Pameran Peralatan Masak dari Kompor Gas Modern Hemat Energi, Peralatan Makan dari Logam yang Elegan dan Fungsional dari Hasil Karya Industri Dalam Negeri
Pameran Peralatan Masak dari Kompor Gas Modern Hemat Energi, Peralatan Makan dari Logam yang Elegan dan Fungsional dari Hasil Karya Industri Dalam Negeri
Pameran Peralatan Masak dari Kompor Gas Modern Hemat Energi, Peralatan Makan dari Logam yang Elegan dan Fungsional dari Hasil Karya Industri Dalam Negeri
Pameran Peralatan Masak dari Kompor Gas Modern Hemat Energi, Peralatan Makan dari Logam yang Elegan dan Fungsional dari Hasil Karya Industri Dalam Negeri

Pameran Peralatan Masak dari Kompor Gas Modern Hemat Energi, Peralatan Makan dari Logam yang Elegan dan Fungsional dari Hasil Karya Industri Dalam Negeri

Photo Credit : Hasiholan Siahaan - Selasa, 02 April 2024 - 08:11 WIB

INDUSTRY.co.id, Jakarta - Di tengah perekonomian global yang masih lesu, industri pengolahan di Indonesia mampu menjaga pertumbuhannya sebesar 4,69% pada tahun 2023 (Y-on-Y). Hal tersebut tercermin dalam perbaikan indikator pada berbagai sektor, salah satunya pada sektor industri manufaktur yang ditandai dengan PMI (Purchasing Manager’s Index) manufaktur selama 31 bulan berturut-turut dalam posisi ekspansif terakhir pada bulan Maret 2024 berada di level 54,2 bahkan Indeks Kepercayaan Industri (IKI) pada bulan Maret 2024 berada pada level 53,05.

Dilain pihak, jika kita dibandingkan PMI Manufaktur negara-negara kawasan ASEAN, seperti Malaysia dan Thailand yang masih kontraksi masing-masing ke level 49,5 dan 45,3.   Pertumbuhan ini sejalan dengan produktivitas industri baja yang mengalami tren peningkatan sejak 2020. Pada tahun 2024 konsumsi baja nasional diperkirakan akan mencapai 18,3 juta ton atau tumbuh sebesar 5,2% mengikuti tren pertumbuhan konsumsi setelah pandemi COVID-19.

Pertumbuhan ini ditopang oleh berbagai kondisi yang menjadi pendorong permintaan baja antara lain: pertumbuhan baja global, pertumbuhan ekonomi nasional, belanja infrastruktur pemerintah, pertumbuhan sektor properti, pertumbuhan sektor industri pengguna baja otomotif, elektronik, dan peralatan rumah tangga. Hal tersebut juga tercermin dalam pertumbuhan dari Industri Logam Dasar dan Industri Barang Logam Bukan Mesin dan Peralatannya masing-masing sebesar 14,17% dan 23,63% (Y-on-Y) di tahun 2023. Tren tersebut perlu kita jaga, agar iklim usaha industri semakin kondusif, menarik investasi, serta mendorong substitusi impor. Melalui kebijakan yang tepat, Kemenperin berupaya meningkatkan competitiveness dan revenue growth dari industri logam nasional.

Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita dalam sambutannya mengatakan, Sektor hilir industri logam diharapkan memberikan “added value” serta “multiplier effect” bagi peningkatan daya saing ekonomi bangsa. Produk-produk kitchen appliances berbasis logam masuk kepada sektor hilir industri logam yang langsung digunakan masyakarat di rumah tangga seperti kompor gas, alat masak dan alat makan dari logam serta bak cuci piring.

Oleh sebab itu, kami sangat mendukung pengaturan minimum standar akan kualitas dan mutu produk melalui pemberlakuan SNI wajib. Melalui pemberlakuan SNI wajib, industri dalam negeri wajib untuk menyediakan produk yang menjamin keselamatan, kemanan dan kesehatan masyarakat.

Komentar Foto