Ironi Industri Ikan Hias, Menteri Susi: Masa Negara yang Lebih Besar 100 Kali dari Singapura, Pemasarannya Harus Bergantung dengan Negara yang 100 Kali Lebih Kecil dari Kita

Oleh : Dhiyan W Wibowo | Senin, 25 Desember 2017 - 09:05 WIB

Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti. (Foto: Setkab)
Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti. (Foto: Setkab)

INDUSTRY.co.id - Jakarta, Indonesia diharapkan bisa menguasai pasar ikan hias dunia yang saat ini masih dikuasai oleh Singapura sebagai penguasa pasar ikan hias dunia.

Dengan ketersediaan sumber daya berupa keanekaragaman ikan hias dan wilayah perairan yang luas, bukan hal sulit bagi Indonesia jadi penguasa pasar di industri ikan hias.

Sedikit ironis memang jika kita membaca data soal siapa yang menjadi penguasa pasar industri ikan hias dunia.

Dilansir oleh Kementerian Perikanan dan Kelautan, Data pada 2016 menunjukkan bahwa Indonesia merupakan eksportir ikan hias nomor 5 di dunia yang mampu mengambil pasar hingga 7,13 persennya. Jumlah ini masih kalah dari Singapura yang merupakan eksportir utama di dunia yang mencapai angka 12, 44 persen.

Padahal, Singapura hanyalah sebuah negara kecil yang mengandalkan bisnis jasa, dengan sumber daya alam yang bisa dikatakan sangat minim. Luas perairan Singapura pun hanya bisa disamakan dengan luas perairan pulau Bali.

Sementara Indonesia adalah negara maritim dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia setelah Kanada, yang kaya akan sumber daya alam bawah laut.

Disampaikan Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Alam dan Jasa Kemenko Maritim Agung Kuswandono usai penutupan Pameran Ikan Hias Internasional (2nd Indonesia Ornamental Fish & Aquatic Plant Show) Nusantara Aquatic (Nusatic) 2017 di ICE BSD Tangerang, beberapa waktu lalu, situasi trading komoditas ikan hias saat ini memang memungkinkan Singapura bisa 'mencicipi' posisi di nomor teratas di industri ikan hias dunia.

Pasalnya untuk mengekspor ikan hiasnya, Indonesia sendiri harus melewati Singapura terlebih dahulu.

"Ini menyebabkan Singapura lebih tinggi posisinya dari Indonesia dalam industri ikan hias," kata Agung kepada redaksi Industry.co.id.

Mengomentari posisi Indonesia di kancah idnustri ikan hias dunia, Menteri Keluatan dan Perikanan Susi Pudjiastuti usai menutup event Nusatic 2017 mengatakan, Indonesia sebagai negara tropis dengan wilayah perairan yang luas dengan keanekaragaman ikan hias endemik di tiap daerahnya seharusnya punya peranan kunci dalam penguasaan pasar.

Susi mengaku telah melihat dan mempelajari industri ikan hias dunia, dan ia menilai Indonesia seharusnya bisa lebih unggul dari Singapura. Ini terlihat pada tren nilai ekspor ikan hias dunia pada 10 tahun terakhir yaitu sejak 2007 hingga 2016. Singapura mengalami tren negatif 4.47% per tahun.

Sementara itu, Indonesia mengalami tren positif sebesar 15.17% per tahunnya.

Melihat potensi ikan hias Indonesia ini, dengan tegas Menteri Susi menyampaikan bahwa Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) siap membantu.

Apalagi untuk memajukan industri ini, dibutuhkan kerja sama antar berbagai pihak khususnya di bidang penanganan khusus, mulai dari penangkaran, pembudidayaan, perizinan, hingga transportasi agar ikan hias bisa diantar dalam keadaan hidup.

"Masa negara yang lebih besar 100 kali dari Singapura, pemasarannya harus bergantung dengan negara yang 100 kali lebih kecil dari kita. Untuk itu kita bisa bekerja sama, KKP siap membantu apa saja yang diperlukan. Para pengusaha di sini bisa kita undang dalam business forum, kita bantu display, bantu marketing hasil produksi, apa saja yang diperlukan untuk menjadikan Indonesia nomor satu di bisnis ini," ujar Susi.

Sebelumnya Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan Nilanto Perbowo saat pembukaan event Nusatic 2017 dalam sambutannya mengatakan, pebisnis dan pembudidaya ikan hias Indonesia bisa mengalahkan Singapura yang saat ini merajai pasar ikan hias dunia.

Bagaimana mungkin kita bisa kalah? Laut kita luas, sumber daya kita berlimpah, tapi kenyataannya, kita belum jadi nomor satu di dunia ikan hias. Padahal Singapura luasnya mungkin sama dengan Tangerang ini ujar Nilanto

Untuk ekspor ikan hias laut, kata Nilanto, Indonesia saat inimenduduki posisi ke 3 dunia, dengan nilai mencapai sekitar 5,43 Juta US $. Sementara nilai ekspor ikan hias air tawar menduduki posisi ke 5 besar dunia, dengan nilai mencapai 14,16 Juta US $. dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir (2007 2016).

