Hari Nyepi & Keberlanjutan

Oleh : Bintang Handayani | Senin, 19 Maret 2018 - 17:40 WIB

Bintang Handayani, Ph.D, Dosen dan Peneliti Senior di President University, Cikarang
Bintang Handayani, Ph.D, Dosen dan Peneliti Senior di President University, Cikarang

INDUSTRY.co.id - Hari Nyepi yang jatuh pada 17 hari bulan Maret 2018, disambut dengan mendung kelabu dan deras hujan di kota Denpasar. Takjub terkesima rasa lain yang meggugah sambil saya menyantap makan tengah hari, menyaksikan fenomena meriah, ramai sungguh, mirip dengan hari raya Idul Fitri di kota Jakarta. Padat kumpulan Manusia mengerumuni pusat perbelanjaan, menawarkan bekal untuk 1 hari nan melekat dengan 4 hakikat elegan pada hari Nyepi, untuk tidak bekerja, untuk tidak berpergian, untuk tidak menyalakan Api (ego dalam diri), dan puasa makan. Menyerumput teh botol yang ada didalam kotak, sedikit kontradiktif sambil mengamati teh manis dalam kotak yang dengan gagah berani mengklaim namanya sebagai “teh botol”, melihat beberapa arak-arakan kumpulan orang berpakaian adat melintas Jalan. Ogoh-ogoh berpose khas, simbol untuk mengusir roh jahat.

Sedikit memaknai fenomena ini, terlintas dalam pikiran saya untuk memaknai ini dengan memberi keleluasaan untuk menerobos cakrawala untuk berpikir, mendekat dengan kontektual data, berharap kemudian pengalaman ini akan membekas sehingga berdaya guna untuk membuka cakrawala dan mengayakan pola pikir, harap-harap. Kebetulan bukan hal yang patut saya yakini, namun kebetulan telah menjadi nadi dari perjalanan kali ini. Check in di hotel yang bernuansa hijau, menggaungkan “go green” sebagai bukan hanya flatform hotel tersebut, namun “go green” juga menjadi password untuk akses WiFi. Tengok sejenak kearah tamu lain di hotel tersebut, klasik saya dapat merasakan beberapa kesamaan mengapa kami berujung berada untuk tinggal sejenak dihotel tersebut. Memukau tetapi tidak mengejutkan, kami lah orang-orang non-lokal yang memutuskan untuk tetap berada disini, pun paham sudah bahwa kemungkinan untuk mesti ikut tradisi adat setempat esok hari. Melihat sesuatu yang berbeda dari kebiasaan rutinitas, terlihat turis Asia dan turis domestik bersemangat.

Beberapa tahun terakhir Hari Nyepi yang melekat dengan 4 hakikat elegan untuk beristirahat dan mengistirahatkan Manusia dan segala aktivitas menuai paradoks. Keterkaitan perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) serta gerakan untuk melestarikan budaya dan tradisi ditengarai mengakibatkan untuk memutus koneksi internet pada hari Nyepi. Kontroversial? Mungkin. Diterima oleh masyarakat lokal atau ditolak oleh publik? tak kisah. Pada hari Nyepi, Bali beristirahat sejenak. Arif sungguh, jadilah kearifal lokal, menawan hati yang perlu berhenti sejenak untuk berpikir reflektif. Pertanyaan mendasar dari fenomena Hari Nyepi yang sering (dan patut) menuai pertanyaan adalah seberapa ekstrim impak hari Nyepi ini pada ekosistem Pelancongan dan Hospitaliti? Mari merespon pertanyaan ini dengan fokus khas berpikir baik dan berpijak pada kebaikan. Kontekstual yang dapat saya ajukan adalah berpijak pada teori keberlanjutan yang melekat erat pada spektrum hospitaliti dan ekosistem pelancongan. Dengan tidak mengklaim kebenaran hakiki, aspek TIK yang juga telah melahirkan inovasi dan kesan disruptive pada ranah bisnis, diperlembut oleh pelaksanaan hari Nyepi, secara tidak langsung melekat dengan aspek kebaikan &berpihak pada gerakan keberlanjutan.

Layak dengan hari Nyepi walaupun hanya satu hari, Bali sebagai destinasi utama industri Pelancongan Indonesia sebenarnya telah melakukan beberapa indikator gerakan sustainable development goals. Dengan kata lain, hari Nyepi dengan 4 pilar sebagai basisnya bukan hanya mendorong untuk kebaikan individu beristirahat dan mengistirahatkan roda dari nadi siklus ekonomi yang sarat pada ritme cepat dan instant gratification, tetapi juga juga mengakselerasi budaya ramah lingkungan dan membudidayakan lingkungan ramah. Berguman menuju hal baik esok, hari Nyepi menjadi rem dan pakem baik bakti pada Ibuda Bumi, alam semesta, semoga.

Bintang Handayani, Ph.D adalah  Peneliti Senior. Kajian penelitiannya berkisar pada Pencitraan Pariwisata Gelap, Penggunaan Teknologi pada situs kematian, Citra Merek Pelancongan dan Personifikasi Bangsa, serta studi Media & Komunikasi.  

Komentar Berita

Industri Hari Ini

Cerita Film Syirik Related Dengan Gen Z dan Milenial

Sabtu, 27 April 2024 - 11:43 WIB

Cerita Film Syirik Related Dengan Gen Z dan Milenial

Film Syirik Neraka Pesisir Laut Selan Goes To School mendapat sambutann hangat dari ratusan siswa siswi SMK 3 Muhammadiyah Yogyakarta. Terbukti ratusan siswa setia menunggu keadiran aktor pendukung…

HK Realtindo Jalin Kerjasama Dengan All Play Indonesia

Sabtu, 27 April 2024 - 10:29 WIB

Ciptakan Ruang Rekreasi Kolaboratif, HK Realtindo Jalin Kerjasama Dengan All Play Indonesia

Dalam upaya meningkatkan fasilitas dan kepuasan penghuni apartemennya, anak perusahaan PT Hutama Karya (Persero) yaitu PT HK Realtindo (HKR) menjalin kerjasama dengan PT All Play Indonesia (All…

Bahana TCW

Sabtu, 27 April 2024 - 10:00 WIB

Ingin Memulai Berinvestasi di Reksa Dana Syariah, Perhatikan Hal Ini Agar Tak Salah Pilih

Sebagai salah satu negara dengan populasi penduduk muslim terbesar di dunia, menemukan investasi dengan konsep syariah tentu tak sulit di Indonesia. Namun, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan…

Film Syirik Goes To School di SMA N 1 Gamping Meriah.

Sabtu, 27 April 2024 - 09:12 WIB

Meski Diguyur Hujan Deras, Film Syirik Goes To School di SMA N 1 Gamping Meriah.

Biasanya kalau acara di tempat terbuka diguyur hujan akan ditinggalkan penonton, tapi lain halnya saat Acara Film SyirikSyirik Neraka Pesisir Laut Selatan Goes To School di SMA N 1 Gamping Yogyakarta…

Forwan Terus Melaju Untuk Kesejahteraan Anggota Maju

Sabtu, 27 April 2024 - 09:06 WIB

Forwan Terus Melaju Untuk Kesejahteraan Anggota Maju

Diusia Satu Dekade, FORWAN akan terus berbenah, Forwan akan terus melaju, agar kesejahteraan anggota maju. Hal tersebut diungkapkan Sutrisno Buyil selaku Ketua Umum FORWAN pada perayaan ulang…