS 0908100010 Nutmeg in shell maupun HS 0908100020 Nutmeg shelled. Adapun pasar   utama   tujuan ekspor  pala  Indonesia  adalah Uni  Eropa,  Amerika,  Jepang, dan India

Keunggulan pala Indonesia adalah memiliki rendeman minyak yang tinggi dan memiliki aroma yang khas. Pulau Siau yang terletak di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (Sitaro), Provinsi Sulawesi Utara, adalah salah satu penghasil tanaman pala terbaik. Bahkan mutu pala Siau sangat khas dibandingkan dengan pala dari daerah lain. Seperti disampaikan Kepala Dinas Perdagangan Sulut Jenny Karouw, Uni Eropa memberikan Geographical Indication bagi pala Siau dengan spesifikasi khusus. Spesifikasi tersebut membedakan pala produksi Siau dengan pala produksi daerah lain. 

Komentar Berita

Industri Hari Ini

Grup RS Siloam dan NUS Yong Loo Lin School of Medicine dan Mochtar Riady Institute for Nanotechnology

Jumat, 26 April 2024 - 06:47 WIB

Grup RS Siloam dan NUS Yong Loo Lin School of Medicine dan Mochtar Riady Institute for Nanotechnology

Grup RS Siloam, National University of Singapore (NUS) Yong Loo Lin School of Medicine, dan Mochtar Riady Institute for Nanotechnology (MRIN) menjalin kerjasama strategis untuk memajukan penelitian…

Halalbihalal HPJI, Menteri Basuki Ingatkan untuk Terus Tingkatkan Kualitas Jalan

Jumat, 26 April 2024 - 06:39 WIB

Halalbihalal HPJI, Menteri Basuki Ingatkan untuk Terus Tingkatkan Kualitas Jalan

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono menghadiri agenda halalbihalal Himpunan Pengembang Jalan Indonesia (HPJI) di Jakarta, Kamis (25/4). Hadir mendampingi Menteri…

Kepala Bakamla RI Orasi Ilmiah di Hadapan Ribuan Mahasiswa Universitas Bengkulu

Jumat, 26 April 2024 - 05:21 WIB

Kepala Bakamla RI Orasi Ilmiah di Hadapan Ribuan Mahasiswa Universitas Bengkulu

Kepala Bakamla RI Laksdya TNI Dr. Irvansyah, S.H., M.Tr.Opsla., berkunjung ke Provinsi Bengkulu dalam rangka mengisi Orasi Ilmiah Dies Natalis Universitas Bengkulu ke-42. Kegiatan berlangsung…

Panglima Jenderal TNI Agus Subiyanto Hadiri Halal Bihalal PP Muhammadiyah di UMJ

Jumat, 26 April 2024 - 05:16 WIB

Panglima Jenderal TNI Agus Subiyanto Hadiri Halal Bihalal PP Muhammadiyah di UMJ

Panglima TNI Jenderal TNI Agus Subiyanto menghadiri acara Silaturrahim Halal Bihalal 1445 H Pimpinan Pusat Muhammadiyah berlangsung di Gedung Cendekia Lantai dasar, auditorium KH. A. Azhar Basyir,…

Oreo Pokemon hadir di Indonesia mulai Mei 2024 mendatang.

Jumat, 26 April 2024 - 00:11 WIB

Oreo Pastikan Hadirkan Kepingan Langka Pokemon ke Indonesia

Kolaborasi edisi terbatas dua merek ikonik dunia OREO dan Pokémon segera hadir dan menginspirasi seluruh penggemarnya di Indonesia.