Penerapan Sistem Logistik Pangan untuk Mengatasi Inflasi

Oleh : Sony Heru Priyanto | Senin, 21 November 2022 - 08:28 WIB

Sony Heru Priyanto, Guru Besar Universitas Agung Podomoro
Sony Heru Priyanto, Guru Besar Universitas Agung Podomoro

INDUSTRY.co.id - Saat ini dunia dilanda krisis karena persoalan peran Rusia-Ukraina yang belum selesai, diikuti kenaikan inflasi tinggi di AS dan negara-negara lain, yang kemudian direspon dengan naiknya suku bunga. Beruntung kenaikan inflasi Indonesia tidak setinggi AS. Meski demikian, kenaikan inflasi juga telah direspon Bank Indonesia dengan menaikkan suku buka (BI Rate) menjadi 5.25%, naik 50 basis poin. 3 bulan sebelumnya, BI Rate masih diangka 3.75%.

Penyumbang inflasi

Pemerintah didunia sangat khawatir dengan kenaikan inflasi yang tidak wajar, meski disisi lain, kenaikan inflasi menunjukkan ada pertukaran barang dan jasa, yang pada giliranya bisa meningkatkan pertumbuhan dan pembangunan. Namun inflasi yang tinggi yang tidak terkelola berakibat pada penurunan nilai uang, peningkatan uang beredar yang bisa menyebabkan perekonomian sulit berkembang. Terjadi penurunan dan minat masyarakat untuk menabung dan investasi. Bagi karyawan penghasilan tetap, penurunan nilai mata uang merugikan beberapa kelompok masyarakat dan menurunkan daya beli.

Untuk mengatasi inflasi, perlu dipetakan faktor apa yang menyebabkan inflasi tersebut. Ada dua kekuatan penting yang menentukan inflasi, pertama dari sisi demand (permintaan) dan kedua dari sisi supply (pemasok/penawaran). Jika diperhatikan dari penyebabnya, saat ini inflasi disebabkan karena ketiadaan pasokan pangan dan energi dunia akibat perang Rusia-Ukraina, yang disusul sangki ekonomi AS dan sekutunya terhadap Rusia. Padahal kita ketahui, Rusia dan Ukraina termasuk produsen pangan dan energi yang besar. Itu berarti, agar inflasi terkendali, aspek pasokan menjadi sangat penting untuk diperhatikan.

Dari data BPS, inflasi di Indonesia sekitarInflasi Indonesia pada September dan Oktober 2022 masing-masing mencapai 5,95%. Dan 5,71% secara year on year (yoy). Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya sebagian besar indeks kelompok pengeluaran, yaitu: kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 6,76 persen; kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 1,50 persen; kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 3,30 persen; kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 5,08 persen; kelompok kesehatan sebesar 2,70 persen; kelompok transportasi sebesar 16,03 persen; kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 2,85 persen; kelompok pendidikan sebesar 2,74 persen; kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 4,72 persen; dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 5,41 persen. Sementara kelompok pengeluaran yang mengalami penurunan indeks, yaitu: kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,42 persen.

Ketersediaan Pangan

Untuk mengatasi inflasi – jika penyebabnya adalah karena pasokan – yang perlu adalah dilakukan peningkatan produk pangan dan energi, memanfaatkan sumberdaya alam yang tersedia -- dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi – agar sumberdaya alam yang ada bisa dikelola secara efisien guna meningkatkan jumlah produksi. Ketersediaan pangan harus tetap dijaga, konsumsi tetap harus dipenuhi agar harga tidak naik tak terkendali.

Ketersediaan pangan bisa disebabkan oleh 3 hal yaitu produksi, konsumsi dan distribusi. Produksi perlu ditingkatkan. Peningkatan produksi ini bisa dilakukan melalui peningkatan produktivitas, perluasan lahan – termasuk pemanfaatan lahan tidur, menganggur dan tidak produktif – dan peningkatan indeks pertanaman, rehabilitasi lahan kristis, pemanfaatan bibit unggul, pemupukan, peningkatan kualitas pemeliharaan, perbaikan kualitas panen dan pasca panen, pemanfaatan teknologi modern dan kearifan lokal, mengatasi hama dan penyakit, mengatasi banjir, ketersediaan air dan perbaikan irigasi serta peningkatan efisiensi usahatani.

