Diskusi Film Horor di Sanggar Teater Populer Jakarta
Oleh : Herry Barus | Minggu, 19 Maret 2023 - 13:47 WIB

Sineas Joko Anwar dan Ketum FORWAN Buyil
INDUSTRY.co.id - Jakarta – Dengan capaian penonton hingga jutaan per judulnya, bahkan memecahkan rekor perolehan penonton sepanjang masa di bioskop nasional, serta meraih piala Citra FFI dan festival film lainnya, untuk elemen elemen penggarapannya, film nasional genre horor bukan lagi karya yang diremehkan. Bahkan kini menjadi arus utama.
Film horor dengan pijakan kekayaan budaya Nusantara juga berpotensi sebagai produk khas Indonesia yang bisa mendunia sebagaimana K-Pop yang sukses mengglobal.
Sementara itu, untuk mendapat perlakuan setara para produser harus memperjuangkannya dengan pemilik bioskop, tidak bisa pasrah begitu saja. Menerima jadwal dan jumlah layar yang diberikan.
Sedangkan penguasa bioskop juga perlu diajak bicara dengan produser dan sineas untuk menentukan mana film yang sesuai dengan penontonnya. Jangan sampai salah sasaran, tidak sesuai segmen penontonnya.
Demikian pokok pokok pikiran dalam diskusi industri film horor di perfilman nasional yang digagas Forum Wartawan Hiburan (FORWAN) serta didukung Direktorat Perfilman Musik dan Media Kemendikbud PT Gema Production (Uti Deng Keke), PT Dee Company, Multivision Plus dan Heru Setya Budi
berlangsung di Sanggar Teater Populer, di Kebon Pala 1/295, Jakarta Pusat, Sabtu petang kemarin. Diskusi menghadirkan sutradara Joko Anwar, produser film H. Firman Bintang dan ketua organisasi perbioskopan H. Djonny Syafruddin SH. Aktor dan sutradara Slamet Rahardjo bertindak sebagai tuan rumah.
Dengan menyajikan presentasi sejarah panjang film genre horor karya dunia dan Indonesia, sutradara Joko Anwar, bahwa kisah kisah horor dalam film sudah hadir sejak teknologi sinematografi periode awal ditemukan. Juga di Indonesia. Sutradara Pengabdi Setan (2017 – 6,3 juta penonton) dan 2022), Perempuan Tanah Jahanam (2019 – 1,7 juta penonton) dan Pengabdi Setan 2 : Communion (2022 – 4,2 juta penonton) ini juga menyebut bahwa film horor Indonesia sudah tayang di empat benua.
Dikemukakan membuat film horor tidak mudah. Karena semua elemennya harus presisi. Ada banyak pengulangan adegan, namun sineas selalau ditantang menyajikannnya secara berbeda. Sehingga penonton selalu merasa mendapatkan hal yang baru.
Selaku sutradara Joko Anwar menyatakan, budaya Nusantara yang dekat dengan dunia mistis memiliki 42 jenis hantu yang bisa dieksplorasi sebagai film. “Bandingkan dengan Barat yang hanya menghadirkan tiga jenis, drakula, monster dan zombie, “ katanya.
Produser Firman Bintang memetakan bahwa pasar film nasional adalah klas menengah ke bawah. Maka fokus kepada kelompok itu, dia menghadirkan film filmnya. “Dari 30 film yang saya produksi, 20 judul di antaranya film horor, “ ungkapnya.
Mencari sutradara film horor tak mudah, kata Firman Bintang, yang sebelumnya dikenal sebagai jurnalis . “Banyak terang terangan menyatakan tidak bisa, banyak yang tidak mau, “ungkapnya. “Selama ini saya banyak kerjasama dengan Nayato karena dia yang mau dan bisa memenuhi kriteria yang saya inginkan. Sebenarnya saya terbuka kerjasama dengan siapa saja, “ jelasnya.
Dipaparkan, di Indonesia, menyelesaikan karya jadi film, baru setengah perjalanan bagi produser. Karena perjalanan berikutnya memperjuangkannya ke pengelola bioskop untuk menayangkannya, untuk mendapatkan layar.
Selama ini ada ketidak adilan bagi produser film dan sineas Indonesia, katanya. Untuk film impor film Barat, pengelola bioskop secara otomatis memberikan 300 layar sekali tayang. Sementara untuk film nasional hanya puluhan. Bahkan untuk hanya beberapa layar saja.
“Dan mereka tidak terbuka. Pernah film saya tayang bareng Iron Man, ya, hancurlah! Sehari tayang, langsung drop!” kenangnya. “Pernah juga film saya diadu dengan film nasional lain yang banyak bintangnya. Saya protes. Kalau saya diemin, bunuh diri namanya, “ katanya dengan nada tinggi.
Djonny Syafruddin, mengungkapkan bagaimana bioskop bisa hidup lagi setelah dua tahun dilarang operasi lantaran Covid 19. “Sebagaiannya bangkrut, dan saya tidak bisa tinggal diam. Saya langsung omong ke Luhut Panjaitan, yang kebetulan teman SMA di Medan. ‘Ini gimana, Hut, teman teman gua pada bangkrut. Kapan bioskop dibuka? Luhut bilang, sabarlah. Saya bilang keburu teman pada mati ini, “ katanya.
Terkait dengan topik film horor, Djonny Syafruddin SH menyatakan, film itu merupakan produk misteri bukan karya matematis. “Harapannya banyak penonton ternyata gagal, tak ada penonton. Modal Rp.15 miliar habis. Ada yang modalnya Rp.3 miliar bisa dapat Rp. 90 miliar” ungkapnya.
Djonny mengeluhkan, banyak pengusaha bioskop dihujat karena menurunkan film nasional. Tapi ketika mendapat puluhan miliar dari bioskop diam saja, tak ada ungkapan terima kasih.
Selaku ketua organisasi perbioskopan, Djonny Syafruddin meminta produser untuk banyak dialog dengan pengusaha bioskop. Film diproduksi dengan modal. Bioskop juga dioperasikan dengan modal dan harus menggaji karyawan.
“Untuk satu layar bioskop, investasinya Rp2,5 sampai Rp.5 miliar, “ katanya seraya mengungkapkan saat ini ada dua ribu layar bioskop di Indonesia, 1.600 layar di antaranya dikelola oleh jaringan.
Pengusaha bioskop dan produser harus sama sama cermat memetakan penonton. Dia ungkapkan pentingnya publikasi dan marketing. Wartawan memiliki peran sebagai pemandu masyarakat penonton.
Di daerah film Barat banyak yang tak laku, justru film lokal laris. “Di Cilacap, tempat bioskop saya, kabar Luna Maya didandanin jadi Suzzana sudah ditunggutunggu dan ditanya tanya kapan mainnya. Dan benar, 80% yang nonton ibu ibu, “ katanya.
Aktor dan sutradara Slamet Rahardjo yang menutup pembicaraan menyatakan dengan presentasi panjang Joko Anwar, dia mengakui bahwa penggarapan film horor memerlukan kesungguhan dan ketelitian. Di melihat dari proses itu pada diri Joko Anwar, dan mengingatkan pada bagaimana Teguh Karya, guru aktingnya, menyutradarai film-filmnya.
Dalam sejarah perfilman nasional, almarhum Teguh Karya (1937-2021) dikenal sebagai sineas yang cermat, artistik dan teliti. “Joko Anwar adalah Teguh Karya di hari ini, “ katanya
Baca Juga
Produksi Film Dokudrama, Cara Cerdas Kemendragi Kampanye Desa Berhasil…
Saatnya CEO Nagaswara Musik Rahayu Kertawiguna Bisnis Film Layar…
Film Gerbang Setan Didukung Pelawak Terbaik Anggota PaSKI
Betty Mahanani Pengusaha Hotel, Pertama Syuting Film Dapat Lawan…
Film Joshua Tree Disambut Hangat Oleh Masyarakat Bali
Industri Hari Ini

