Derita Industri Tekstil Kian Menjadi, Angka Impor Pakaian Bekas Sentuh 350 Ribu Potong per Hari
Oleh : Ridwan | Sabtu, 01 April 2023 - 05:20 WIB

Pakaian bekas impor
INDUSTRY.co.id - Jakarta - Baju bekas impor yang masuk ke pasar Indonesia jumlahnya kian tak terbendung. Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) mencatat, sepanjang 2022, volume pakaian bekas impor yang masuk ke Indonesia mencapai 25.808 ton per tahun atau setara dengan 350 ribu potong pakaian bekas per hari.
Dari angka tersebut, Malaysia menjadi negara pengirim terbanyak mencapai 24.544 ton, diikuti Korea Selatan sebanyak 588 ton, China 358 ton.
Selanjutnya ada Taiwan sebanyak 188 ton, disusul Jepang sebanyak 92 ton, dan Thailand 38 ton.
"Malaysia jadi negara paling banyak, jika melihat dari data yang dikumpulkan Trademaps 2022," kata Ketua Umum API Jemmy Kartiwa Sastraatmadja saat konferensi pers di Jakarta, Jumat (31/3).
Ia mengungkapkan bahwa sepanjang tahun 2021, volume impor pakaian bekas yang masuk ke Indonesia jauh lebih besar yakni mencapai 27 ribu ton. Sedangkan tahun 2020 sebanyak 24 ribu ton.
Lebih lanjut, Jemmy menyebut bahwa ada selisih yang sangat besar antara data yang dimiliki oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dengan data yang dimiliki lembaga serupa di Malaysia yaitu Trademaps terkait volume impor pakaian bekas dari negeri jiran tersebut.
BPS mencatat sepanjang tahun 2022, volume impor pakaian bekas dari Malaysia hanya mencapai 1,65 ton. Angka tersebut jauh lebih rendah dibandingkan data Trademaps yang mencapai 24.544 ton.
"Artinya ini selisih yang cukup besar, makanya kenapa disebut ilegal, karena di Indonesia tidak terdata, penyelundupan," terangnya.
Oleh karena itu, API meminta pemerintah untuk terus melalukan tindakan pencegahan dan penegakan hukum atas peraturan impor ilegal.
"Kami juga meminta pemerintah untuk memberi kesempatan bagi industri dalam negeri terutama IKM untuk berkontribusi menyempurnakan regulasi di masa mendatang," tandas Jemmy.
"Saya juga memastikan bahwa pihaknya siap melakukan substitusi produk yang sebelumnya di jual oleh pedagang pakaian bekas," katanya.
Dikesempatan yang sama, Ketua Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filament (APSyFI), Redma Gita Wirawasta mengatakan, ada empat modus impor pakaian bekas tidak sesuai prosedur yang masuk ke Indonesia.
Pertama, under invoice yakni volume dan nilai barang dalam pemberitahuan impor barang (PIB) yang diturunkan atau dikurangi.
Kedua, pelarian HS, yang mana HS dan PIB diubah ke HS yang bea masuknya lebih rendah. Ketiga, transhipment atau pemalsuan surat keterangan aset barang (SKA/COO).
"Yang terakhir, adanya impor barangan, yang mana kegiatan impor pakaian bekas tersebut dilakukan tanpa perhitungan bea masuk dan pajak yang seharusnya dengan menggunakan jasa importir undername," terang Redma.
Oleh karena itu, dirinya berharap pemerintah dapat bertindak tegas dengan menertibkan importir pakaian bekas tersebut.
"Kalau barang impor bayar pajak, produk dalam negeri pasti bisa bersaing. Nah, yang sekarang ini kan, mereka tidak bayar pajak dan kewajiban lainnya, jadi industri kita kalah saing," jelasnya.
Sementara itu, Ketua Umum Ikatan Pengusaha Konveksi Bandung (IPKB), Nandi Herdiaman mengatakan, keberadaan pakaian bekas impor sangat menganggu pasar IKM konveksi.
"Pasar kami terganggu, Tanah Abang, Cipulir dan lainnya dulu barangnya dari kami. Dulu mereka (pedagang pakaian bekas impor) jual produk dari kami, tapi sekarang banyak barang-barang impor. Jadi kami tidak bisa bersaing," terang Nandi.
Dirinya menjelaskan bahwa saat ini IKM konveksi yang berada di bawah naungan IPKB berjumlah 3.000 konveksi.
"Saat ini kita sudah mulai bangkit dari keterpurukan pandemi Covid-19, dengan maraknya pakaian bekas impor ini justru membuat IKM konveksi bukan mati tapi sakit parah, dan kalau ini dibiarkan IKM konveksi pasti akan benar-benar mati," paparnya.
Oleh karena itu, dirinya mengajak para pedagang pakaian bekas impor untuk kembali menjual produk-produk buatan dalam negeri yang secara kualitas tidak kalah saing dengan produk impor.
"Saya mengajak teman-teman penjual atau pedagang baju bekas impor untuk kembali menjual produk kami yang secara kualitas tidak kalah saing," tutup Nandi.
Baca Juga
Coats Indonesia Prioritaskan Kesejahteraan Karyawan Lewat Program…
Dirjen IKFT Resmikan Pabrik Tekstil Baru di Bandung, Bukti Kebangkitan…
Awali Tahun 2025, BELL Bukukan Pertumbuhan Penjualan 12 Persen YoY
Kinerja TRIS Melesat 16,74% di Tengah Tantangan Industri Tekstil…
Catat Baik-baik! Kampus Kemenperin ini Punya Andil Dongkrak Kinerja…
Industri Hari Ini
Minggu, 18 Mei 2025 - 06:58 WIB
Transformasi Digital Telkom Solution dan Indibiz Hadirkan Xperience Center di Digiland 2025
Telkom Solution dan Indibiz hadirkan Xperience Center di Digiland 2025. Menawarkan pengalaman nyata solusi digital B2B untuk mendorong transformasi bisnis di Indonesia.

