Respon Pengusaha Dalam Situasi Covid 19

Oleh : Prof. Dr. Ir. Sony Heru Priyanto, MM, Peneliti President University | Sabtu, 21 Maret 2020 - 12:37 WIB

Sony Heru Priyanto
Sony Heru Priyanto

INDUSTRY.co.id - Salah satu sektor yang sangat terimbas pandemic virus korona adalah industri. 

Para pengusaha di sektor industri mulai kebingungan dengan kondisi yang dialami, tidak ada di Indonesia namun juga pengusaha di seluruh dunia. Kondisi yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya, namun saat ini harus dihadapi. 

Padahal dalam teori manajemen perusahaan, semua harus direncanakan dan semua sudah disiapkan anggaran. Meski sudah begitupun, kadang terjadi kesulitan dalam realisasinya. 

Lalu bagaimana pada saat ini harus menghadapi pandemi virus korona?

Terkait dengan hal itu, minimal ada 3 respon atau reaksi terkait hal tersebut. 

Pertama, mencoba mengambil keuntungan karena demand naik, harga tinggi, margin menjadi besar. 

Maka tidak heran muncul pengusaha-pengusaha masker, hand sanitizer dan disinfectant yang mencoba keberuntungan dalam situasi chaos tersebut. 

Respon yang kedua adalah pengusaha menjalankan kegiatan-kegiatannya seperti biasa karena kalau pekerja bekerja di rumah akan mengalami kesulitan – karena alat dan mesin ada di pabrik – dan mengalami kerugian karena produksi akan turun karena berkurangnya tenaga kerja.

Respon ketiga adalah mulai membuat kebijakan bekerja di rumah, mulai melakukan rasionalisasi pekerjaan dan usaha. 

Bahkan tidak menutup kemungkinan untuk melakukan lock down usahanya jika memang telah darurat. Memahami ini adalah force majeure dan tidak bisa terelakkan. 

Malah pengusaha ini memiliki kepedulian dengan memberikan donasi kepada penderita dan donasi untuk mengurangi dampak buruk akibat pandemi tersebut, atau memberikan layanan gratis meski tak terkait langsung dengan virus korona karena pengusaha tersebut memiliki jiwa philanthropy. 

Pandangan Hidup Dunia
Respon pengusaha tadi tidak terlepas dari apa yang menjadi pandangan hidupnya. 

Mencari keuntungan dalam sesaat adalah pandangan hidup “dualisme” dimana pada saat ada pandemi, barang langka, siapa yang bisa menguasai barang maka akan menjadi subyek, disisi lain konsumen yang membutuhkan menjado obyek. 

Semua yang menentukan baik jumlah, harga dan kualitas adalah sang subyek yaitu pengusaha. 

Konsumen sebagai obyek, yang tidak mempunyai kuasa untuk menolaknya ketika mereka membutuhkannya. 

Ketika muncul wabah Korona, banyak masyarakat yang membutuhkan masker, harnya markes melonjak berkali lipat, konsumen tak kuasa menolaknya. 

Ketika masyarakat membutuhkan jamu, harga jahe dan rempah-rempah lain menjadi mahal dengan alasan barang langka dan untuk kulakan lagi harganya mahal. 

Pembenaran-pembenaran ini adalah dipengaruhi oleh cara pandang pengusaha tersebut.

Respon yang kedua dimana pengusaha tetap berusaha menjalankan kegiatan-kegiatannya seperti biasa karena kalau berhenti beroperasi akan mengalami kerugian. 

Semua dihitung untung ruginya dalam situasi apapun, meski ada bencana. 

Bencana tidak ada dalam kamusnya, yang ada adalah mekanisme deterministik, semua bisa dikalkulasi dan semua bisa dilaksanakan meski berbahaya. 

Pengusaha seperti ini menganut paham mekanistik-deterministik. 

Semua hal dihitung secara matematis, kalau jam produksi berkurang maka pendapatan perusahaan akan turun sampai pada angka tertentu, ketika pengeluaran tetap, maka bisa diprediksi perusahaan akan rugi. 

Pengusaha semacam ini akan berusaha buka terus, karyawan tetap diharuskan bekerja. 

