Sjamsoe Fadjar Indra CEO PT Trisinar Indopratama Beberkan Rahasia Membesarkan Technoplast

Oleh : Kormen Barus, Nina Karlita | Rabu, 03 Januari 2018 - 12:50 WIB

CEO Technoplast Sjamsoe Fadjar Indra
CEO Technoplast Sjamsoe Fadjar Indra

INDUSTRY.co.id - Jakarta, Krisis moneter pada 1997-1998 justru menjadi momen kelahiran Technoplast. Sjamsoe Fadjar Indra , pendiri PT Trisinar Indopratama, perusahaan pemegang merek Technoplast, malah berbelanja mesin.

Kini perusahaan itu kian bersinar dengan menjadi market leader di Indonesia. Kerja keras dan kerja cerdas merupakan formula ampuh untuk meraih kesuksesan.

Seperti yang dilakukan PT Trisinar Indopratama (Trisinar). Perusahaan yang memproduksi dan mengembangkan peralatan makan dan minum berbahan plastik dengan brand Technoplast ini, kinerjanya kian kinclong.

Tidak hanya mencetak omset ratusan miliar rupiah per tahun tapi sukses menyerap lapangan kerja yang besar dan menjadi saluran berkah bagi banyak orang.

Kini bisnis Trisinar menggelembung masif dengan sukses menjadi market leader dalam industri peralatan makan dan minum berbahan plastik di Indonesia.

Tak hanya itu, bisnisnya terus membesar dan merambah berbagai bidang lainnya. Sebenarnya, apa yang diraih oleh Trisinar saat ini, tentu tak semudah membalikan telapak tangan, tetapi melalui perjuangan panjang dengan beragam tantangan.

Dalam sebuah wawancara dengan redaksi INDUSTRY.co.id di Wisma Technoplast, Jalan Kebon Jeruk Raya, Jakarta Barat, Sjamsoe Fadjar Indra , CEO Trisinar, menuturkan, dirinya memang terlahir dari keluarga pengusaha plastik, sehingga sejak awal terjun ke plastik karena banyak terinspirasi dari situ.

"Jadi keluarga membawa pengaruh besar. Sebab ayah juga menekuni bisnis yang sama meski bukan murni usaha sendiri," ujarnya mengumbar senyum.

Cerita soal perjalanan bisnis, Sjamsoe Fadjar Indra yang akrab disapa Fadjar, ini berkisah, pada 1995 dirinya baru saja merampungkan studi Master Pemasaran Internasional di University of Japan.

Sebelumnya, ia kuliah S-1 Sistem Informasi Manajemen di University of Texas, Austin, Amerika Serikat. Anak kedua dari tiga bersaudara itu mengatakan, awalnya bersama sang adik tanpa karyawan mencoba berbisnis ekspor peralatan pecah-belah berbahan gelas dan keramik.

Untuk kantor, Ia memanfaatkan ruang tamu rumah orang tuanya di kawasan Kebon Jeruk. Menurut Fadjar, Technoplast adalah brand.

Sedangkan nama perusahaannya PT Trisinar Indopratama. Perusahaan tersebut awalnya 100 persen trading company.

Kegiatan usahanya adalah eksporter produk pecah belah untuk rumah tangga. Produk yang diekspor adalah warehouse product. Piring, gelas, panci, dan barang pecah belah kebutuhan rumah tangga.

Sejak saat itulah Fadjar bersama saudaranya, mulai mengendus banyak peluang untuk masuk ke negara lain. Lelaki kelahiran Jakarta 21 November 1968 itu, mengatakan, mengawali usaha memang berat.

Beruntung mereka bisa menggunakan channel orangtua yang sudah membangun banyak link dalam bisnis plastik.

Selain itu, mereka juga mengikuti berbagai pameran yang digelar Badan Pengembangan Ekspor Nasional (BPEN) dan melakukan terobosan dengan menjemput klien hingga mancanegara.

Sejak awal pasar utamanya adalah Timur Tengah dan Amerika Selatan. Penyebabnya, negara-negara berkembang belum memiliki sistem air bersih yang baik.

Tidak seperti negara maju yang di hampir setiap fasilitas publiknya memiliki keran air bersih siap minum.

Bangkit di Saat Krisis

Sejurus dengan perjalanan waktu, nasib baik datang tiga tahun setelah mereka mulai berbisnis.

Dimana tahun 1998 Indonesia dilanda krisis ekonomi yang diawali dengan kehancuran nilai tukar rupiah.

