Investasi Unjuk Gigi

Oleh : William Henley | Senin, 10 Februari 2020 - 07:59 WIB

Pemerhati ekonomi dari Indosterling Capital, William Henley (Foto Dok Industry.co.id)
Pemerhati ekonomi dari Indosterling Capital, William Henley (Foto Dok Industry.co.id)

INDUSTRY.co.id - Sebuah kabar positif tersiar dari kantor Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) yang berlokasi di Jalan Jenderal Gatot Subroto Nomor 44, Jakarta Selatan, 29 Januari 2020. Melalui sebuah konferensi pers, Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mengumumkan realisasi investasi sepanjang tahun lalu mencapai Rp 809,6 triliun atau 102,2 persen dari target yang ditetapkan sebesar Rp 792 triliun. Tidak hanya itu, realisasi investasi sepanjang 2019 juga mengalami pertumbuhan 12,2 persen apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Dari total realisasi investasi Rp 809,6 triliun, nilai penanaman modal dalam negeri mencapai Rp 386,5 triliun, tumbuh 17,6 persen dikomparasikan dengan tahun lalu. Sedangkan nilai penanaman modal asing sebesar Rp 423,1 triliun, tumbuh 7,7 persen dibandingkan dengan tahun 2018.

Walau sudah melebihi target yang ditetapkan, BKPM berkeinginan untuk mempercepat realisasi investasi. Rangkaian langkah lembaga itu adalah mengatasi beragam hambatan yang dihadapi investor, mulai dari perizinan, pertanahan, dan regulasi. Apalagi, target realisasi investasi tahun ini tidak main-main, yaitu Rp 886 triliun.

Lalu, bagaimana memandang realisasi investasi tahun lalu? Lantas, seperti apa proyeksi di tahun ini?

Apa yang terjadi di 2019?

Tahun 2019 bukan tahun yang mudah bagi perekonomian global. Perang dagang yang memanas antara Amerika Serikat dan China telah membuat ekonomi dunia tertekan. Selain perang dagang, ada pula ketidakpastian akibat Brexit hingga peningkatan tensi geopolitik di kawasan Timur Tengah.

Bank Dunia pada Oktober 2019 lantas memproyeksikan perekonomian global hanya tumbuh 3,0 persen, turun dari prediksi per Juli 2019 yang mencapai 3,2 persen. Hal itu pun tertransmisi langsung ke ekonomi Indonesia. Beberapa waktu lalu, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2019 sebesar 5,02 persen, lebih rendah dibandingkan target dalam APBN 2019, yakni 5,4 persen.

Dari sisi domestik, ada tantangan dalam wujud Pemilihan Umum Legislatif dan Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden. Khusus untuk pilpres, pertarungan antara pasangan Joko Widodo dan Ma'ruf Amin melawan Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno, berlangsung ketat. Setelah melalui persidangan di Mahkamah Konstitusi, pasangan Jokowi-Ma'ruf ditetapkan Komisi Pemilihan Umum sebagai presiden dan wakil presiden terpilih pada 30 Juni 2019.

Apabila berkaca dari realisasi investasi tahun lalu Rp 809,6 triliun, pertumbuhan penanaman modal asing lebih rendah ketimbang penanaman modal dalam negeri. Mengapa? Selain karena faktor global, aspek domestik dalam wujud penyelenggaraan pemilu juga berpengaruh besar. Banyak penanam modal yang memilih bersikap wait and see terhadap hasil pilpres.

Hal itu penting sekali. Sebab, ada keraguan Jokowi mampu menaklukkan Prabowo. Apalagi beberapa hari jelang pemungutan suara, survei sejumlah lembaga menunjukkan suara Jokowi diramal tumbuh lambat, sedangkan suara Prabowo melesat. Namun, hasil akhir hingga proses di MK menunjukkan Jokowi yang berpasangan dengan Ma'ruf menjadi pemenang.

Imbasnya kemudian adalah investor tidak ragu lagi sehingga kemudian merealisasikan investasi mereka. Mengapa? Karena sudah ada kejelasan perihal program pemerintah dalam jangka waktu 5 tahun ke depan. Keyakinan itu bertambah setelah kabinet Indonesia Maju dilantik pada 23 Oktober 2019. Tidak hanya itu, dari sisi penanaman modal BKPM kembali mengambil alih pengelolaan Online Single Submission (OSS). 

OSS merupakan salah satu langkah konkret untuk mempercepat perizinan yang berkaitan dengan realisasi investasi.

Bagaimana di 2020?

Tahun ini realisasi investasi ditargetkan Rp 886 Triliun. Dari sisi nominal dan melihat tren beberapa tahun belakangan, target itu bukan tidak mungkin tercapai. Kendati demikian, ada sejumlah tantangan yang mewarnai perekonomian dunia sampai tulisan ini dibuat.

Yang pertama dan utama adalah penyebaran virus Corona. Penyebaran virus itu telah mengakibatkan ekonomi dunia tertekan. Perekonomian China diprediksi turun 1sampai 2 persen, sementara dampak ke Indonesia diperkirakan sekitar 0,3 persen.

