Akurasi Antibodi Sebagai Komponen Utama Pemeriksaan Screening COVID-19

Oleh : Hariyanto | Minggu, 05 Juli 2020 - 12:08 WIB

Ilustrasi Virus
Ilustrasi Virus

INDUSTRY.co.id - Jakarta - Di dalam tubuh manusia terdapat sistem pertahanan untuk melindungi diri dari berbagai benda asing. Benda asing tersebut biasanya bersifat patogen atau mikroorganisme parasit. Sistem pertahanan tubuh tersebut disebut sistem imun.

Untuk mencegah virus menyerang tubuh, setiap manusia harus memiliki sistem imun yang kuat. Namun, banyak dari masyarakat belum paham, seperti apa sistem imun kita bekerja di dalam tubuh?

Menurut dr. Muhammad Irhamsyah, Sp.PK, M.Kes, Dokter Spesialis Patologi Klinik Primaya Hospital Bekasi Timur, pada dasarnya, sistem imun terdiri dari seluruh sel, jaringan, dan organ yang membentuk sebuah  imunitas berupa kekebalan tubuh terhadap infeksi atau suatu penyakit.

Terdapat beberapa fungsi dari sistem imun yaitu diantaranya sebagai penangkal benda asing yang masuk ke dalam tubuh sehingga dapat menjaga keseimbangan fungsi tubuh. Sistem imun juga dapat mendeteksi adanya sel-sel yang tidak normal, termutasi, atau ganas dan kemudian sistem imun akan segera menghancurkannya.

Terdapat banyak molekul kecil di sekitar lingkungan kita yang berpotensi masuk ke dalam tubuh. Molekul kecil tersebut bisa menjadi Antigen (berupa bakteri, virus, atau bahan kimia tertentu) bila melekat pada protein tubuh kita. Molekul kecil tersebut bisa berubah menjadi Antigen yang dikenal dengan istilah hapten.

“Hapten merupakan molekul kecil bagian dari Antigen yang dapat mengaktifkan Antibodi apabila bergabung dengan pembawa yang memiliki molekul besar, seperti protein,” ujar dr. Irhamsyah melalui keterangan resmi yang diterima INDUSTRY.co.id, Minggu (5/7/2020).

Antibodi merupakan sebuah senjata yang tersusun dari protein dan berfungsi untuk melawan sel-sel asing yang masuk ke dalam tubuh. Senjata ini diproduksi oleh sel-sel B yang diumpamakan sebagai pejuang dalam sistem kekebalan tubuh. Antibodi memiliki dua fungsi utama yaitu untuk mengikatkan diri kepada sel-sel musuh yaitu Antigen dan untuk membusukkan struktur biologi Antigen tersebut hingga menghancurkan Antigen tersebut.

“Antibodi akan mengikatkan diri kepada bakteri dan virus penyebab penyakit. Kemudian, Antibodi akan menandai molekul-molekul asing tempat mereka mengikatkan diri sehingga sel pejuang tubuh dapat membedakan molekul asing tersebut sekaligus melumpuhkannya,” tambahnya.

Tubuh manusia mampu memproduksi berbagai Antibodi yang sesuai dengan musuh (Antigen) yang akan dihadapinya. Jika terdapat benda asing yang masuk, maka tubuh menciptakan Antibodi khusus yang cukup kuat untuk menghadapi benda asing tersebut.

Terdapat empat jenis Antibodi yaitu Immunoglobulin A (IgA), Immunoglobulin B (IgB), Immunoglobulin M (IgM), dan Immunoglobulin G (IgG). Pemeriksaan Antibodi IgA biasanya dilakukan oleh dokter untuk mendiagnosis gangguan pada sistem imunitas tubuh manusia. Pemeriksaan Antibodi IgE dilakukan untuk mendeteksi penyakit alergi dan infeksi parasit.

Lalu, apa itu IgM dan IgG yang digunakan untuk mendeteksi COVID-19? dr. Muhammad Irhamsyah, Sp.PK, M.Kes mengatakan bahwa tubuh akan memproduksi Antibodi IgM saat seseorang pertama kali terinfeksi bakteri atau virus sebagai bentuk pertahanan pertama tubuh dalam melawan infeksi.

Kadar IgM akan meningkat dalam waktu tiga hingga empat belas hari saat terjadi infeksi dan kemudian kadar IgM akan menurun dan digantikan oleh Antibodi IgG yang akan muncul pada hari ke tujuh hingga lima belas sampai infeksi tersebut hancur atau musnah. Maka dari itu, hasil pemeriksaan IgM dengan nilai yang tinggi dianggap sebagai tanda adanya infeksi yang aktif.