Dari aspek konsumsi, penganekaragaman pangan perlu terus dilakukan. Ketergantungan terhadap beras perlu terus dikurangi dengan memanfaatkan bahan baku pangan potensial yang ada di masyarakat. Perubahan perilaku konsumen milenial juga perlu diantisipasi. Distribusi pangan juga perlu ditingkatkan, tidak hanya pada sisi kualitas, kuantitas, namun juga pada aspek keterjangkauan dan efisiensi distribusi.

Sistem Logistik

Ancaman perubahan iklim dan lemahnya kapasitas organisasi petani juga menyebabkan rendahnya produktifitas dan kualitas padi. Di sisi lain, pasar produk pertanian dicirikan oleh arus informasi yang terbatas, biaya transaksi yang tinggi dan ketidakseimbangan daya tawar terbatas untuk rumah tangga pertanian. Sebagai akibatnya, harga di tingkat petani menurun dan insentif produksi terdistorsi. Oleh karena itu, sangat penting meningkatkan akses pasar rumah tangga pertanian agar ketahanan pangan dan pendapatan mereka juga meningkat.

Upaya pengembangan akses pasar petani menghadapi masalah ketidaksempurnaan pasar yang mengakibatkan biaya bisnis dan biaya transaksi yang tinggi. Terfragmentasinya produksi, perdagangan dan struktur pengolahan serta keterkaitan vertikal yang rapuh sepanjang rantai nilai menghasilkan risiko produksi dan pemasaran yang tinggi bagi petani produsen maupun pembeli. Masalah volume rendah yang dipasok oleh banyak petani kecil yang tersebar dan ketidakseimbangan kekuatan antara pemasok dan pembeli yang menjadi salah satu akar penyebab pasar yang tidak stabil.

Data produksi pertanian dan distribusinya merupakan data yang sangat penting dalam pengelolaan sembilan bahan pokok kebutuhan masyakarat yang merupakan hajat hidup orang banyak. Data ini merupakan dasar pengambilan keputusan untuk kebijakan mengatasi inflasi, eksport/import, operasi pasar, penyediaan subsidi bibit dan pupuk, dan lain sebagainya.

Saat ini Pemerintah Daerah dan kementerian pertanian belum memiliki cara yang efektif untuk mendapatkan data dan meramalkan data pertanian dan distribusi yang tepat untuk pengambilan keputusan sehubungan dengan produksi pertanian dan pemenuhan kebutuhan dalam negri. Banyak pertanyaan yang harus diprediksikan sehubungan dengan pemenuhan kebutuhan pangan dalam negeri, misalnya : (a) Berapa produksi padi selama 3 bulan ke depan, di kabupaten X, di kecamatan Y? (b) Berapa banyak produksi padi yang gagal karena terserang hama, pada bulan ini, di lokasi tertentu? di agregasi secara provinsi, atau bahkan nasional? (c) Bagaimana pola distribusi hasil produksi pertanian saat ini? Berapa hasil produksi yang dipasok keluar daerah, pada semester pertama tahun ini? (d) Berapa banyak subsidi bibit dan pupuk yang dibutuhkan pada awal tanam pada bulan November tahun ini?

Pertanyaan tersebut dapat dijawab dengan cara berikut, yaitu: (a) pengumpulan data pada tingkat sawah/persil melalui kelompok tani baik data produksi dan distribusi hasil pertanian, cara ini mempunyai tingkat akurasi tinggi, namun cara ini harus dilaksanakan secara periodik dan dalam rentang yang cukup pendek, (b) integrasi data dari berbagai kelompok tani melalui konsep open data dalam bentuk API (Application Programming Interface) yang dapat diakses secara terbuka dalam bentuk datawarehouse dengan proses ekstraksi, transformasi dan loading(c) pengembangan aplikasi business intelligence yang dapat dengan mudah memvisualisasikan kebutuhan informasi yang berkaitan dengan pengambilan keputusan terkait bidang produksi pertanian untuk ketahanan pangan.