Sabtu, 17 Mei 2025 - 21:11 WIB
Philips Perkenalkan BLDC Dryer S8000, Teknologi Inovatif Untuk Rambut Sehat dan Percaya Diri
Philips BLDC Dryer S8000 hadir sebagai solusi pengering rambut canggih untuk perempuan Indonesia. Keringkan rambut hanya dalam 3 menit dengan hasil kuat, bebas kusut, dan berkilau berkat teknologi…

Sabtu, 17 Mei 2025 - 20:49 WIB
Prodia Hadirkan Solusi Kesehatan Personal: Padukan Nutrisi, Genetik, dan Teknologi di 10 Kota Besar
Prodia hadirkan solusi kesehatan personal di 10 kota melalui seminar dan fitur baru aplikasi U by Prodia, padukan nutrisi, genetik, dan teknologi canggih untuk gaya hidup sehat yang dipersonalisasi.

Sabtu, 17 Mei 2025 - 20:32 WIB
Indibiz Bagikan Tiket Gratis Digital Run 2025 bagi Pelanggan Setia, Apresiasi untuk Pelaku UKM Digital
Indibiz bagikan tiket gratis Digital Run 2025 bersertifikat World Athletics kepada pelanggan UKM terpilih.

Sabtu, 17 Mei 2025 - 20:29 WIB
Kembali Digelar, Siloam Oncology Summit 2025 Dorong Kolaborasi Global untuk Penanganan Kanker di Indonesia
Mochtar Riady Comprehensive Cancer Centre (MRCCC) Siloam Hospitals Semanggi kembali menunjukkan komitmennya dalam mengembangkan inovasi penanganan kanker di Indonesia melalui pelaksanaan Siloam…
Komentar Berita