Duh, Ternyata Ada Rp1.000 Triliun Kebutuhan Kredit di Masyarakat yang Belum Bankable

Oleh : Kormen Barus | Selasa, 28 Januari 2020 - 07:43 WIB

Focus Group Discussion (FGD) yang digelar INDOPOS, di Hotel Ibis Jakarta Slipi, Senin (27/1/2020). Diskusi ini mengambil tema "Dewasa dalam Menyikapi Pinjaman Online."
Focus Group Discussion (FGD) yang digelar INDOPOS, di Hotel Ibis Jakarta Slipi, Senin (27/1/2020). Diskusi ini mengambil tema "Dewasa dalam Menyikapi Pinjaman Online."

INDUSTRY.co.id, Jakarta-Pesatnya pertumbuhan fintech di Indonesia akibat tingginya kesenjangan kredit dari perbankan. Dimana, dari Rp1.600 triliun kebutuhan kredit di masyarakat hanya Rp 600 Triliun yang dapat terlayani. Sisanya Rp1.000 triliun belum bankable. Hal ini yang membuat fintech tumbuh pesat dalam tiga bulan terakhir.

Hal tersebut diutarakan Ketua Harian Asosiasi Fintech Lending Indonesia (AFLI), Kuseryansyah, dalam Focus Group Discussion (FGD) INDOPOS, di Hotel Ibis Jakarta Slipi, Senin (27/1/2020). Diskusi ini mengambil tema "Dewasa dalam Menyikapi Pinjaman Online".

Diskusi yang dimoderatori Pemimpin Redaksi INDOPOS Ariyanto, ini, menghadirkan narasumber Kepala Ekonom Bank Negara Indonesia (BNI) Ryan Kiryanto, Deputi Direktur Pengaturan, Penelitian dan Pengembangan Financial Technology (Fintech) Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Munawar Kasan dan Ketua Harian Asosiasi Fintech Lending Indonesia (AFLI) Kuseryansyah. 

Kuseryansyah mengatakan, Kesenjangan ini, akibat dari ketatnya syarat mendapatkan pinjaman bank sedangkan untuk Fintech dengan inovasi di bidang teknologi data maka mampu menyisir masyarakat yang memang belum tersentuh perbankan (unbankable).

"Kalau di tahun 2017 baru tujuh platform lending yang teregister, maka saat ini jumlahnya mencapai 164 platform. Dari jumlah tersebut 24 yang sudah mendapatkan izin sedangkan sisanya masih dalam proses," ujar Kuseryansyah.

Ia menyampaikan, tahun 2019 tercatat 170 juta permohonan pinjaman, namun yang belum terlayani mencapai 70 juta ini yang dilayani fintech, permasalahannya fintech yang ilegal juga masuk ke sana.

Sementara Ekonom Bank BNI, Ryan Kiryanto, mengatakan, kehadiran fintech saat ini tidak terbendung lagi dengan masuknya Indonesia ke dalam ekonomi digital.  Apalagi dengan teknologi kecerdasan buatan yang dimiliki perusahaan Fintech masyarakat dimudahkan untuk mendapatkan dana sehingga di sini pentingnya pemahaman dan pengetahuan masyarakat untuk pinjaman semacam ini.

Ryan melihat, ke depannya justru akan terjadi kerja sama antara perusahaan Fintech dengan perbankan, apalagi saat ini sebanyak 75 persen perbankan sudah masuk ke dalam layanan digital.

"Apalagi dengan ponsel pintar saat ini aplikasi kredit dengan mudah diunggah dan dana dapat dengan cepat diperoleh. Perubahan sudah demikian cepat. Otoritas harus bisa mengantisipasi hal itu," katanya.

Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi mengatakan permasalahan paling tinggi dalam pinjaman online yang dilaporkan konsumen adalah cara penagihan. Yakni mencapai 39,5 persen. Kemudian, pengalihan kontak 14,5 persen, permohonan reschedule 14,5 persen, suku bunga 13,5 persen. Administrasi 11,4 persen dan penagihan pihak ke-3.

"Permasalahan pinjaman online, paling tinggi adalah cara penagihan.  Rata-rata penagihan lewat teror, melalui WA. Saya pernah didatangi lender ke YLKI, dia bilang sengaja menagih dengan cara itu, ketimbang datang. Biaya nagih secara langsung lebih mahal," ujar Tulus.