Berdasarkan pada kajian mengenai produksi padi dan penjualan beras yang dilakukan penulis di Jawa Tengah, didapat fakta bahwa persoalan pasokan berdampak pada harga. Elastisitas harga sangat berkaitan dengan pasokan. Jika pada masa panen, harga jatuh dan jika masa paceklik harga naik yang bisa berakibat inflasi. Harga jatuh bisa terjadi karena pasokan panen banyak yang langsung dijual, sekitar 35-40%, bahkan ada yang dijual secara tebasan sekitar 30%. Kondisi yang demikian, menyebabkan tekanan harga pada saat panen dan menyebabkan harga jatuh, menyebabkan petani rugi. Disamping kondisi usahanya yang kecil, persoalan informasi menjadi masalah dalam pasokan beras ini sehingga masa panen terjadi informasi asimetri antara petani dan pedagang.

Aliran pasokan sampai saat ini juga belum jelas mengingat sampai saat ini belum ada data yang mencatat pergerakan gabah/beras di masyarakat. Hasil kajian menunjukkan, hasil panen petani bisa langung dijual ke pedagang, baik dari Jawa Tengah maupun dari propinsi lainnya, tanpa ada catatan. Kondisi ini menyebabkan sulitnya melakukan pengendalian pasokan dan dengan mudah pemerintah pusat menerapkan kebijkan impor karena ketiadaan data yang presisi. Jika informasi pasokan dapat diketahui realtime, fluktuasi harga bisa dieliminasi sehingga gejolak harga pada saat panen dan paceklik bisa lebih dikendalikan.

Saat ini telah berkembang teknologi informasi yang memungkinkan sebuah situasi diketahui secara realtime dari tempat yang berbeda. Pembangunan sistem informasi Pangan khususnya sistem Logistik Daerah sangat penting untuk dikembangkan karena seluruh siklus pertanian dan produknya sesungguhnya dapat dibantu oleh teknologi informasi, baik teknologi informasi dalam: (a). alat bantu pengambilan keputusan (DSS=desicion support system, MIS=management information system), (b) pertukaran informasi dan pengetahuan, (c). solusi pemodelan, (d) peralatan berbasis sensor pertanian, dan (e). penjualan produk secara online. Teknologi informasi itu mampu menyediakan data, informasi dan pengetahuan yang bisa digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan dan melakukan intervensi guna mengatasi persoalan pasokan pangan.

Gubernur Jawa Tengah melalui Dinas Ketahanan Pangan telah menginisiasi terbentuknya Sistem Logistik Pangan Daerah ini, mulai tahun 2017 dimana penulis menjadi salah satu narasumbernya. Sistem Logistk Daerah ini (gambar 1). Sitem Logistik Daerah merupakan mata rantai pasok beras mulai dari petani sampai ke konsumen. Produk beras untuk sampai ke konsumen melalui rantai pasok yang beragam. Rantai pasok ini akan disatukan oleh apa yang disebut dengan Platform Sislogda. Pada platform ini, Perusda bisa menjadi pengelola dan ownernya, dengan tugas utama menjalankan sislogda. Platform Ssilogda perlu diperkuat dengan e-production berupa computer vision. Aplikasi ini memungkinkan menghitung dan memperkirakan potensi produk petani. Padi diubah jadi gabah dan kemudian petani mengirimkan gabah ke RMU untuk digiling dan diolah menjadi beras. Aktornya adalah petani, inbound logistic, penebas.

Mata rantai kedua adalah pengolahan sampai packaging beras. Kompone teknologinya kami sebut sebagai e-merchandise berupa smart warehouse. Aplikasi ini menghitung gabah yang akan diolah menjadi beras. Gabah dari petani, kemudian di RMU, beras akan disortir dan di packing dan diberi label barcode Aplikasi ini memungkinkan pelaku intermediari dinas ketahanan untuk menghitung dan menunjukkan stok beras yang tersedia. Beras yang sudah dipack diantar ke masing-masing merchant/toko/warung untuk dijual. Aktornya adalah petani, pedagang, offtaker, pebisnis, dan outbound logistic

Rantai selanjutnya adalah e-marketplace berupa aplikasi pasar online. Aplikasi ini memungkinkan pembeli bisa mengakses produk yang dipilih melalui marketplace di smartphone dan akan langsung diantar ke lokasi pembeli. Ibu rumah tangga, pekerja kantoran, anak kosan, milenial, kurir.

