Pelaku Industri Secara Tegas Tolak Kenaikan Harga Gas

INDUSTRY.co.id - Jakarta - Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki) berharap pemerintah tidak melakukan perubahan terhadap Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT) yang telah dijamin Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 121 Tahun 2022.

Ketua Umum Asaki Edy Suyanto mengatakan, Perpres tersebut sebagai wujud komitmen untuk terus mendukung peningkatan daya saing industri keramik serta menjamin kepastian iklim investasi di Tanah Air.

"Dimana saat ini sampai dengan tahun 2024 sedang berlangsung proyek ekspansi kapasitas industri ubin keramik senilai Rp5 triliun dan industri sanitary ware senilai Rp15 triliun," kata Edy kepada INDUSTRY.co.id di Jakarta, Sabtu (27/8).

Dijelaskan Edy, kebijakan HGBT sebesar USD 6 per MMBTU terbukti efektif membantu industri keramik rebound atau bangkit lebih cepat dari pandemi Covid-19, bahkan bertumbuh lebih kuat.

Hal ini terlihat dari peningkatan tingkat utilisasi produksi keramik nasional yang sebelumnya "stagnan" di kisaran 60-65% (tahun 2015-2020) saat ini sudah meningkat mencapai 75% di tahun 2021 dan 85% di semester I-2022.

Asaki juga mencatat bahwa industri keramik pasca pemberian HGBT, saat ini tengah memasuki zona ekspansif dimana telah merampungkan ekspansi kapasitas baru sebesar 15 juta m2/tahun di tahun 2021, dan mulai tahun 2022 sampai awal tahun 2024 ada tambahan kapasitas baru sebesar 74 juta m2 dengan total nilai investasi sekitar Rp5,5 triliun dan akan menyerap 5.000 tenaga kerja baru.

Adapun total peningkatan kapasitas baru dari tahun 2021-2024 mencapai 89 juta m2/tahun. Angka tersebut setara dengan 109% dari total angka impor keramik di tahun 2021.

"Diharapkan industri keramik nasional bisa menjadi tuan rumah yang baik di negeri sendiri dengan kemampuannya untuk mensubstitusi produk impor yang selama ini berasal dari Tiongkok, India dan Vietnam," tutur Edy.

"Dengan begitu, Indonesia akan masuk sebagai Top 5 produsen keramik di dunia," tambahnya.

Lebih lanjut, Edy mengatakan bahwa HGTB juga telah berhasil mendorong kinerja ekspor keramik kembali pulih, dimana sejak tahun 2015-2019 mengalami tren penurunan.

"Di tahun 2020 telah berhasil bertumbuh di atas 20% dan berlanjut di semester I-2022 yang meningkat 21%," kata Edy.

Hal senada juga diungkapkan Ketua Umum Forum Industri Pengguna Gas Bumi (FIPGB) Yustinus Gunawan. Dikatakan Yustinus, wacana kenaikan harga gas bumi dipastikan merusak pondasi industri pengolahan seperti haknya ketika harga gas bumi naik pada tahun 2015.

"Wacana kenaikan harga gas bumi juga akan merusak kepercayaan investor yang sampai saat ini masih meyakini konsistensi kebijakan pemerintah, khususnya Perpres 121/2020 yang ditetapkan berlaku sampai akhir 2024," tegas Yustinus.

Menurutnya, HGBT USD 6/MMBTU sangat logis dilanjutkan dan diperluas ke sektor-sektor industri lainnya, karena terbukti sangat efektif sebagai modal pembangunan, secara kongkret terbukti industri manufaktur sebagai pondasi ekonomi semakin kokoh.

Hal tersebut tercermin dari Purchasing Managers Index (PMI) Manufactur RI yang terus ekspansif melebihi angka 50 sejak Oktober 2021.

Bahkan, lanjut Yustinus, pada 17 Agustus 2022, Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menyampaikan kebijakan HGBT terbukti mampu memperkuat resiliensi dan daya saing industri pengguna gas, bahkan perluasan penerima HGBT untuk industri sebagai jurus kedua dari 6 jurus prioritas mengejar target pertumbuhan ekonomi RI tembus 5,3% di 2023.

"Jurus HGBT ini konsisten dengan pernyataan Menteri Perindustrian dalam Ratas Kabinet 6 Januari 2020 yaitu HGBT 6 USD/MMBTU atau dibawahnya sangat penting untuk mendorong industri meningaktkan daya saing serupa di kawasan," tutup Yustinus.