Program HGBT Ciptakan Multiplier Effect yang Sangat Luas, Asaki: Mutlak dan Harus Dilanjutkan
Oleh : Ridwan | Senin, 01 April 2024 - 17:30 WIB
Ilustrasi Penurunan Harga Gas Industri (foto-Sindonews.com)
INDUSTRY.co.id - Jakarta - Ketua Umum Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki) Edy Suyanto menyebut bahwa multiplier effect dari kebijakan Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT) untuk sektor industri sangat luas.
Bahkan, dirinya mengungkapkan bahwa multiplier effect dari kebijakan HGBT tersebut telah disampaikan kepada Kementerian ESDM melalui Direktur Jenderal Minyak dan Gas (Migas).
"Kami sudah sampaikan multiplier effect dari HGBT, salah satunya terjadi perbaikan daya saing industri keramik nasional," kata Edy kepada INDUSTRY.co.id di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Dijelaskan Edy, sebelum kebijakan HGBT digulirkan, industri keramik nasional mengalami stagnasi, utilisasi selalu di angka 60 - 65%.
"Utilisasi keramik nasional stagnan di antara 60-65%, tidak pernah ada peningkatan. Namun, setelah diberikan HGBT di tahun 2020, tingkat utilisasi meningkat menjadi 75% di 2021, dan 78% di 2022," terangnya.
Selain itu, kebijakan HGBT juga mendorong industri keramik nasional masuk ke dalam zona ekspansif. Tak hanya itu, kebijakan harga gas murah industri juga mampu menarik investasi di industri keramik nasional.
"Di tahun 2021 - 2024, ada investasi masuk kurang lebih Rp20 triliun atau sekitar 75 juta m2 atau setara dengan 100% keramik impor," ucap Edy.
Menurut Edy, dengan adanya peningkatan 75 juta m2 itu tentunya akan ada penyerapan tenaga kerja baru sekitar 10-12 ribu orang. Angka tersebut melengkapi jumlah tenaga kerja yang bergerak di bawah naungan Asaki yang mana sudah mempekerjakan total 150 ribu karyawan.
"Dengan selesainya ekspansi di awal tahun depan, kapasitas terpasang keramik nasional akan mencapai 625 juta m2 per tahun, dan ini akan menempatkan Indonesia menjadi nomor 4 produsen terbesar di dunia. Jadi ini yang harus dilihat oleh pemerintah bahwa sektor keramik merupakan industri strategis yang harus mendapatkan perhatian khusus," katanya.
Oleh karena itu, Asaki meminta pemerintah melanjutkan kebijakan harga gas murah untuk industri. Pasalnya, industri keramik sangat haus akan energi, dimana 30% biaya produksi berasal dari energi.
"Program HGBT ini mutlak dilanjutkan, karena industri keramik sangat strategis," ucapnya.
Dirinya selalu menyampaikan ke pemerintah bahwa program HGBT ini harus dilihat sebagai economic driver, jangan dilihat dari sisi penerimaan pajak yang menurun.
"Tapi harus dilihat dari multiplier effect jadi jangan sepotong-portong lihatnya," tegas Edy.
Asaki terus memiliki harapan bahwa program HGBT untuk sektor industri akan tetap dilanjutkan begitu juga dengan pemerintahan selanjutnya.
"Kami yakin bahwa pemerintahan baru akan memiliki persamaan visi dan misi dengan pemerintahan Presiden Joko Widodo dan HGBT ini akan terus dilanjutkan," tutup Edy.
Komentar Berita