Dengan Bisnis Mi Instan Menjadikan Lima Pengusaha Terkaya

Oleh : DR. Basuki Ranto, Anggota Dewan Pakar ICMI Dan Pemerhati Ekonomi Dan Bisnis | Rabu, 17 Agustus 2022 - 15:42 WIB

DR. Basuki Ranto, Dewan Pakar ICMI
DR. Basuki Ranto, Dewan Pakar ICMI

INDUSTRY.co.id, Jakarta-Mi Instan merupakan produk makanan berbahan baku gandum yang memiliki peluang pasar yang sangat menjanjikan. Mi Instan sangat dikenal dan digemari semua kalangan  baik sebagai menu pokok maupun makanan penyela yang praktis, fleksibel dan kapan saja.

Mulai anak kecil, remaja , dewasa menggemari makanan ini dan dari kelas konsumen banyak dikonsumsi oleh masyarakat berpenghasilan rendah sampai kelas menengah atas sebagai makanan penyela.

Tingginya konsumsi mi instan ini tergambar dalam Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2020. Hasil olah data Lokadata atas hasil survei itu mendapati bahwa 92 persen atau sekitar 248,7 juta penduduk Indonesia pernah mengkonsumsi mi instan (satuan bungkus sekitar 80 gr).

Konsumsi mi instan Indonesia porsinya mencapai 11,27% dari total konsumsi mi instan dunia yang mencapai 118,18 miliar bungkus pada tahun lalu.

Dari sisi bahan baku yang digunakan , dari data Statista Indonesia merupakan negara pengonsumsi gandum peringkat ke-14 dunia pada 2021/2022, yaitu sebanyak 10,4 juta ton.

Mi goreng adalah varian mi instan paling populer di Indonesia, dengan variasi gurih rasa ayam, sayuran, dan udang. Terutama karena Indonesia adalah negara dengan mayoritas penduduk Muslim.

Pertumbuhan penjualan juga mengalami pergerakan naik dan tidak mengalami penurunan ketika produk lain terkena dampak pandemi Covid 19.

Menurut World Instant Noodles Association, Indonesia adalah negara konsumen mi instan terbesar kedua di dunia. Pada 2021 Indonesia menghabiskan 13,27 miliar bungkus mi instan.

Nilai penjualan mi instan di Indonesia juga tercatat terus meningkat dalam lima tahun terakhir.

Menurut data Euromonitor, pada 2017 nilai penjualannya masih US$2,63 miliar. Kemudian naik menjadi US$2,7 miliar pada 2018, US$2,73 miliar pada 2019, dan US$2,92 miliar pada 2020.

Sampai 2021 nilainya sudah naik lagi menjadi US$3,03 miliar, meningkat 15% jika dibandingkan dengan nilai penjualan tahun 2017.

Adapun di kuartal pertama tahun 2022 industri mi instan sempat dikejutkan dengan kenaikan harga gandum.

Kenaikan harga terjadi karena konflik militer antara dua eksportir gandum besar dunia, yakni dua Negara: Rusia dan Ukraina.

Begitu cemerlangnya prospek mi instan di Indonesia menjadikan pengusaha dan masuk dalam kategori orang terkaya di Indonesia dan  Siapa saja kah mereka?

Menjadi Pengusaha Terkaya

Dengan bisnis yang digeluti selama ini yang berkait dengan produk mi instan dan dengan kinerja bisnis yang cemerlang , maka menjadikan beberapa pengusaha mi instan masuk dalam daftar orang terkaya di Indonesia.

Melansir dari CNBC Indonesia, berikut ini daftar pengusaha mi instan terkaya di Indonesia:

(1) Anthony Salim, merupakan orang terkaya ke-tiga di Indonesia tahun 2021. CEO Salim Group ini memiliki kekayaan

dengan hartanya mencapai US$ 8,5 miliar atau setara Rp 126,30 triliun.

Mi instan menjadi salah satu sumber kekayaan Anthoni Salim. Produsen mi instan terbesar di Indonesia yakni Indofood merupakan anak perusahaan milik PT Salim Group yang saat ini di bawah kendali oleh Anthoni Salim.

(2) Jogi Hendra Atmadja,adalah pemilik kelompok usaha Mayora Group, dan menjadi orang terkaya nomor 9 di Indonesia tahun 2021, dengan  nilai  kekayaan mencapai US$ 4,1 miliar atau setara Rp60,92 triliun.

Harta kekayaan itu diperoleh dari Mayora Group yang merupakan salah satu produsen mie instan dengan beragam produk inovatif, seperti Bakmi Mewah dan Mi Gelas.

(3) Eddy Katuari,memiliki kekayaan US$ 1 miliar atau setara dengan Rp 14,85 triliun dan menjadikannya orang terkaya nomor 39 di Indonesia. Pria ini adalah bos dari Wings Group yang memiliki pangsa pasar terbesar kedua untuk mi instan di Indonesia. Wings Group mengedarkan produk dengan merek Mie Sedaap, Eko Mie, So Yumie dan Mie Suksess.