Bunga kredit bank melonjak sampai 40 persen. Natural selection, banyak perusahaan yang tutup. Trisinar yang membeli produk dengan rupiah di dalam negeri dan menjual dalam dolar AS.

Bak mendapat durian runtuh. Saat itu juga ada sebuah pabrik elektronik merek Aiwa di Sukabumi yang bangkrut. Mesin-mesinnya ditawarkan dengan harga sangat murah.

Hanya ratusan juta rupiah untuk tujuh mesin yang bisa digunakan untuk membuat peralatan plastik.

Padahal, harga aslinya mencapai miliaran rupiah. Berawal dari mesin-mesin itulah, pada1998, Trisinar dengan merek Technoplast, pun lahir.

Produk pertamanya: botol air minum anak-anak. Tujuan ekspornya tetap negara-negara di kawasan Timur Tengah, yakni Uni Emirat Arab, Arab Saudi dan Lebanon.

Rupanya bertahun-tahun menekuni bisnis peralatan makan dan minum plastik, Technoplast yang kala itu punya pabrik di Dadap, Tangerang, ternyata sulit menembus pasar modern.

Suatu ketika, cerita Fadjar, ada mitra bisnis yang menyarankan agar Technoplast mengambil lisensi karakter animasi demi memperluas pasar sekaligus menembus pasar modern.

Saran ini dipatuhi dan pada 2004 Technoplast mulai mengambil lisensi kartun Looney Toons dari Warner Brothers, AS, dan Hello Kitty dari Sanrio, Jepang.

Jajaran produknya: botol air minum anak dan kotak makan. Memang, biaya lisensi tak murah; nilainya bisa mencapai Rp 300 juta-400 juta per lisensi untuk satu SKU (stock keeping unit), yakni satu seri botol air minum atau kotak makan. Plus, 15% dari penjualan item tersebut harus masuk ke saku pelisensi.

Sejak itu, penjualan Technoplast memang melesat. Berbagai peritel besar pun membuka diri untuk beragam produk Technoplast, khususnya yang bergambar karakter kartun.

Pada 2008 produksi Technoplast melonjak sampai empat kali lipat dari sebelumnya, 7 ribu pieces per hari pada 2004.

Saat ini, bisa dibilang di seluruh ritel modern, seperti Indomaret dan Carrefour, ada produk Technoplast. Selain dipasarkan melalui kanal modern, kontributor penjualan utama lainnya datang melalui saluran tradisional.

Keunggulan Technoplast sehingga tetap menjadi pilihan pasar saat ini, menurut Fadjar, tidak terlepas dari penggunaan karakter kartun dalam produk-produk yang sangat efektif menggenjot penjualan.

Menurutnya, sesuai dengan target pasar di usia 4-13 tahun, Technoplast memang memanfaatkan sejumlah karakter kartun dalam produk-produk households-nya, antara lain botol minum (tumbler) dan tempat makanan, school box, hingga celengan.

Karena menggunakan brand kartun memang menjadi part of strategy Technoplast untuk meningkatkan sales lebih cepat dan bisa lebih cepat diterima di pasar.

Konsumen, secara khusus anak-anak, sangat aware dengan brand-brand kartun.Ketika membeli, konsumen tidak melihat produknya tapi justru brand karakter itu yang menjadi daya tarik.

Sebagai produk yang 80 persen produknya mengincar target market anak-anak di usia 4-12 thn dan di segmen C hingga B+, Technoplast juga melakukan seleksi brand kartun untuk produk-produknya.

Untuk segmen anak perempuan, Technoplast menggunakan brand Hello Kitty, Barbie, dan Princess.

Sementara untuk anak laki-laki --termasuk unisex--, saat ini Angry Birds yang sedang booming. Untuk promosi, Technoplast lebih mengandalkan promosi di below the line.

Demi merangkul tren digitalisasi pemasaran, 3-4 tahun terakhir promosi Technoplast lebih diarahkan ke digital melalui media sosial, seperti Instagram dan Facebook.

Pasar yang dibidik, selain ritel dan ekspor, juga pasar korporasi yang memesan perangkat minum, kotak makan, mug, dan sebagainya untuk kebutuhan branding perusahaan. Contohnya, Nestle, Afra Kids, Forisa dan BCA. Kekuatan Technoplast kata Fadjar adalah inovasi.

Menghadapi kian ketatnya persaingan di bisnis personal ware, Trisinar terus menggulirkan inovasi produk.

