Dibeli Lo Kheng Hong, Seperti Apa Kinerja Gajah Tunggal?

Oleh : Kormen Barus | Rabu, 13 Januari 2021 - 08:08 WIB

 PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL) (Foto ist)
PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL) (Foto ist)

INDUSTRY.co.id, Jakarta-Setelah beredar kabar terkait pembelian saham PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL) oleh investor Lo Kheng Hong, harga saham emiten ini langsung melesat 25% pada sesi akhir perdagangan Jum’at 8 Januari 2021. Sementara itu pada penutupan perdagangan Senin 11 Januari 2021, harga saham GJTL kembali naik 13,94%.

Alasan Lo memborong saham perusahaan ban terbesar di Asia Tenggara ini adalah karena nilainya yang tergolong murah.

Lantas apakah untuk saat ini saham GJTL cukup menguntungkan untuk Anda beli, mengingat harganya sudah naik kencang? Berikut adalah ulasan Lifepal seputar performa sekaligus fundamental dari GJTL.

Harga GJTL saat ini sama seperti harga saat pekan kedua April 2010

Tepat pada 11 Januari 2021, harga saham GJTL ditutup naik 13,94% di harga Rp 940 per lembar. Secara historis, harga saat ini tidak jauh berbeda dengan harga GJTL di pekan kedua April 2010.

Bicara soal performa, kinerja saham GJTL di 2010 terlihat jauh lebih tinggi dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Indeks Aneka Industri Bursa Efek Indonesia. Namun memasuki Juli 2015, kinerja GJTL mulai melemah.

Hanya pada pekan kedua Juli 2016 hingga pekan pertama April 2017 lah performa GJTL kembali meningkat dan mengungguli IHSG sebelum akhirnya kembali melemah.

Utang GJTL melebihi ekuitas

Melihat pada kesehatan keuangan GJTL, perusahaan ini memiliki utang yang melebihi ekuitasnya. Berdasarkan informasi di laporan keuangan kuartal III 2020, berikut adalah perhitungan dari nilai beberapa rasio yang mencerminkan likuiditas GJTL.

- Rasio utang berbanding ekuitas (debt to equity ratio) = 194,10%

- Current Ratio 157,75%

- Debt ratio 66%

Tahun 2012, GJTL cetak laba bersih Rp 1,13 triliun

Dalam rentang waktu 2010 hingga 2020, tahun 2012 merupakan tahun di mana perusahaan ban yang cukup sering mensponsori kegiatan balap mobil dan offroad ini mencetak laba bersih tertingginya.

Seperti yang tercantum pada laporan tahunan GJTL tahun 2012, laba bersih perusahaan naik 65,4% yoy dari Rp 684,5 miliar ke Rp 1,13 triliun. Dalam periode tersebut, penjualan GJTL ada di angka Rp 12,57 triliun atau naik 6,23%.

Namun di tahun 2013, laba bersih GJTL justru merosot 89,37% yoy jadi Rp 120,3 miliar. Hal itu disebabkan karena kenaikan beban penjualan dan beban administrasi sebesar 39,49%.

GJTL masih merugi

 

 

Emiten di bidang otomotif ini mencatatkan kerugian bersih sebesar Rp 104,5 miliar di kuartal III 2020. Dalam perhitungan rasio profitabilitas di kuartal III 2020, marjin laba bersih/net profit margin (NPM) GJTL berada di angka -1,09%, marjin laba kotor/gross profit margin (GPM) di 18,56%, rasio pengembalian aset (ROA) di -0,58%, dan rasio pengembalian ekuitas (ROE) di -1,68%.

Rasio profitabilitas GJTL memang terlihat sedikit lebih baik ketimbang PT Goodyear Indonesia Tbk (GDYR) yang juga merupakan produsen ban. Data dari RTI menyebutkan bahwa, di kuartal III 2020, GDYR memiliki nilai NPM -5,75%, GPM 6,26%, ROA -4,64%, dan ROE -11,95%. 

Namun jika dibandingkan dengan kompetitor lainnya yang juga produsen ban yaitu PT Multistrada Arah Sarana Tbk (MASA), rasio profitabilitas MASA justru lebih unggul ketimbang GJTL. MASA memiliki NPM sebesar 6,65%, GPM 20,15%, ROE 8,36%, dan ROA 4,03%.

