Green Pharmacy Harus Jadi Obat Integratif untuk Pengobatan Konvensional

Oleh : Ridwan | Selasa, 06 September 2022 - 17:45 WIB

Director of Research & Business Development Dexa Group, Dr. Raymond Tjandrawinata
Director of Research & Business Development Dexa Group, Dr. Raymond Tjandrawinata

INDUSTRY.co.id - Bali - Lead Chair T20 Prof Bambang Brodjonegoro mengatakan, untuk berkomitmen dalam sektor kesehatan diperkukan kolaborasi dan sumber daya untuk membangun ketahanan kesehatan global.

Hal tersebut disampaikan Bambang Brodjonegoro saat diskusi daring T20 Indonesia Parallel Session 3D: Green Pharmacy’s Role in Supporting Global Health Architecture pada Selasa (6/9/2022).

"Seperti yang disampaikan Menteri Kesehatan RI, kita harus memahami bahwa tangguh adalah kata yang membawa kesan yang kuat dalam upaya keberlangsungan hidup kita di era pandemi Covid-19 ini," kata Bambang.

Dikatakan Bambang, ketahanan sistem kesehatan merupakan tulang punggung kesiapsiagaan dan tanggap darurat. Menurutnya, dengan ketahanan kesehatan yang memadai, pelayanan kesehatan esensial dapat terjaga.

"Dengan berpegang teguh pada prinsip kualitas dan responsi krisis, kita dapat menciptakan arsitektur kesehatan global yang lebih inklusif. Bersama-sama kita harus mengembangkan kemampuan untuk memperkaya sumber daya serta produk kesehatan demi pencegahan, kesiapsiagaan, dan responsi pandemi," terangnya.

Lebih lanjut, Bambang menyebut bahwa Indonesia memiliki potensi untuk mengembangkan Green Pharmacy atau fitofarmaka untuk menjaga kualitas, khasiat, dan obat-obatan yang ramah lingkungan, sehingga dapat menciptakan akses atau solusi untuk isu penanggulangan bahan kimia yang ada di seluruh dunia.

"Indonesia harus mendukung industri lokal demi memperluas sumber daya serta produksi produk kesehatan, terutama untuk pengobatan dan terapeutik. Seperti yang telah diinstruksikan oleh Bapak Presiden kepada Menteri Kesehatan untuk mendukung serta memfasilitasi perkembangan kemandirian industri farmasi dan alat kesehatan, dalam upaya mendukung Green Pharmacy atau fitofarmaka sebagai bagian dari gerakan Bangga Buatan Indonesia," papar Bambang.

Dalam Presidensi G20 ini, lanjut Bambang, Indonesia harus menjadi panutan dalam pengembangan fitofarmaka yang kita dorong sebagai gerakan Green Pharmacy.

"Ini merupakan masa depan yang menjanjikan bagi kemandirian serta ketahanan kesehatan bagi negara-negara yang memiliki kapabilitas produksi produk kesehatan yang terbatas dan angka impor yang tinggi," katanya.

Dijelaskan Bambang, pengembangan Green Pharmacy telah memiliki pasar yang menjanjikan di masa depan, mulai dari negara-negara berkembang hingga negara maju, yang sebagian besar penduduknya menggunakan produk obat herbal dalam memenuhi kebutuhan kesehatan dasar mereka karena khasiat yang tinggi serta untuk pengobatan penyakit menular dan tidak menular.

"Saat ini, Green Pharmacy telah mendapatkan dukungan yang sangat baik serta koordinasi yang sangat kuat. Indonesia dengan inisiasi Green Pharmacy, menjadi panutan dalam pengembangan fitofarmaka bersama dengan industri kesehatan lokal sebagai tulang punggung industri kesehatan," tutur Bambang.

Melalui forum ini, tambahnya, pihaknya ingin menyampaikan betapa pentingnya Green Pharmacy serta memberikan pemahaman yang lebih baik lagi tentang bagaimana Green Pharmacy dapat membantu pembangunan arsitektur kesehatan global dengan kolaborasi dari berbagai pihak.

Sementara itu, Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Lucia Rizka Andalusia mengatakan, obat herbal sebagai bagian dari pengobatan tradisional dan komplementer, menjadi sumber daya kesehatan yang penting tapi sayangnya sering diremehkan. 