Lebih lanjut Tulus mengatakan, permasalahan pinjaman online setelah penagihan dengan teror adalah pengalihan kontak. Lender dapat membaca semua transaksi HP dan Foto. "Intinya di sini ada data pribadi. Perlindungan data pribadi masih rendah. Ini anomali ke tiga.

Kita belum mempunyai Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi. Sehingga pelaku usaha seenaknya saja.Yang legal juga bermain dua kaki," beber Tulus.

Dia menambahkan, untuk perlu dilakukan pengawasan yang maksimal terkait pinjaman online. Tidak hanya OJK dan kepolisian. Namun juga lembaga lainnya.

"Sebab tidak mungkin kita hanya menyalahkan konsumen saja. Kami mendorong Undang-Undang Perlindungan Data pribadi, memang sedang proses. Ini dalam konteks perlindungan konsumen," pungkasnya.

Direktur Harian INDOPOS Rizki Darmawindra berharap FGD ini akan menghasilkan output yang bermanfaat buat masyarakat serta _stakeholder_ (pemangku kepentingan). "Semoga diskusi ini menghasilkan manfaat untuk masyarakat dan pemangku kepentingan yang terkait," kata dia, dalam sambutan pembukaan acara.

Di tempat yang sama, Direktur INDOPOS Online (indopos.co.id) Syarif Hidayatullah mengatakan, diskusi ini lahir dari gagasan INDOPOS yang akan berulang tahun ke-17 pada 25 Februari mendatang. "FGD ini diselenggarakan salah satu alasannya adalah menjelang harinulang tahun ke-17 INDOPOS," ujar dia.

Sedangkan, Pemimpin Redaksi INDOPOS Ariyanto mengatakan, pinjaman online ibarat dua sisi mata uang, di satu sisi, memudahkan masyarakat meminjam uang. "Namun di sisi lain, bisa menjebak nasabah. Bunga tinggi dan penagihan tidak manusiawi," ujarnya.

 

Komentar Berita

Industri Hari Ini

Tim voli putri profesional dengan nama Jakarta Livin’ Mandiri

Jumat, 19 April 2024 - 19:28 WIB

Siap Tanding ! Bank Mandiri Resmi Umumkan Tim Proliga 2024 Putri, Jakarta Livin' Mandiri

Menjelang kompetisi voli terbesar di Indonesia, Proliga 2024, Bank Mandiri secara resmi mengumumkan tim voli putri profesional dengan nama Jakarta Livin’ Mandiri (JLM). Tim yang terdiri dari…

Gelorakan Sportivitas, PIS Jadi Sponsor Tim Voli Jakarta Pertamina Enduro dan Jakarta Pertamina Pertamax

Jumat, 19 April 2024 - 19:20 WIB

Gelorakan Sportivitas, PIS Jadi Sponsor Tim Voli Jakarta Pertamina Enduro dan Jakarta Pertamina Pertamax

Jakarta- PT Pertamina International Shipping menjadi salah satu sponsor resmi tim voli Jakarta Pertamina Pertamax dan Jakarta Pertamina Enduro yang akan berlaga di kompetisi Proliga 2024 musim…

Pembukaan ATARU Mal

Jumat, 19 April 2024 - 17:17 WIB

ATARU Mal Delipark Medan Resmi Dibuka Sebagai Toko Terbesar di Indonesia

ATARU yang merupakan bagian dari Kawan Lama Group di bawah naungan PT ACE Hardware Indonesia Tbk resmi membuka toko terbesar di Indonesia dan hadir pertama kali di Kota Medan.

Dok. microchip

Jumat, 19 April 2024 - 17:08 WIB

Perluas Pasar Jaringan Otomotif, Microchip Akuisisi ADAS dan Digital Cockpit Connectivity Pioneer VSI Co. Ltd.

Microchip Technology Inc. mengumumkan rampungnya pengakuisisian VSI Co. Ltd. yang berbasis di Seoul, Korea, pelopor industri yang menyediakan teknologi dan produk konektivitas kamera, sensor,…

PathGen

Jumat, 19 April 2024 - 16:50 WIB

PathGen Raih Pendanaan dari East Ventures dan Royal Group Indonesia

PathGen atau PathGen Diagnostik Teknologi, sebuah startup bioteknologi kesehatan berbasis di Indonesia yang berfokus pada solusi pengujian molekuler memperoleh pendanaan dari East Ventures,…