Indonesia Siap Manfaatkan Pinjaman Bank Infrastruktur China
Oleh : Herry Barus | Kamis, 30 Agustus 2018 - 08:45 WIB
Bambang Brodjonegoro (Foto/Rizki Meirino)
INDUSTRY.co.id - Jakarta- Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro mengatakan Indonesia siap memanfaatkan pinjaman bank infrastruktur China, Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB).
Bambang menuturkan, dalam pertemuannya dengan Presiden AIIB Jin Liqun di Kantor Bappenas, Jakarta, Rabu (29/9/2018) , terlihat portofolio pinjaman AIIB ke Indonesia saat ini masih kecil sejak AIIB berdiri dua tahun lalu.
"Setelah kami pelajari, dibandingkan dengan India, misalnya yang jumlahnya relatif besar, memang kita belum terlalu siap dengan 'pipeline' dari proyek yang diajukan untuk dibiayai oleh AIIB. Oleh karena itu, dalam pertemuan tadi, saya sudah menyampaikan kesiapan kita untuk menyiapkan 'list' dari kegiatan-kegiatan di infrastruktur yang nanntinya akan bisa dibiayai oleh AIIB, baik sendiri maupun bersama dengan lembaga pinjaman lainnya seperti Bank Dunia maupun bank investment di Eropa," ujar Bambang.
Untuk daftar proyek yang akan diajukan ke AIIB dan ditargetkan rampung tahun ini, lanjut Bambang, ia menekankan pada proyek pengembangan angkutan massal berbasis rel di kota-kota besar.
"Mengenai list-nya sendiri saya memang memberikan penekanan kepada beberapa jenis kegiatan. Pertama adalah mengembangkan angkutan massal yang berbasis rel di kota besar, apakah yang di bawah tanah maupun yang model LRT atau 'elevated'," kata Bambang.
Selain itu, Bambang juga menekankan proyek yang ditawarkan ke AIIB terkait energi terbarukan karena pemerintah Indonesia memiliki komitmen yang cukup berat pada 2025 yaitu 23 persen energi primer pembangkit berasal dari energi terbarukan.
"Ketiga, kami sampaikan proyek-proyek infrastruktur yang nantinya strukturnya adalah KPBU (kerja sama pemerintah dan badan usaha) maupun yang 'pure' swasta atau masuk katagori PINA," ujar Bambang.
Melalui skema KPBU, pemerintah Indonesia dan AIIB dapat bersama-sama mendanai proyek-proyek infrastruktur di Tanah Air. Sedangkan dengan skema pembiayaan investasi nonanggaran (PINA), AIIB dapat langsung memberikan pendanaan ke pihak swasta di Indonesia sehingga tidak menambah utang pemerintah.
"Jadi, itu inti pembiacaraan kita. Dan kalau kita bisa memanfaatkan AIIB lebih banyak, berarti dalam kondisi dimana surat berharga negara sedang mengalami tekanan dari penguatan dolar AS, maka tentunya kebutuhan pembiayaan sebagian bisa di-'handle' oleh pinjaman seperti dari AIIB dan tentunya kelebihan lain ini 'multilateral development bank' kategorinya, maka dia tidak punya persyaratan yang mengharuskan pakai teknologi tertentu atau keharusan-keharusan yang mengikat lainnya," ujar Bambang.
Sejauh ini, ada empat proyek infrastruktur di Indonesia yang dibiayai oleh AIIB. Pertama, proyek modernisasi irigasi strategis dan rehabilitasi mendesak untuk meningkatkan sistem irigas di Indonesia sehingga bisa menghasilkan produksi dalam jumlah yang lebih besar senilai 250 juta dolar AS.
Kedua, proyek perbaikan operasional dan keselamatan bendungan untuk memperbaiki kehidupan orang-orang yang tinggal di hilir bendungan serta melindungi infrastruktur lokal senilai 125 juta dolar AS.
Ketiga, proyek pengembangan infrastruktur regional senilai 100 juta dolar AS dan keempat, proyek peningkatan kawasan kumuh 216,5 juta dolar AS. (Ant)
Komentar Berita