Rantai yang terakhir adalah e-stocksafety berupa early warning system. Aplikasi ini memungkinkan untuk mengirimkan informasi kekurangan dan kelebihan pangan, yang bisa digunakan oleh pemerintah untuk mengambil keputusan untuk melakukan intervensi. Aktornya adalah Dinas Ketahakan Pangan, Pertanian, Perdagangan dan Biro Perekonomian.

Sistem Logistik Daerah ini jika bisa diterapkan diseluruh Indnonesia, kemudian bisa diintegrasikan menjadi Sistem Logistik Nasional – sebenarnya konsepnya sudah ada namun belum dimaksimalkan dengan memanfaatkan teknologi 4.0 – bisa memungkinkan harga pangan terkendali. Persoalan pangan, salah satunya adalah persoalan asymetric information, dimana pelaku usaha pertanian, mulai dari petani, pedagang dan konsumen tidak memiliki informasi yang seimbang. Persoalan ini bisa dijawab dengan menerapkan sistem logistik baik daerah maupun nasional.

Oleh: Sony Heru Priyanto-Guru Besar Universitas Agung Podomoro

Komentar Berita

Industri Hari Ini

Frasers Group Asia dan MAPA Menjalin Kerjasama untuk Hadirkan Sports Direct Pertama di Indonesia, Berlokasi di Kota Kasablanka Mall

Jumat, 26 April 2024 - 15:10 WIB

Frasers Group Asia dan MAPA Menjalin Kerjasama untuk Hadirkan Sports Direct Pertama di Indonesia, Berlokasi di Kota Kasablanka Mall

Sebagai bagian dari ekspansinya di Asia Tenggara, Sports Direct Malaysia, Sdn Bhd ("Frasers Group Asia") – afiliasi dari grup ritel internasional terkemuka Frasers Group plc ("Frasers Group",…

Pengamat hukum Dr. (Cand.) Hardjuno Wiwoho

Jumat, 26 April 2024 - 14:47 WIB

UU Perampasan Aset dan BLBI Jadi PR Prabowo-Gibran

Presiden dan Wakil Presiden (Wapres) terpilih, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka harus melanjutkan agenda pemberantasan korupsi yang sudah dicanangkan pemerintahan sebelumnya sebagai…

Momentum Hari Bumi, PGE Meneguhkan Komitmen pada Keberlanjutan untuk Menjaga Kelestarian Lingkungan Hidup

Jumat, 26 April 2024 - 14:30 WIB

Momentum Hari Bumi, PGE Meneguhkan Komitmen pada Keberlanjutan untuk Menjaga Kelestarian Lingkungan Hidup

Pengembangan energi ramah lingkungan temasuk energy panas bumi tak bisa dipisahkan dari upaya menjaga keberlanjutan di semua aspek bisnis. Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang eksplorasi…

PGE Area Kamojang Raih Dua Penghargaan Unggulan dalam Acara Forum CSR Jawa Barat

Jumat, 26 April 2024 - 14:21 WIB

PGE Area Kamojang Raih Dua Penghargaan Unggulan dalam Acara Forum CSR Jawa Barat

PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE) (IDX: PGEO) semakin meneguhkan posisinya sebagai perusahaan energi hijau kelas dunia terdepan dalam praktik bisnis berkelanjutan. PGE Area Kamojang berhasil…

IFG Life

Jumat, 26 April 2024 - 13:29 WIB

Peduli dengan Gaya Hidup Sehat, IFG Life Hadirkan IFG Life Protection Platinum dan IFG LifeCHANCE

Fokus pada kebutuhan nasabah menjadi kunci bagi PT Asuransi Jiwa IFG (IFG Life) dalam menghadirkan produk dan layanan yang komprehensif dan saling melengkapi. Gaya hidup tidak lepas dari aspek…