"Terutama, dalam pencegahan dan pengelolaan gaya hidup terhadap penyakit kronis dan dalam memenuhi kebutuhan kesehatan populasi yang menua," ujar Lucia.

Menurutnya, banyak negara berusaha untuk memperluas cakupan layanan kesehatan esensial, pada saat harapan pelanggan untuk perawatan kesehatan dan sebagian besar anggaran stagnan dan berkurang. Bahkan, obat herbal menjadi fokus para peneliti dan industri di dunia termasuk negara-negara G20.

Namun ada juga tantangan, seperti kurangnya penelitian karena kesulitan, dukungan keuangan untuk penelitian tentang TCM (Tes Cepat Molekuler) dan pengobatan herbal. Kurangnya kemauan politik dan kapasitas untuk memantau keamanan produk TCM, sistem informasi dan analisis serta integrasi TCM ke dalam sistem kesehatan," jelasnya. 

"Hal ini seharusnya tidak memperlambat potensi produk herbal, kita harus melihat ini sebagai peluang. Indonesia dengan sekitar 143 ha hutan tropis, dengan 28.000 spesies tumbuhan, 32 ribu bahan telah dimanfaatkan. Indonesia dengan 217 juta penduduk tetap menjadi pemain utama baru untuk Farmasi Hijau (Green Pharmacy) dengan produk jamu," sambungnya.

Untuk mencapai hal tersebut, Kementerian Kesehatan mulai menerapkan transformasi sistem kesehatan dengan 6 pilar, di mana ketahanan sektor farmasi merupakan bagian dari transformasi ini. 

Agenda transformasi ini mencerminkan dukungan Kementerian Kesehatan dalam pengembangan dan pemanfaatan jamu di bidang kesehatan.

"Di lokasi pengembangan, kami mendorong penelitian, pengembangan, hingga penanganan dan pemanenan bahan baku untuk memastikan standar kualitas dalam produksi. Kami menyelaraskan upaya untuk mendukung UKM untuk mengembangkan bisnis dan pasar mereka," pungkasnya. 

Di situs permintaan, kata Lucia, Kemenkes menyediakan Formularium Fitofarmaka yang diluncurkan pada semester pertama tahun 2022 ini. Pemerintah menyediakan dana alokasi khusus bagi pemerintah daerah untuk menggunakan produk lokal.

"Kami percaya tindakan ini akan membawa pemanfaatan Green Pharmacy dan memberikan keberlanjutan dalam pengaturan perawatan kesehatan. Kami menjamin kehidupan yang sehat dan meningkatkan kesejahteraan seluruh penduduk merupakan bagian dari visi SDGs dan tetap menjadi agenda kita," tuturnya. 

Dikesempatan yang sama, Plt. Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil (IKFT) Kementerian Perindustrian Ignatius Warsito menilai pengembangan Green Pharmacy menjadi isu yang sangat penting saat ini.

Dari sisi industri, terang Warsito, produk farmasi saat ini sebagian besar dikembangkan dari bahan kimia dasar. Menurutnya, transformasi untuk menjadikannya green atau ramah lingkungan sangat penting untuk keberlanjutan.

"Konsep Green Pharmacy sangat baik untuk ekosistem. Jadi bukan hanya transisi dari kimia ke herbal, tapi membuat bahan obat menjadi kembali ke alam," katanya.

Saat ini, lanjutnya, pihaknya bersama pemangku kepentingan tengah menggodok roadmap untuk obat kimia maupun herbal.

"Oleh karena itu, penting bagi semua pihak dari hulu hingga hilir untuk melakukan kolaborasi dengan aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi. Bersama-sama membuat parameter. Ini adalah konsep cerdas bahwa pada tahun kedua, ketiga, kita harus membuat rencana aksi tentang apa, dimana dan bagaimana kita dapat mempercepat ini untuk mengarungi dinamika global saat ini," tutup Warsito.

Director of Research & Business Development Dexa Group, Dr. Raymond Tjandrawinata menambahkan, Indonesia seperti halnya India dengan ayuverda dan lain-lain, kita memiliki jamu tradisional yang baik untuk pencegahan penyakit dan sebagainya dan telah digunakan oleh masyarakat.