Dalam setahun,15-20 produk baru diluncurkan ke pasar. Yang teranyar, Oktober 2016, Technoplast meluncurkan Puzzle Lunch Set, seperangkat peralatan makan dan minum berbentuk puzzle dengan gambar animasi binatang seperti sapi, kepik, lebah dan kucing.

"Itu inovasi ini yang pertama di dunia. Idenya dari pemenang Technoplast Product Design Competition 2015," ungkap Fadjar bangga.

Dengan jumlah karyawan mencapai sekitar seribu orang, Trisinar pun selalu memperhatikan lini SDM.

Seperti pembenahan organisasi, job analysis, workscope analysis, dan sesudahnya baru bisa melakukan performance appraisal dan reward system.

Target Trisinar pada 2018, adalah meraih sertifikat ISO 9001. Target selanjutnya, pada 2020 merampungkan program pembenahan organisasi dan manajemen SDM.

Kualitas manajemen pabrik pun terus ditingkatkan. Total kapasitas produksi Trisinar kini mencapai 70 ribu perangkat plastik per hari atau 10 kali lipat dibanding 2004.

Saat ini, Technoplast menggarap sekitar 20 kategori produk plastik dengan 3 ribu SKU. Kategorinya antara lain botol minum, kotak makan siang, kotak penyimpan makanan, school box, baki plastik dan mug plastik yang dibanderol Rp 15 ribu-150 ribu per unit.

Jumlah lisensi karakter yang digenggamnya pun bertambah menjadi 75, antara lain Hello Kitty, Ironman, Spiderman, Starwars, Ben 10 dan Frozen.

Pasar ekspornya yang mencakup 25% dari total penjualan kini menembus 54 negara tujuan, mayoritas berada di Amerika Selatan dan Timur Tengah.

Negara tujuan ekspornya antara lain Cile, Ekuador, Argentina, UAE, Arab Saudi, Lebanon, Bangladesh, Pakistan dan Filipina.

Komentar Berita

Industri Hari Ini

Momentum Hari Bumi, PGE Meneguhkan Komitmen pada Keberlanjutan untuk Menjaga Kelestarian Lingkungan Hidup

Jumat, 26 April 2024 - 14:30 WIB

Momentum Hari Bumi, PGE Meneguhkan Komitmen pada Keberlanjutan untuk Menjaga Kelestarian Lingkungan Hidup

Pengembangan energi ramah lingkungan temasuk energy panas bumi tak bisa dipisahkan dari upaya menjaga keberlanjutan di semua aspek bisnis. Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang eksplorasi…

PGE Area Kamojang Raih Dua Penghargaan Unggulan dalam Acara Forum CSR Jawa Barat

Jumat, 26 April 2024 - 14:21 WIB

PGE Area Kamojang Raih Dua Penghargaan Unggulan dalam Acara Forum CSR Jawa Barat

PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE) (IDX: PGEO) semakin meneguhkan posisinya sebagai perusahaan energi hijau kelas dunia terdepan dalam praktik bisnis berkelanjutan. PGE Area Kamojang berhasil…

IFG Life

Jumat, 26 April 2024 - 13:29 WIB

Peduli dengan Gaya Hidup Sehat, IFG Life Hadirkan IFG Life Protection Platinum dan IFG LifeCHANCE

Fokus pada kebutuhan nasabah menjadi kunci bagi PT Asuransi Jiwa IFG (IFG Life) dalam menghadirkan produk dan layanan yang komprehensif dan saling melengkapi. Gaya hidup tidak lepas dari aspek…

Direktur Industri Kimia Hulu (Direktur IKHU), Wiwik Pudjiastuti

Jumat, 26 April 2024 - 11:32 WIB

Masih Banyak Sentimen Negatif, Kemenperin Tegaskan Impor PE dan PP Tak Perlu Pertimbangan Teknis

Pemerintah telah mengambil langkah responsif untuk menanggapi isu-isu yang dapat mengganggu kelangsungan usaha, salah satunya melalui pemberlakuan peraturan terbaru mengenai kebijakan dan pengaturan…

SIAM 2024 Maroko

Jumat, 26 April 2024 - 11:20 WIB

Kemenperin Perkenalkan Produk Mesin Pertanian Indonesia Kepada Pelaku Bisnis Maroko di SIAM Menkes 2024

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) bersama Kedutaan Besar Republik Indonesia di Rabat, Maroko menggelar The Indonesia – Morocco Business Forum on Strengthening Industrial Cooperation dalam…