(4) Djajadi Djaja, Sosoknya adalah pemilik bisnis di PT jakarana Tama yang dirintis sejak Mei 1993.

Adapun merek mie yang diproduksi adalah Gaga.

Indomie pada awalnya bukan produk asli buatan Grup Salim. Awal kemunculan Indomie diprakarsai oleh 4 orang China asal Medan, lewat perusahaan Sanmaru Food Manufacturing Co Ltd yang didirikan pada April 1970. Mereka adalah Djajadi Djaja Chow Ming Hua, Wahyu Tjuandi, Ulong Senjaya, dan Pandi Kusuma.

Mengingat pada saat itu posisi Salim yang kuat, Salim menginginkan merek Indomie agar berpindah kepadanya. Pada tahun 1984, mereka sepakat untuk membentuk perusahaan patungan bernama PT Indofood Interna Corporation. Djajadi (dan rekan-rekannya) mendapat 57,5% dan Salim 42,5%. Kemudian saham Djajadi (dan rekan-rekannya) di PT Indofood Interna seluruhnya menjadi kekuasaan Salim.

Setelahnya Djajadi lebih memilih untuk melanjutkan bisnis pabrik mie instan baru yang sudah dirintisnya sejak Mei 1993 yaitu PT Jakarana Tama sampai sekarang. Pabrik tersebut memproduksi mie dengan merek Gaga.

(5) Husain Djojonegoro, memiliki kekayaan USD1,25 miliar atau setara dengan Rp18,57 triliun. Ia merupakan orang terkaya di Indonesia pada posisi ke-34 pada tahun 2021. Husain dan adiknya Pudjiono mengelola Grup ABC. ABC Holding yang saat ini di bawah PT ABC President Indonesia, perusahaan tersebut mengedarkan mie instan bermerek ABC dan Gurimi.

Ternyata bisnis mi instan menjajikan dan hal ini menjadikan bukan saja usahanya menjadi tumbuh dan berkembang akan tetapi juga pengusaha terus mengumpulkan pundi keuntungan yang mengantar menjadi orang terkaya di Indonesia dalam kondisi berbeda urutan.

Hal yang perlu dipikirkan kemudian adalah ketika gandum mahal dan langka, perlu dicari alternatif barang substitusi lain yang akan menggantikan gamdum sebagai bahan baku mi instan dan produk makanan lain berbahan baku gamdum.

Tahap awal sudah ada wacana dari Pemerintah sorgum sebagai pengganti gandum, hal ini masih diperlukan kajian lebih lanjut dan respon cepat dari pelaku usaha agar produk yang selama ini dikonsumsi masyarakat tidak langka dan harganya tetap terjangkau.

Pada suatu ketika berbincang dengan sahabat saya yang akuntan andalan dan seorang mantan pejabat tinggi di BPKP saat menanggapi tulisan saya, beliau sebut saja namanya dengan inisial SR beliau menyampaikan seperti disampaikan berikut:

“Relevan sekali dengan kondisi ketersediaan pangan sekarang ini pak Bas. Sesungguhnya selain sorgum sdh ada komoditas pangan pengganti gandum di Indonesia, bahkan melimpah dan gampang nanamnya yaitu singkong. Beberapa waktu yang lalu ramai dibicarakan, tetapi kok seperti  hilang begitu saja. Dengan teknologi pangan yang sudah semakin maju, singkong diolah menjadi tepung "mocaf" (modified cassava flour). Viral bahwa tepung ini kualitasnya setara tepung terigu, dapat menjadi bahan membuat kue basah kering dan makanan lain berbasis terigu. Di Sumatera Barat sempat ramai dg munculnya mie berbahan mocaf. Konon tepung mocaf sdh diekspor, ekspor mocaf Banjarnegara pun sempat ramai diberitakan. Pesaing mocaf adalah tepung porang, umbi²an yang menanamnya juga mudah. Porang juga sempat viral, banyak dijumpai/ditanam di Jawa Timur Jawa Tengah Riau Sumsel dan sesungguhnya dpt ditanam di banyak daerah lainnya di Indonesia. Pabrik tepung porang sdh ada di Riau, banyak di Jawa Timur dan pabrik terbesarnya ada di Madiun diresmikan Presiden Jokowi setahun yang lalu Tepung porang juga sdh diekspor. Berbeda dengan mocaf, tepung porang digadang dijadikan bahan beras sintetis dan di Madiun juga sdh dibangun pabrik beras porang. Tetapi sekarang karena produksi padi sedang surplus, bahkan berasnya ada yg diekspor, maka tepung porang pun saat ini mungkin lebih berorientasi ekspor.

Kembali tentang mocaf, konon proses pembuatannya sederhana, beda sedikit dengan cara pembuatan tepung tapioka, sehingga sesungguhnya dapat dijadikan industri rumahan. Perbedaannya, jika tepung tapioka dibuat langsung dari krekel singkong, mocaf dibuat dari krekel singkong yg difermentasi dulu sebelum digiling”.