Lantas bagaimana dengan rasio profitabilitas PT Astra International Tbk (ASII) sebagai perusahaan otomotif dengan nilai kapitalisasi pasar terbesar? Rasio profitabilitas ASII pada kuartal III 2020 juga jauh di atas GJTL. ASII memiliki NPM 10,77%, GPM 22,48%, ROE 12,09%, dan ROA 5,48%.

Seberapa mahal GJTL saat ini?

Berdasarkan data RTI pada 11 Januari 2021, GJTL yang saat itu dihargai Rp 940 per lembar memiliki nilai PER (price earning ratio) -23,49 x. Berikut adalah informasi seputar nilai PER, harga, dan kapitalisasi emiten di Sektor Aneka Industri sub-sektor Otomotif dan Komponen.

PER minus atau negatif pada GJTL, terjadi karena GJTL sedang mengalami kerugian. Nilai ini didapat lantaran rumus dari PER adalah Harga Saham/EPS (laba per saham).

PER negatif lebih menunjukkan sebuah fundamental perusahaan yang sedang kurang baik karena nilai EPS yang didapat juga negatif.

Itulah sedikit ulasan mengenai kondisi keuangan dan profitabilitas GJTL saat ini. Bicara seputar prospek bisnis GJTL, GJTL merupakan perusahaan yang membidik pasar luar negeri.

Dalam pernyataannya di Kontan (9 Januari 2021), Sekretaris Perusahaan GJTL, Kisyuwono menyampaikan bahwa prospek bisnis ban ke Amerika masih cukup baik dengan adanya bea masuk antidumping yang mulai diterapkan Pemerintah Negeri Paman Sam atas produk ban dari Taiwan,  Vietnam, Thailand dan Korea Selatan.

Selain Amerika Serikat, GJTL juga memusatkan perhatiannya ke negara-negara tujuan ekspor yang sudah ada.

Catatan Penulis: Riset ini dibuat oleh Aulia Akbar CFP®, Financial Educator dan Periset Lifepal dan bukan merupakan rekomendasi untuk membeli saham. Untuk membuat laporan ini, riset dilakukan untuk menganalisis laporan keuangan tahunan PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL). Kemudian, secara terpisah Lifepal juga membandingkan data performa saham GJTL dengan pergerakan IHSG dan Indeks Aneka Industri BEI pada Januari 2010 hingga 2021.

 

 

 

Komentar Berita

Industri Hari Ini

Kolaborasi Bank DKI dan PT Jalin Pembayaran Nusantara, Kini Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di ATM BRI

Kamis, 28 Maret 2024 - 22:44 WIB

Kolaborasi Bank DKI dan PT Jalin Pembayaran Nusantara, Kini Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di ATM BRI

Jakarta – Bank DKI kembali menunjukkan komitmennya dalam memberikan layanan terbaik kepada nasabah khususnya dalam layanan digital.

Bank DKI Raih Penghargaan Indonesia Best 50 CEO 2024

Kamis, 28 Maret 2024 - 22:27 WIB

Bank DKI Raih Penghargaan Indonesia Best 50 CEO 2024

Jakarta – Bank DKI kembali meraih apresiasi dari lembaga independen, kali ini dari media The Iconomics sebagai Indonesia Best 50 CEO pada Kategori Bank Daerah, yang diserahkan langsung pada…

Studi Klinis SANOIN dan P&G Health atasi anemia.

Kamis, 28 Maret 2024 - 22:06 WIB

SANOIN dan P&G Health Lakukan Studi Klinis Atasi Anemia

Beberapa temuan dari studi klinis SANOIN terbaru yang didukung P&G Health dan dilakukan oleh para pakar kesehatan terkemuka, menunjukkan efikasi dari suplementasi zat besi dengan Sangobion

Tupperware luncurkan 3 Produk Baru, One Touch Fresh Rectangular, Supersonic Chopper Tall dan Black Series.

Kamis, 28 Maret 2024 - 21:47 WIB

Tupperware Luncurkan 3 Produk Baru Untuk Meriahkan Ramadan

Sebagai Premium Housewares Solutions nomor 1 di Indonesia, Tupperware kembali menghadirkan produk terbaru untuk menemani keluarga Indonesia menyambut Ramadan di tahun ini.

Berkolaborasi Wujudkan Mudik Sehat dan Aman

Kamis, 28 Maret 2024 - 21:45 WIB

Berkolaborasi Wujudkan Mudik Sehat dan Aman

Jakarta - Koordinasi dan kolaborasi lintas sektoral serta sosialisasi kebijakan yang masif menjadi kunci keberhasilan mudik sehat dan aman. Hal ini penting dilakukan mengingat jumlah pemudik…