Kisah Petani Jagung Berdasi (1): Jagung Tak Bikin Jantungan

Oleh : Hariyanto | Kamis, 18 Oktober 2018 - 16:29 WIB

Dean Novel
Dean Novel

INDUSTRY.co.id - Jakarta - Jagung pakan belakangan banyak dicari, mulai dari kalangan peternak ayam layer (petelur) hingga industri pakan ternak. Tanaman serealia yang berwarna spesifik - berbeda dengan jagung manis (hortikultura) ini, memang merupakan salah satu bahan utama pakan ternak ayam. 

Ini salah satu sebab mengapa Dean Novel, seorang penyandang gelar pasca sarjana sebuah kampus swasta di Ibukota, memilih menjadikan jagung pakan sebagai ladang usahanya. Petani berdasi berusia 44 tahun yang sangat jarang mengenakan dasi ini, begitu tersohor di Nusa Tenggara Barat (NTB). Masyarakat mengenalnya sebagai agripreneur atau pengusaha jagung. Lahan yang dikelolanya lumayan luas mencapai 7.000 ha.

Dean berkisah berkat keuletannya mempelajari dan mencoba beragam komiditi, ia mengenali dengan baik karakter dan potensi pasar komoditas bahan pangan. Beras misalnya, pasarnya konsumen dan Bulog. Kalau pasarnya konsumen kita menjualnya retail. Sementara kalau mau yang partai besar lewat Bulog, tetapi terkendala Harga Pembelian Pemerintah (HPP).

"Sebaliknya, jagung tidak begitu. Jagung justru tidak retail tetapi pasarnya industri. Itu yang menarik”, ujar Dean.

 

Bisnis Jagung Pakan Tak Bikin Jantungan

Dean mengaku sudah mencoba setidaknya tujuh komoditi. Mulai dari kakao, kopi, rempah dan rumput laut. Dari semuanya, ia membuktikan jagung yang paling stabil, risikonya bisa diukur dibandingkan komoditi lain, dan pasarnya masih sangat luas. 

"Sambil merem saja jagung menghasilkan. Tidak jantungan. Kopi jantungan, kakao jantungan, rempah dan rumput laut apalagi bikin jantungan. Rempah kalau harganya naik ampun-ampunan naiknya. Tetapi kalau jatuh bisa ampun-ampunan juga dan bisa sampai bangkrut”, jelasnya. 

Alasan lainnya adalah, karena saat memulai usahanya impor jagung sangat tinggi. Selama sepuluh tahun terakhir rata-rata impor jagung Indonesia itu mencapai 3 juta ton. Menanam jagung juga lebih mudah dan lebih murah, tidak sampai separuh modal menanam padi. 

“Padi minimal sekali tanam kita harus mengeluarkan dana Rp 12 juta. Sedangkan menanam jagung cukup Rp 5 juta per ha dalam semusim, dan hasilnya sampai 10 ton per ha”, jelasnya.

Limbah jagung pun luar biasa dahsyat. Daun kering dan batangnya dapat diolah menjadi silase (pakan berkadar air tinggi). Bongkolnya diolah menjadi pakan ternak berprotein tinggi lewat fermentasi. Dan tentu jagung pipilannya menjadi bahan utama pakan ternak.

“Jagung itu mirip kelapa, semuanya dapat diolah dan dimanfaatkan. Cuma bedanya kelapa tanaman tahunan sehingga tahan napasnya terlalu lama. Sementara jagung tanaman semusim, jadi bisa cash flow”, terangnya lagi.
                                                                                   

Ramai-ramai Tanam Jagung

Dari segi ekonomi jagung pakan sebelumnya bukanlah komoditas yang menarik. Semangat petani menanam jagung mulai terdongkrak sejak Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengubah (HPP). Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman pernah menjelaskan, harga jagung sebelumnya dibanderol Rp 1.000 hingga Rp 1.500 per kilogram (kg). Nilai itu dinilai terlalu rendah hingga bisa merugikan para petani jagung.

"Jadi langsung keluarkan pepres itu harganya Rp 3.150 per kg sehingga orang bertani produksi naik 3-4 juta ton", ungkap Amran.

Saking antusiasnya menanam jagung karena harga jual tinggi, hampir semua lahan kosong ditanami jagung. Ada yang memanfaatkan pinggiran jalan seperti di Lampung, pematang sawah, pegunungan seperti di Jeneponto, Sulawesi Selatan. 

"Bahkan kuburan pun ditanami jagung, itu di Yogyakarta. Jadi, petani itu tak usah disuruh-suruh asal komoditas itu menguntungkan pasti mereka tanam," katanya lagi. 

Untuk sementara ini fokus Dean masih sebatas memenuhi industri pakan ternak Jawa Timur.

“Sampai sekarang masih kewalahan karena permintaannya masih sangat tinggi”,
Sementara untuk luar Jawa, karena keberhasilan buah ketekunannya Dean menjadi konsulltan Pemerintah Daerah untuk pertanaman jagung di Sulu, Halmahera dan juga NTT. 

Komentar Berita

Industri Hari Ini

Ilustrasi Properti

Kamis, 02 Mei 2024 - 21:55 WIB

Peringatan Hari Kartini: Srikandi BUMN Gelar Edukasi Terkait Investasi Properti

Jakarta-Dalam rangka memperingati Hari Kartini Srikandi BUMN Indonesia menyelenggarakan webinar bertajuk “Smart Investment 2024 Year of The Dragon”. Acara yang digelar secara daring, akhir…

Kick Off Toyota Eco Youth (TEY) ke-13

Kamis, 02 Mei 2024 - 20:15 WIB

Toyota Eco Youth Kembali Digelar Ajak Generasi Muda Berperan Nyata Jaga Bumi

Toyota Indonesia secara resmi menggelar Kick off Toyota Eco Youth (TEY) ke-13 dengan mengusung tema "EcoActivism, Saatnya Beraksi Jaga Bumi”.

IKN Project Shipment and Conference

Kamis, 02 Mei 2024 - 20:09 WIB

Dari Istana Negara Hingga Kantor Presiden, MJEE Pasok Lift dan Eskalator di Sejumlah Gedung Utama IKN

Jika sebelumnya pada 26 Februari 2024 principal MJEE yaitu Mitsubishi Electric Building Solutions Corporation (MEBS) di Tokyo mengumumkan bahwa MJEE telah berasil mendapatkan pesanan untuk 55…

Menperin Agus Gumiwang Kartasasmita

Kamis, 02 Mei 2024 - 19:40 WIB

Menperin Agus: Industri Manufaktur RI Sehat & Solid, Ekspansif 32 Bulan Berturut-turut

Fase ekspansi yang dicatat oleh industri manufaktur tanah air masih berlanjut sehingga memperpanjang periode selama 32 bulan berturut-turut. Ini berdasarkan laporan S&P Global, yang menunjukkan…

RS Royal Progress Sunter memiliki jajaran dokter spesialis vaskular dan endovaskular handal serta dukungan teknologi medis terkini yang dapat membantu menangani permasalahan varises.

Kamis, 02 Mei 2024 - 19:35 WIB

RS Royal Progress Sunter Hadirkan Metode Penanganan Varises Laser Tanpa Bedah

Memiliki jajaran dokter spesialis vaskular dan endovaskular handal, RS Royal Progress Sunter hadirkan EVLA, metode penanganan varises lewat laser, tanpa bedah dan minim sayatan.