Catatan masukan ini merupakan alternatif lain yang perlu menjadi bahan pertimbangan selain sorgum, hal ini beralasan karena begitu variasinya produk pertanian di nusantara ini yang bisa menjadi alternatif namun diperlukan tehnologi produksi yang memenuhi persyaratan untuk kebutuhan bahan pengganti untuk produksi makanan berbahan baku gandum.

Kesimpulan

Dari beberapa uraian sebelumnya , maka dapat disampaikan beberapa kesimpulan sebagai berikut:

Pertama : akan terjadi kelangkaan gandum ketika perang Rusia-Ukraina tidak kunjung berakhir, mengingat dua negara ini merupakan produsen pangan terbesar selain energi. Sehingga diperlukan langkah solutif untuk menjamin ketersediaan .

Kedua: Indonesia sebagai pengguna gandum urutan keempat belas dunia akan merasakan dampaknya ketika pasok gandum dari kedua negara tersebut terganggu, sehingga perlu langkah cerdas dan tepat mencari barang substitusi untuk mengantikan gandum sebagai bahan baku mi instan produk makanan lain berbahan baku gandum.

Ketiga : potensi pasar mi instan sungguh fantastis hal ini ditunjukkan dari hasil penelitian SUSENAS tahun 2020. Hasil olah data Lokadata atas hasil survei itu mendapati bahwa 92 persen atau sekitar 248,7 juta penduduk Indonesia pernah mengkonsumsi mi instan (satuan bungkus sekitar 80 gr). Hal ini menjadi potensi yang kuat untuk industri mi instan di Indonesia.

Keempat : dengan potensi sebagai dimaksud pada butir ketiga, membawa pengaruh kepada jumlah penjualan

Menurut data Euromonitor, terjadi trend kenaikan penjualan  mulai 2017 nilai penjualannya masih US$2,63 miliar. Kemudian naik menjadi US$2,7 miliar pada 2018, US$2,73 miliar pada 2019, dan US$2,92 miliar pada 2020.

Sampai 2021 nilainya sudah naik lagi menjadi US$3,03 miliar, meningkat 15% jika dibandingkan dengan nilai penjualan tahun 2017.

Adapun di kuartal pertama tahun 2022 industri mi instan sempat dikejutkan dengan kenaikan harga gandum.

Hal ini menunjukkan bahwa mi instan terus tumbuh dan mantap sebagai suatu bisnis yang menjanjikan.

Keempat : dengan potensi konsumen dan pertumbuhan penjualan yang trend-nya terus meningkat menjadikan pelaku usahanya setidaknya lima pengusaha tercatat sebagai orang terkaya pada posisi yang berbeda. Hal ini harus menjadi suatu hal yang patut dipertahankan pada situasi bahan baku mi instan langka dan perlu pengganti barang substitusi.

Komentar Berita

Industri Hari Ini

Tim voli putri profesional dengan nama Jakarta Livin’ Mandiri

Jumat, 19 April 2024 - 19:28 WIB

Siap Tanding ! Bank Mandiri Resmi Umumkan Tim Proliga 2024 Putri, Jakarta Livin' Mandiri

Menjelang kompetisi voli terbesar di Indonesia, Proliga 2024, Bank Mandiri secara resmi mengumumkan tim voli putri profesional dengan nama Jakarta Livin’ Mandiri (JLM). Tim yang terdiri dari…

Gelorakan Sportivitas, PIS Jadi Sponsor Tim Voli Jakarta Pertamina Enduro dan Jakarta Pertamina Pertamax

Jumat, 19 April 2024 - 19:20 WIB

Gelorakan Sportivitas, PIS Jadi Sponsor Tim Voli Jakarta Pertamina Enduro dan Jakarta Pertamina Pertamax

Jakarta- PT Pertamina International Shipping menjadi salah satu sponsor resmi tim voli Jakarta Pertamina Pertamax dan Jakarta Pertamina Enduro yang akan berlaga di kompetisi Proliga 2024 musim…

Pembukaan ATARU Mal

Jumat, 19 April 2024 - 17:17 WIB

ATARU Mal Delipark Medan Resmi Dibuka Sebagai Toko Terbesar di Indonesia

ATARU yang merupakan bagian dari Kawan Lama Group di bawah naungan PT ACE Hardware Indonesia Tbk resmi membuka toko terbesar di Indonesia dan hadir pertama kali di Kota Medan.

Dok. microchip

Jumat, 19 April 2024 - 17:08 WIB

Perluas Pasar Jaringan Otomotif, Microchip Akuisisi ADAS dan Digital Cockpit Connectivity Pioneer VSI Co. Ltd.

Microchip Technology Inc. mengumumkan rampungnya pengakuisisian VSI Co. Ltd. yang berbasis di Seoul, Korea, pelopor industri yang menyediakan teknologi dan produk konektivitas kamera, sensor,…

PathGen

Jumat, 19 April 2024 - 16:50 WIB

PathGen Raih Pendanaan dari East Ventures dan Royal Group Indonesia

PathGen atau PathGen Diagnostik Teknologi, sebuah startup bioteknologi kesehatan berbasis di Indonesia yang berfokus pada solusi pengujian molekuler memperoleh pendanaan dari East Ventures,…