Mereka merasa khawatir dengan masa depan usahanya terkait dengan wabah virus korona ini.

Bagaimana pengusaha jenis ketiga ketika merespon pandemi korona?  

Mereka akan melihat pandemi ini sebuah sistem besar yang saling terkait. Ketika satu negara  bermasalah, akan berpengatuh kepada negara lain. 

Mereka selalu melihat hal positif dibalik setiap kejadian buruk yang dialaminya. Alam menjadi satu kesatuan tak terpisahkan. 

Alam bukan kumpulan balok-balok tak terhubungkan, Alam semesta dipandang sebagai bukan mesin yang mati semata, yang memiliki makna simbolik dan kualitatif, dengan nilai, tanpa cita rasa etis dan estetis. 

Perilaku semua entitas ditentukan sepenuhnya oleh perilaku alam semesta. Mereka ini menganut paham pandangan hidup sistem. 

Ketika harus lock down karena pandemi, ada hal luar biasa karena bisa kerja di rumah bersama keluarga, yang sebelumnya sangat sulit dilakukan. Pada kondisi seperti ini bisa mengerjalan seuatu yang lebih bernilai rasa, bukan materi. 

Bahkan dalam situasi seperti ini saatnya untuk bersandar pada Tuhan dan alam, yang selama ini tergerus oleh rutinitas perusahaan.

Saatnya pula untuk membantu sesame yang bisa kita lakukan. Semua perlu berkorban dalam situasi bencana seperti ini. 
Dasar Berproduksi

Dari sisi aktivitas produksi, salah satu teori yang bisa digunakan untuk menganalisis perilaku pengusaha adalah teori produksi, mulai dari aliran klasik-produksi sampai aliran modern-investasi. 

Dalam teori produksi klasik, pengusaha akan memproduksi barang ketika ada capital (modal) dan labor (tenaga kerja). 

Dengan adanya bahan baku membuat masker dan ada tenaga kerja tersebut, tak ada alasan bagi pengusaha untuk tidak berproduksi. 

Dalam teori produksi neo klasik, pengusaha akan berproduksi ketika ada pasar atau ada permintaan. 

Apalagi jika harganya tinggi. Mereka akan memenuhi permintaan tersebut dengan menyediakan modal dan tenaga kerjanya. 

Permintaan yang tinggi akan masker menyebabkan pengusaha akan memproduksi masker meski banyak rintangan dilingkungan internal maupun eksternal guna mendapatkan abnormal return. 

Dalam teori investasi, pengusaha akan mau menggelontorkan modalnya dan mencari tenaga kerja ketika proyek tersebut menguntungkan. Keuntungan dan pengembalian investasi menjadi tolok ukur keberhasilan. 

Jika dirasa investasi belum sesuai harapan, mereka akan menggenjot daya upaya agar investasinya segera kembali, termasuk dengan tetap beroperasi ketika pandemic korona menjangkit
Apa yang harus dilakukan?

Lalu apa yang salah dengan pengusaha yang tetap berproduksi ketika terjadi pandemi dan tidak mengurangi bahkan tidak menutup sementara pabriknya? 

Dalam hal demikian, sebenarnya kembali pada pengusaha itu masing-masing. 

Banyak beragam respon yang dilakukan pengusaha terkait pandemi korona ini. Semua tidak salah berdasarkan pada teori-teori diatas.

Namun dalam teori tersebut, tidak ada asumsi tentang force majeure. 

Semua diasumsikan kondisi eksternal yang tidak mengganggu, tidak ada kebijakan larangan dan tidak ada bencana. Semua diasumsikan baik-baik saja. 

Nah ketika sekarang ada wabah virus korona ini, apakah teori tersebut tetap berlaku dan layak dijalankan? Yang perlu jadi catatan yaitu, ketika asumsi dari teori itu tidak dipenuhi, maka teori tersebut tidak berlaku. 

Asumsi penting untuk diperhatikan ketika akan menjalankan sebuah teori.
Covid-19 masuk dalam bencana. 