“Dalam hal pemeriksaan screening COVID-19, terdapat dua metode serologi pemeriksaan Antibodi yang digunakan. Metode pertama yaitu melalui metode tetes spesimen darah yang dikenal dengan nama Rapid Test Antibodi. Metode kedua yaitu pemeriksaan kadar Antibodi terhadap COVID-19 melalui alat mesin yang canggih dengan prinsip ECLIA (Electrochemiluminenscence Immunoassay) menggunakan pancaran cahaya untuk deteksi Antibodi spesifik terhadap COVID-19,” lanjutnya.

Dia mengatakan, sebenarnya keduanya termasuk dalam Rapid Test dan kedua metode tersebut sama-sama menggunakan spesimen darah dalam melakukan pengecekkan Antibodi. Kedua metode tersebut juga memiliki cara kerja penentuan adanya virus yaitu dengan mencampurkan Antigen virus (dalam hal ini Antigen spesifik COVID-19) sebagai pemicu peningkatan Antibodi yang ada di spesimen darah manusia.

Dalam alat obat tetes, Antigen dan spesimen darah disatukan dan jika seseorang terserang virus tertentu, maka akan terjadi peningkatan kadar Antibodi yang ditunjukkan dengan munculnya tanda garis pada alat. Pemeriksaan screening COVID-19 menggunakan alat tetes ini harus dilakukan secara berkala untuk memastikan saat yang tepat ketika Antibodi IgG terbentuk di dalam tubuh (biasanya pada hari ke-7 seseorang terpapar COVID-19).

Hasil pemeriksaan ini dikeluarkan sangat cepat hanya dalam waktu 1 jam dan laporan pemeriksaan laboratorium bisa dikirimkan kepada pasien dalam waktu 1x24 jam. Pemeriksaan yang dikenal dengan nama Rapid Test Antibodi IgG dan IgM ini menggunakan metode immunochromatography dan menggunakan sample serum dan plasma.

Sedangkan, pemeriksaan kadar Antibodi spesifik  COVID-19 menggunakan mesin sensitivitasnya lebih tinggi (bisa hingga 100%) karena di dalam mesin akan terjadi proses pencucian sehingga hanya tersisa komponen Antibodi yang akan menempel bersama label pewarna terhadap Antibodi spesifik COVID-19.

Namun, hasil pemeriksaan ini membutuhkan waktu hingga maksimum 1x24 jam sehingga laporan pemeriksaan dapat diberikan pasien dalam waktu 2x24 jam. Pemeriksaan yang dikenal dengan nama pemeriksaan Serologi ini menggunakan metode immunochemiluminescent ini dikerjakan di alat mesin Immunology dan sample yang dipakai dari darah serum.

Komentar Berita

Industri Hari Ini

Talk Show ICDX yang bertajuk “Menjelajahi Dinamika Komoditi Syariah: Peluang dan Tantangannya di Indonesia”

Selasa, 19 Maret 2024 - 12:22 WIB

Makin Diminati, ICDX Targetkan Transaksi Komoditi Syariah Mencapai Rp 2,5 Triliun di Tahun 2024

Direktur Utama Indonesia Commodity & Derivatives Exchange (ICDX), Nursalam mengatakan, transaksi Komoditi Syariah di Indonesia Commodity & Derivatives Exchange (ICDX) atau Bursa Komoditi dan…

Gedung BNI

Selasa, 19 Maret 2024 - 11:53 WIB

BNI Exporters Forum Bantu UMKM Tembus Pasar Amerika

PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI konsisten mendorong UMKM Go Global dan meningkatkan devisa negara.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto (tengah)

Selasa, 19 Maret 2024 - 11:47 WIB

Menko Airlangga Targetkan 41 Proyek Strategis Nasional Selesai pada Tahun 2024

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto selaku Ketua Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas (KPPIP) mengatakan bahwa pemerintah menargetkan 41 Proyek Strategis…

Kemenkeu dan Kejaksaan Agung Bersinergi Tangani Kredit Bermasalah di LPEI

Selasa, 19 Maret 2024 - 11:36 WIB

Tangani Kredit Bermasalah di LPEI, Kemenkeu Bersinergi Dengan Kejaksaan Agung

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani menemui Jaksa Agung ST Burhanuddin untuk menyerahkan dan melaporkan indikasi terjadinya tindak pidana fraud pada pemberian fasilitas kredit Lembaga Pembiayaan…

Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Febrio Kacaribu,

Selasa, 19 Maret 2024 - 11:24 WIB

Jaga Perekonomian Indonesia, Pemerintah Akan Terus Pantau Dampak Perlambatan Ekonomi Global

Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu mengatakan pemerintah akan terus memantau dampak perlambatan ekonomi global untuk menjaga perekonomian Indonesia.