"Namun masih terdapat mitos tentang obat tradisional, seperti sedikit khasiat, tidak adanya bukti, sedikit pengetahuan tentang farmakologi herbal, takut salah diagnosis dan dosis yang tidak tepat dan sebagainya. Ini yang harus kita lawan, agar masyarakat mengerti pentingnya Green Pharmacy yang produknya bisa membantu pasien," tegasnya. 

Di masa depan, Raymond mengatakan, Green Pharmacy harus menjadi obat integratif untuk pengobatan konvensional, pengobatan gaya hidup, dan terapi komplementer yang terinformasi.

"Jadi, kehidupan manusia akan lebih baik dan kualitas hidup menjadi jauh lebih tinggi," katanya.

Dijelaskan Raymond, Fitofarmaka tidak hanya bermanfaat bagi pasien, tetapi juga para petani yang menyediakan bahan baku untuk produk Green Pharmacy.

"Hari ini kita punya 24 fitofarmaka, kita perlu meningkatkannya. Menkes melaporkan bahwa hanya 1,2, 3 persen dokter yang meresepkan fitofarmaka di rumah sakit. Ini adalah sesuatu yang perlu kita kerjakan untuk memberi manfaat bagi pasien," paparnya. 

Lebih lanjut Raymond menjelaskan, Green Pharmacy adalah obat berbasis bukti sehingga para dokter dapat mempercayai dan meresepkan produknya. Di mana produk alami ini tidak kalah dengan produk konvensional. 

"Misalnya, kami head-to-head antara Readacid dan produk Omeprazole lainnya. Produk Green Pharmacy yang baik dapat menggantikan produk yang berbahan kimia. Kita punya Formularium Nasional tapi masih ada 5 produk saja, kita perlu menambah minimal menjadi 20 produk. Kita harus berkolaborasi untuk memastikan fitofarmaka Green Pharmacy dapat dengan mudah ditambahkan ke dalam formularium. Kita perlu meningkatkan menjadi 40-50 persen untuk resep Green Pharmacy di Indonesia," bebernya. 

Komentar Berita

Industri Hari Ini

Strategi pemasaran (ist)

Selasa, 23 April 2024 - 22:57 WIB

Strategi Dalam Mempengaruhi Perilaku Pembelian Pelanggan

Dalam pasar yang kompetitif saat ini, memahami dan mempengaruhi perilaku pembelian pelanggan sangat penting agar bisnis dapat berkembang. Dengan munculnya teknologi baru dan berkembangnya preferensi…

Everpure tersedia di Shopee, atasi masalah jerawat usai mudik lebaran.

Selasa, 23 April 2024 - 19:40 WIB

Tips Merawat Kulit Wajah Bersama Shopee 5.5 Voucher Kaget

Melalui kampanye 5.5 Voucher Kaget, Shopee ingin menjadi teman serta memberikan semangat untuk kembali memulai perjalanan pengguna, khususnya dalam perawatan diri setelah libur lebaran.

Danone melakukan MoU dengan Pemulung untuk mengumpulkan sampah botol plastik

Selasa, 23 April 2024 - 18:17 WIB

AQUA dan Ikatan Pemulung Indonesia Kerja Sama Kurangi Sampah Plastik di Destinasi Wisata Bangka Belitung

Dalam rangka mendukung upaya pemerintah Indonesia mengurangi sampah plastik ke laut hingga 70% pada 2025, hari ini AQUA melakukan kerja sama Program Peningkatan Pengumpulan Sampah Plastik di…

Festival Seoul Beats on Campus (ist)

Selasa, 23 April 2024 - 17:57 WIB

Bakal Gelar Festival Seoul Beats on Campus, President University Siap Luncurkan Konsentrasi K-Wave

Presuniv berencana membuka konsentrasi K-Wave yang akan bernaung di bawah Program Studi (Prodi) Business Administration. Pembukaan konsentrasi ini akan ditandai dengan event Seoul Beats on Campus…

Arta Monica Pasaribu, S.IP – President University Mahasiswa S2 MMT

Selasa, 23 April 2024 - 17:30 WIB

Strategi Marketing Dinamo Listrik Buatan Lokal untuk Mendukung Net Zero Emission

Tidak dapat dipungkiri ternyata penggunaan kendaraan listrik seperti motor listrik sangat tumbuh dengan cepat. Pemerintah mencatat keberadaan motor dan mobil yang berbasis listrik di sini naik…