Akan tetapi, BKPM melaporkan realisasi investasi dari China sejauh ini masih normal, sebab investor meyakini bahwa masalah terkait penyebaran virus Corona akan lebih cepat dibandingkan dengan penyelesaian masalah SARS yang mencuat beberapa tahun lalu.

Realisasi investasi tahun ini juga akan ditentukan oleh keberadaan Omnibus Law. Sejak dikemukakan oleh Presiden Joko Widodo dalam pidato pelantikan di ruang sidang MPR pada 20 Oktober 2019, Omnibus Law terutama RUU cipta lapangan kerja dianggap menjadi terobosan pemerintah dalam menyelesaikan tumpukan regulasi yang semrawut.

Di titik ini, diperlukan komitmen bersama antara pemerintah dan DPR untuk segera menyelesaikan pembahasan Omnibus Law. Semakin cepat Omnibus Law selesai, maka akan semakin baik untuk investor. Karena ada kepercayaan diri dari penanam modal baik asing maupun dalam negeri terhadap keseriusan pemerintah meningkatkan investasi.

Namun itu semua tidak cukup, sebab setelah undang-undang disahkan, pemerintah harus segera menyosialisasikan Omnibus Law itu kepada semua pihak termasuk buruh agar tidak ada gejolak di masyarakat.

Kemudian dari sisi BKPM, diketahui ada total proyek mangkrak senilai Rp 708 triliun. Dari jumlah itu, kepala BKPM bilang kalau sekitar Rp 200 triliun sudah diselesaikan pada tahun lalu. Sedangkan sisanya akan diselesaikan pada tahun ini.

Penyelesaian masalah itu, butuh peran serta dari berbagai pihak tidak hanya BKPM. Ada peran kementrian dan lembaga terkait lainnya, seperti Kementrian Ketenagakerjaan tidak ketinggalan peran pemerintah daerah yang bersentuhan langsung dengan para investor. Hal ini membutuhkan sinergi dan koordinasi yang matang dari para pihak agar realisasi investasi menjadi lebih cepat.

Pada akhirnya, penanaman modal yang direalisasikan haruslah memiliki manfaat bagi perekonomian negara. Ia tidak hanya dirasakan dalam bentuk peningkatan pertumbuhan PDB saja, melainkan juga dalam wujud penciptaan lapangan kerja dan penurunan angka kemiskinan. Upaya mempercepat dan mengakselerasi realisasi investasi memang tidak mudah, namun dengan kerja bersama semua itu bisa tercapai.

William Henley: Founder IndoSterling Group

 

 

 

Komentar Berita

Industri Hari Ini

Ini perlengkapan rumah tangga

Jumat, 26 April 2024 - 10:21 WIB

Penjualan 2023 Melesat, Panca Anugrah Wisesa Buka Showroom Baru di PIK 2

PT Panca Anugrah Wisesa Tbk (MGLV) sebagai emiten yang bergerak di bidang perdagangan besar peralatan dan perlengkapan rumah tangga sepanjang tahun 2023 sukses meraih lonjakan penjualan hingga…

Kerjasama di Hanover Messe

Jumat, 26 April 2024 - 10:14 WIB

Indonesia Jalin 13 Perjanjian Kerja Sama Industri Senilai Lebih dari Rp5 Triliun di Hannover Messe 2024

Keikutsertaan Indonesia dalam Hannover Messe 2024 bertujuan untuk mewujudkan kerja sama industri dan penanaman modal asing. Pada penyelenggaraan ajang pameran industri terkemuka dan berpengaruh…

J&T Express Kembali Hadirkan J&T Connect Run 2024, Tiket Telah Resmi Dijual

Jumat, 26 April 2024 - 09:59 WIB

J&T Express Kembali Hadirkan J&T Connect Run 2024, Tiket Telah Resmi Dijual

&T Express, perusahaan ekspedisi berskala global kembali menghadirkan J&T Connect Run setelah menuai kesuksesan di tahun pertamanya pada 2023 lalu. Masih mengusung tema "Run Together, Share…

[Kiri ke kanan] Royke Tobing - Direktur Cyber Intelligence PT Spentera, Haliwela - Direktur R & D PT Spentera, Marie Muhammad - Direktur Operasional Eksternal PT Spentera, Thomas Gregory - Direktur Operasi Internal PT Spentera

Jumat, 26 April 2024 - 09:50 WIB

Spentera Bantu Penguatan Keamanan Siber Pada Infrastruktur Informasi Vital Indonesia dalam Menghadapi Ancaman Siber

Kejahatan siber merupakan masalah serius yang dapat menyerang baik individu maupun institusi. Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia menyebutkan bahwa terjadi peningkatan…

ASABRI mengikuti edukasi keterbukaan informasi publik

Jumat, 26 April 2024 - 09:45 WIB

ASABRI Komitmen Dukung Keterbukaan Informasi Publik

ASABRI bersama 5 BUMN Lainnya yaitu Indonesia Re, Indonesia Financial Group (IFG), Perum Bulog, Danareksa, dan MIND.ID, hadir dalam penyelenggaraan Forum Edukasi Keterbukaan Informasi Publik…