Pak Harto Tak Pernah Berhenti Pikirkan Ketahanan Pangan

Oleh : Herry Barus | Jumat, 07 September 2018 - 11:10 WIB

Ketahanan Pangan (Foto Dok Industry.co.id)
Ketahanan Pangan (Foto Dok Industry.co.id)

INDUSTRY.co.id - Jakarta - Presiden ke-2 RI Soeharto (Pak Harto) tidak pernah berhenti memikirkan ketahanan pangan, sebab bagi dia tidak akan ada ketahanan nasional di dalam negara apabila rakyatnya kurang makan.

Pernyataan itu dikemukakan puteri pertama Pak Harto, Siti Hardiyanti Rukmana (Mbak Tutut) dalam buku “Soeharto: Ketahanan Pangan dalam Pembangunan Nasional” yang peluncurannya dilakukan di Gedung Dewan Pers Jakarta, Kamis (7/9/2018)

Buku yang diterbitkan oleh Yayasan Harapan Kita itu ditulis oleh wartawan senior Koos Arumdanie. Sang penulis adalah seorang jurnalis yang telah mengikuti dari dekat dinamika pemerintahan di Istana Negara sejak masa Presiden Soekarno hingga Presiden Soeharto.

Berbekal catatan-catatan semasa aktif meliput kegiatan kepresidenan itu pula, ketua Pewaris (Persatuan Wartawan Istana) itu mengungkap lebih rinci apa itu ketahanan pangan dalam hubungannya dengan pembangunan nasional di era Orde Baru.

Dalam buku tersebut Mbak Tutut lebih lanjut menceritakan, sejak berhenti dari jabatan Presiden RI ke-2, Pak Harto yang saat itu sedang terkena stroke dikunjungi  Hioe Husni Wijaya, teman memancingnya.

Pak Harto pun bertanya, “sekarang harga beras berapa?”  Dijawab Hioe:”Enam ribu dua ratus, Pak.”  Pak Harto menimpali: ”Mahal ya… kasihan rakyat.” Raut mukanya tampak murung.

“Itu beras dari mana, dalam negeri apa impor?” Lagi Pak Harto bertanya.  Hioe menjawab bahwa beras itu menurut pemberitaan berasal dari Vietnam. Pak Harto semakin masygul. ”Berarti swasembada saya gagal,” katanya.

Dibagi dalam sepuluh bab, buku setebal 258 halaman itu secara lengkap menghadirkan sejumlah data dan informasi yang menarik tentang latar belakang Pak Harto memilih ketahanan pangan sebagai basis pembangunan nasional, termasuk bagaimana peran Bulog dan Koperasi maupun inovasi teknologi yang diadopsi Pemerintah Orde Baru.

Kegigihan Presiden Soeharto mewujudkan ketahanan pangan membuahkan hasil yang pencapaiannya diakui badan pangan dunia (FAO). Lembaga dunia itu pada Juli 1986 menganugerahi medali emas kepada Presiden Soeharto yang bertuliskan “From Rice importer to self-sufficiency”.

Medali tersebut khusus diberikan kepada kepala negara di dunia yang berhasil dalam pembangunan pertanian, khususnya dalam mencapai swasembada pangan.

FAO menggunakan istilah “Food Security” untuk menjelaskan tentang ketahanan pangan. Dengan definisi ini maka ketahanan pangan diposisikan sebagai tolok ukur terhadap kekuatan gangguan pangan di masa depan atau terhadap ketiadaan suplai pangan akibat berbagai faktor seperti kekeringan, instabilitas ekonomi, gangguan transportasi angkutannya hingga terjadinya konflik atau peperangan.

Secara umum kebijakan Presiden Soeharto sebagaimana tercermin dalam program pembangunan nasional dengan jelas mengupayakan stabilitas pangan, khususnya beras yang diindikasikan dengan kemampuan menjamin harga dasar dan harga tertinggi yang ditetapkan melalui pengadaan pangan nasional.

Selain itu, membangun pertanian nasional yang kuat menjadi keputusan politik yang dibuktikannya dengan menyediakan anggaran pembangunan bagi sektor pertanian dan irigasi selama bertahun-tahun dalam jumlah besar.

Puncaknya terjadi ketika Presiden Soeharto mengesahkan Undang-Undang RI No.7 tahun 1996 tentang Pangan yang menempatkan ketahanan pangan sebagai titik sentral kebijakan pembangunan bangsa.

 

Komentar Berita

Industri Hari Ini

Renos

Kamis, 28 Maret 2024 - 17:36 WIB

Cari Furnitur dan Elektronik Rumah yang Murah? Datang ke Event Renos Gebyar Ramadhan Saja!

Di era yang serba cepat ini, mencari furnitur dan elektronik untuk rumah tidak lagi memerlukan waktu dan usaha yang banyak. Mulai dari mencari furnitur untuk kamar hingga elektronik rumahan…

PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BSI) secara konsisten mendukung program pemerintah dalam mewujudkan Net Zero Emission (NZE) dari berbagai aspek. Salah satunya pembiayaan ramah lingkungan dengan membidik sektor pertanian melalui BSI Mitra Plasma Sawit. Kunjungan dilakukan ke salah satu kebun sawit di Sumatera.

Kamis, 28 Maret 2024 - 17:20 WIB

Dorong Sustainable Banking, BSI Dukung Pembiayaan Sawit Bagi Petani Plasma

PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BSI) secara konsisten mendukung program pemerintah dalam mewujudkan Net Zero Emission (NZE) dari berbagai aspek. Salah satunya pembiayaan ramah lingkungan dengan…

Ilustrasi perumahan

Kamis, 28 Maret 2024 - 17:16 WIB

Terdepan di Wilayah Jabodetabek, Bogor Catat Selisih Pertumbuhan Harga Hunian Tertinggi

Tren harga rumah di Indonesia mengalami peningkatan tahunan sebesar 2,4 persen pada bulan Februari 2024 dibandingkan sejak Februari 2023. Rumah123 mencatat Bogor mengalami kenaikan harga hunian…

Bank Tabungan Pensiun Nasional Tbk (BTPN)

Kamis, 28 Maret 2024 - 14:44 WIB

Bank BTPN Akuisisi Dua Perusahaan Pembiayaan PT Oto Multiartha dan PT Summit Oto Finance

Akuisisi OTO dan SOF jadi tonggak penting bagi Bank BTPN dalam mendorong inovasi produk dan layanan yang semakin relevan dengan kebutuhan perbankan dan pembiayaan masyarakat Indonesia.

Alfath Flemmo, Komposer Produser Musik AI, Mahasiswa President University

Kamis, 28 Maret 2024 - 14:13 WIB

Alfath Flemmo, Komposer Produser Musik AI, Mahasiswa President University Raih Beasiswa dari Sony Music Group Global Scholars Program

Alfath, mahasiswa President University, musisi muda Indonesia asal Kabupaten Jombang, Jawa Timur, yang tengah menempuh studi sarjana Sistem Informasi untuk Bisnis dan Manajemen telah mencatat…