Ekonom Senior IPB Optimis Indonesia Capai Swasembada

Oleh : Wiyanto | Sabtu, 14 Desember 2024 - 14:15 WIB

Panen padi (Ist)
Panen padi (Ist)

INDUSTRY.co.id-Jakarta - Ekonom Senior IPB University, Prof Firdaus optimis program intensifikasi dan juga ekstensifikasi yang digencarkan Kementerian Pertanian (Kementan) mampu mewujudkan visi Presiden Prabowo Subianto, yaitu Swasembada Pangan.

Setidaknya, kata Firdaus, realisasi swasembada pada beberapa tahun ke depan bisa dilakukan pada 2 komoditas yakni beras dan jagung.

“Saya optimis kemungkinan besar untuk beras bisa (swasembada), keterlaluan kalau tidak,” ujar Firdaus, Jumat, 13 Desember 2024.

Meski demikian, Firdaus menekankan pentingnya alokasi tambahan anggaran untuk intensifikasi. Paling tidak dua per tiga dari anggaran ekstensifikasi yang sepertiga. Langkah ini penting mengingat berbagai program yang ada saat ini harus bermuara pada kesejahteraan petani.

“Kalau boleh urun rembuk untuk upaya swasembada, jadi kelihatannya proporsi antara intensifikasi dalam kaitan alokasi anggaran, itu harusnya bisa lebih besar ya. Jadi intensifikasi kalau dua per tiga, extensifikasi itu yang sepertiganya,” katanya.

Berikutnya, menurut Firdaus pemerintah juga harus mulai mempersiapkan lebih banyak lagi pihak mana saja yang akan menjadi off taker untuk melakukan penyerapan secara cepat pada saat panen raya tiba.

“Untuk kemandirian pangan yang sustained, ada perangkat UU yang belum banyak turunannya yaitu UU 19/2013, yang mencakup semisal jaminan pasar, maka perlu dilihat pasal demi pasal yang bagus untuk diimplementasikan.,” katanya.

Sebagai informasi, intensifikasi yang dilakukan mencakup optimalisasi lahan rawa (Oplah) dan ekstensifikasi mencakup cetak sawah baru. Pemerintah melalui kementan telah mengalokasikan berbagai bantuan seperti penyediaan benih unggul, tambahan volume pupuk hingga mendistribusikan alat mesin pertanian.

Dengan berbagai upaya tersebut, beras cadangan pemerintah semakin menguat, di mana ada lebih dari 2 juta ton yang masuk di gudang-gudang Bulog.

Untuk diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat anomali berupa deflasi pada komoditas beras. Pada November 2024, harga beras mengalami penurunan sebesar 0,45 persen dengan andil deflasi sebesar 0,02 persen. Deflasi ini terjadi di 26 provinsi, dengan penurunan terdalam tercatat di Papua Pegunungan sebesar 4,64 persen.

Adapun penyebab deflasi beras terjadi karena penurunan harga mulai dari gabah kering panen (GKP), gabah kering giling (GKG), beras medium, dan premium.

Sementara harga Gabah Kering Panen turun sebesar 1,86 persen secara bulanan (month to month) dan 6,18 persen secara tahunan (year on year). Adapun untuk gabah kering giling turun sebesar 1,84 persen secara bulanan dan sebesar 8 persen secara tahunan.

Sedangkan untuk rata-rata harga beras di penggilingan pada bulan November 2024 turun sebesar 1,23 persen secara bulanan dan sebesar 3,79 secara tahunan.

Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman pada kesempatan sebelumnya memastikan pemerintah terus mengerjakan program swasembada pangan melalui intensifikasi dan juga ekstensifikasi. Saat ini, kata Mentan, progres swasembada sudah masuk pada tahap produksi, di mana terdapat optimasi lahan atau Oplah yang digarap kelompok brigade swasembada pangan.

“Optimasi lahan dan teknologi pertanian menjadi kunci utama dalam meningkatkan hasil produksi. Kami berkomitmen untuk mengadopsi mekanisasi pada segala lini kegiatan pertanian guna meningkatkan efisiensi dan produktivitas. Dengan langkah ini, kami berharap dapat membawa sektor pertanian Indonesia ke level yang lebih maju dan berkelanjutan,” katanya.

Menurut Mentan, Intensifikasi adalah garapan lahan eksisting yang dilakukan di beberapa daerah seperti di Pulau Jawa dengan mengintervensi lahan kering melalui solusi cepat darurat pangan yaitu program PAT dan pompanisasi.

“Itu adalah solusi cepat untuk meningkatkan produksi disaat el nino panjang. Kemarin kita gunakan pompanisasi dan Alhamdulliah produksi kita menghasilkan 1 juta ton lebih,” jelasnya.

Komentar Berita

Industri Hari Ini

Ilustrasi penawaran Asuransi

Jumat, 17 Januari 2025 - 15:34 WIB

Prudential Indonesia dan UOB Indonesia Hadirkan PRUIncome Protection

PT Prudential Life Assurance (Prudential Indonesia) dan PT Bank UOB Indonesia (UOB Indonesia) memperkuat komitmen untuk memberikan perlindungan keluarga Indonesia dengan meluncurkan PRUIncome…

Foto ilustrasi (RDN Jago Syariah)

Jumat, 17 Januari 2025 - 14:57 WIB

Investasi Syariah di Platform Bibit.id dan Stockbit Menunjukkan Tren Kenaikan

Aplikasi investasi digital terdepan di Indonesia, Bibit.id dan Stockbit, menunjukkan komitmennya dalam memajukan sektor keuangan Syariah di Indonesia, khususnya yang terkait dengan investasi…

Direktur Utama PLN Icon Plus, Ari Rahmat Indra Cahyadi

Jumat, 17 Januari 2025 - 14:22 WIB

Jadi Pilihan Pertama Internet Rumah, ICONNET Gelar Gala Dinner dengan Pelanggan Setia

Padang– ICONNET, layanan internet rumah kini telah menjadi pilihan nomor satu bagi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan internet rumah yang cepat, handal, dan terjangkau. Kepercayaan ini tidak…

Pembukaan gerai ke-2 HokBen+ (plus) di Flavor bliss Alam Sutera, Exploring Tasty Moments

Jumat, 17 Januari 2025 - 12:28 WIB

Hadir di Flavor Bliss Alam Sutera, Hokben+ Tawarkan Petualangan Rasa Lezat ala Jepang dan Promo Menarik Bagi Pelanggan Setia

Bagi pecinta kuliner, berpetualang dengan menikmati menu lezat dan merasakan suasana baru merupakan suatu cara untuk menikmati hidup yang Tuhan berikan. Untuk memuaskan konsuman sekaligus mengapresiasi…

 Peneliti Ahli Madya Pusat Riset Kedokteran Praklinis dan Klinis BRIN, Telly Purnamasari Agus, menyampaikan bahwa virus Human Metapneumovirus (HMPV) termasuk dalam jenis safe limited disease atau penyakit yang bisa sembuh/FOTO BRIN

Jumat, 17 Januari 2025 - 12:12 WIB

Tingkat Kematian Rendah, Begini Perbedaan Gejala Virus HMPV, Influenza dan COVID-19

Jakarta –Peneliti Ahli Madya Pusat Riset Kedokteran Praklinis dan Klinis BRIN, Telly Purnamasari Agus, menyampaikan bahwa virus Human Metapneumovirus (HMPV) termasuk dalam jenis safe limited…