Dalam hal ini semua perlu menggunakan teori lain yaitu teori pilantropi, berkorban dan membantu sesama, seperti yang dilakukan oleh beberapa pengusaha – meski mereka juga mengalami kerugian dalam situasi seperti ini – mereka justru berderma kepada sesama; yang paling dekat adalah kepada karyawan dengan minimal tidak memotong gaji mereka ketika bekerja di rumah dan membantu masyarakat sekitar yang terkena dampak langsung dari bencana tersebut.

Bagi pengusaha yang bergerak dibidang barang kebutuhan pokok, sebaiknya tetap berproduksi dengan menjaga secara ketat keamanan pekerja dan masyarakat sekitar. Perlu menyediakan pengaman diri dan lingkungan yang ekstra. 

Bagi pengusaha lain yang tidak banyak pilihan selain berproduksi, tidak ada salahnya untuk tetap berproduksi dengan memperhatikan dan melakukan protokol pengamanan diri dan lingkungan serta tetap menerapkan normal profit.  

Bagi pemerintah, dalam situasi seperti ini, sebaiknya memperhatikan kelompok pekerja yang rentan dan telah di PHK ketimbang memberi diskon tiket pesawat.

Disamping itu, perlu memperhatikan dan memberi bantuan kepada pengusaha yang rentang tutup atau bangkrut.

Bagi pekerja, tetap menyadasi posisi masing-masing, ini adalah musibah atau bencana. Tidak bisa dinilai seperti biasa. Perlindungan diri dan lingkungan menjadi penting. 

Bagi pekerja yang bekerja di rumah, perlu bertanggung jawab untuk tetap berproduksi di rumah, tidak malah berlibur dan berekreasi.

Akhirnya, semua perlu bersatu padu, berperan sesuai kapasitas masing-masing, minimal dengan tidak menambah parah situasi bencana tersebut. 

Semua kembali ke kita semua, apakah kita bisa menjadi bagian solusi dari masalah lingkungan yang kita hadapi atau sebaliknya.
  
Penulis adalah Prof. Dr. Ir. Sony Heru Priyanto, MM, Peneliti President University

Komentar Berita

Industri Hari Ini

Direktur Utama PT Pegadaian, Damar Latri Setiawan

Kamis, 25 April 2024 - 17:21 WIB

Pegadaian Catat Laba Rp.1,4 T di Kuartal I/2024

PT Pegadaian mencatat kinerja positif pada periode tiga bulan pertama di Tahun 2024. Tercatat pertumbuhan Aset sebesar 14,3% yoy dari Rp. 76,1 triliun naik menjadi Rp. 87 triliun. Kemudian Outstanding…

RUPST PT Dharma Polimental Tbk.

Kamis, 25 April 2024 - 17:11 WIB

Ditengah Situasi Wait & See, Penjualan DRMA Tetap Stabil di Rp1,34 Triliun di Kuartal 1 2024

Emiten manufaktur komponen otomotif terkemuka di Indonesia, PT Dharma Polimetal Tbk (DRMA) membagikan dividen tunai sebesar Rp171,29 miliar kepada para pemegang saham.

PT Asuransi Jasa Indonesia (Jasindo) (Foto Dok Industry.co.id)

Kamis, 25 April 2024 - 16:19 WIB

Jasindo Salurkan Bantuan TJSL untuk Mendukung Perekonomian Masyarakat

PT Asuransi Jasa Indonesia atau Asuransi Jasindo menyalurkan bantuan Tanggung jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) kepada masyarakat di berbagai daerah di Indonesia selama periode Q1 tahun 2024.…

Bahan baku plastik

Kamis, 25 April 2024 - 16:05 WIB

Impor Bahan Baku Plastik Tak Perlu Pertimbangan Teknis Kemenperin, Ini Alasannya

Pemerintah telah mengambil langkah responsif untuk menanggapi isu-isu yang dapat mengganggu kelangsungan usaha, salah satunya melalui pemberlakuan peraturan terbaru mengenai kebijakan dan pengaturan…

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita

Kamis, 25 April 2024 - 15:40 WIB

Di Ajang Business Forum Hari Kedua Hannover Messe, RI Pamerkan Keunggulan dan Inovasi Teknologi Industri

Paviliun Indonesia dalam Hannover Messe 2024 kembali mempersembahkan Business Forum untuk mendorong kolaborasi dan kerja sama antara para pelaku industri di dalam negeri dengan negara-negara…