Berikutnya untuk mendorong produktivitas perikanan di Indonesia baik itu ikan hias maupun ikan konsumsi, Susi mengajak tiap stakeholder untuk mulai melakukan budidaya dan mengurangi ketergantungan suplai dari alam.

Tak hanya ketergantungan terhadap suplai di alam, praktik penangkapan ikan dengan cara destruktif juga harus segera dihilangkan. Pasalnya cara ini justru semakin menggerus sumber daya perikanan Indonesia.

"Saya berharap Nusatic menjadi salah satu pendukung pemerintah untuk memperkenalkan sumber hayati laut yang berkelanjutan, terus banyak ikannya supaya kita bisa panen, industri bisa untung, nelayan juga bisa untung, jadi kalau pemerintah membuat aturan bukan untuk memberhentikan bisnis, tapi untuk memajukan bisnis itu untuk ke depannya," ungkapnya.

Nusantara Aquatic 2017 atau pameran ikan hias Indonesia yang digelar di Ice BSD awal desember lalu, merupakan upaya untuk meningkatkan kepedulian tentang potensi ikan hias Indonesia, dan membangun Industri Ikan Hias Nasional agar mejadi produsen dan eksportir Ikan Hias Nomor 1 di dunia.

Di gelaran Nusatic 2017 tersebut juga diluncurkan Rencana Aksi Nasional (RAN) Pembangunan Industri Ikan Hias 2017-2021.

Selain mengincar pasar ekspor, industri ikan hias juga berkembang di pasar dalam negeri. Pengembangan pasar ikan hias dalam negeri juga didorong oleh Deputi Sumber Daya Alam dan Jasa Kemenko Maritim Agung Kuswandono.

Agung dalam keterangannya kepada redaksi mengimbau gedung dan perkantoran untuk memiliki aquarium. Selain akan menambah nilai estetika ruang, langkah penyediaan aquarium juga akan membantu menggairahkan pasar ikan hias dalam negeri.

"Melihat akuarium begitu kan menenangkan, meredakan stress, jadi cocok untuk dipasang di kantor-kantor atau di lobby dan ruang tunggu," ujarnya.

Komentar Berita

Industri Hari Ini

- PT Energasindo Heksa Karya ("EHK"), Perusahaan distribusi gas Indonesia

Sabtu, 27 April 2024 - 06:46 WIB

Dukung Energi Hijau, Energasindo Heksa Karya, Tripatra, dan Pasir Tengah Berkolaborasi Kembangkan Compressed Bio Methane (“CBM”)

PT Energasindo Heksa Karya ("EHK"), Perusahaan distribusi gas Indonesia yang sahamnya dimiliki oleh PT. Rukun Raharja, Tbk dan Tokyo Gas, PT Tripatra Engineering ("Tripatra"), anak perusahaan…

Siloam Hospitals

Sabtu, 27 April 2024 - 06:37 WIB

Siloam Hospitals Mempertahankan Pertumbuhan dan Melayani Lebih dari 1 Juta Pasien di Kuartal Pertama 2024

Siloam mengumumkan kinerja keuangan dan operasional untuk kuartal pertama tahun 2024. Perseroan mengawali tahun 2024 dengan pertumbuhan yang berkelanjutan dan telah melayani lebih dari 1 juta…

Viya Arsa Wireja Head of Communication Panasonic Gobel Indonesia bersama terdampak Gempa Cianjur

Sabtu, 27 April 2024 - 06:36 WIB

Hadirkan Solusi Bagi Masyarakat Terdampak Gempa, Panasonic GOBEL Donasikan Ratusan Solar Lantern

PT Panasonic Gobel Indonesia (PGI) kembali merealisasikan program globalnya untuk memberikan kontribusi terhadap kemajuan, perkembangan dan kesejahteraan masyarakat melalui operasional bisnisnya…

RUPS-LB Transpower

Sabtu, 27 April 2024 - 06:13 WIB

PT Trans Power Marine Bagikan Dividen 63 Persen

Selama tahun 2023, kondisi perekonomian global masih menghadapi tekanan yang cukup signifikan, dihadapkan oleh tingginya tingkat inflasi dan era suku bunga tinggi, yang menyebabkan ketidakpastian…

Ketua MPR RI Apresiasi Gelaran Art Jakarta Gardens 2024

Sabtu, 27 April 2024 - 04:40 WIB

Ketua MPR RI Apresiasi Gelaran Art Jakarta Gardens 2024

Ketua MPR RI sekaligus Wakil Ketua Umum Partai Golkar Bambang Soesatyo mengapresiasi terselenggaranya Art Jakarta Gardens 2024 di Hutan Kota, Plataran mulai 23-28 April 2028. Menghadirkan berbagai…