Rabu, 06 Desember 2023 - 16:27 WIB
Sukses Curi Perhatian di Jepang, Sharp Bawa AQUOS R8s Pro untuk Pasar Indonesia
Produsen elektronik asal Jepang, Sharp meluncurkan flagship ponsel terbaru untuk memenuhi ekspektasi pengguna akan sebuah ponsel cerdas yang memiliki kemampuan fotografi sekelas kamera mirrorless…

Rabu, 06 Desember 2023 - 15:28 WIB
Dermaster Mendapatkan Penghargaan Pengguna Aptos Terbanyak Di Indonesia Sepanjang Tahun 2023
Pada hari Jumat 01 desember 2023, klinik kecantikan yang tidak asing dikenal sebagai No. 1 Contouring in Indonesia yaitu Dermaster, berhasil mendapatkan penghargaan The Biggest Number of Aptos…

Rabu, 06 Desember 2023 - 15:13 WIB
Integrasikan Teknologi Terkini dan Kemampuan SDM, Pameran Manufacturing Indonesia 2023 Resmi Dibuka
Pameran Mesin, Peralatan, Bahan dan Jasa Manufaktur Internasional ke-32, Manufacturing Indonesia 2023 hadir mulai tanggal 6 hingga 9 Desember 2023 di Jakarta International Expo (JIExpo) Kemayoran.…

Rabu, 06 Desember 2023 - 14:53 WIB
Terapkan Prinsip ESG, BRImo FSTVL Gandeng BenihBaik Tanam 33 Ribu Pohon Mangrove
Implementasi prinsip-prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG) terus dilakukan secara konsisten oleh PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI. Dalam hal ini, kelestarian lingkungan…

Rabu, 06 Desember 2023 - 14:53 WIB
Najwa Shihab Berbagi Tips Bergerak, Bergerak, Berdampak
Siapa yang tidak kenal Najwa Shihab? Jurnalis Indonesia yang telah meraih beragam penghargaan ini memiliki beragam aktivitas. Capaian terbarunya tentu saja acara perayaan #13tahunMataNajwa yang…
Komentar Berita