Pengusaha Manufaktur di Jateng Mulai Terdampak Pelemahan Rupiah

Oleh : Ridwan | Kamis, 12 Juli 2018 - 09:45 WIB

INDUSTRY.co.id - Kudus, Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jawa Tengah menyatakan banyak industri manufaktur mulai merasakan dampak pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.

Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jawa Tengah Frans Kongi di Kudus, Jawa Timur (11/7/2018) kemarin.

"Hampir 70 persen bahan baku yang digunakan oleh industri manufaktur di Jateng merupakan bahan baku impor," ujarnya.

Ditambahkan Frans, sekitar 90 persen pelaku usaha yang tergabung dalam Apindo Jateng merupakan industri manufaktur.

"Karena hampir sebagian besar bahan baku yang digunakan merupakan bahan baku impor, tentunya berpengaruh terhadap biaya pokok produksinya menjadi semakin berat," terangnya.

Ia memperkirakan dampak pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS bisa mempengaruhi daya saing produk di pasar internasional.

Hal itu, lanjut Frans, tentunya patut menjadi perhatian pemerintah agar sektor industri manufaktur tetap berproduksi secara berkelanjutan.

"Masing-masing pelaku industri tentunya sudah sering menghadapi fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar, tentunya sudah ada antisipasi agar tetap berproduksi," imbuh Frans.

Menurut dia para pelaku industri manufaktur memang dituntut berfikir kreatif dan efektif dalam mengambil strategi agar usahanya tetap berjalan dengan baik.

Selain itu, lanjut dia, pelaku industri juga dituntut melakukan penghematan, terutama dalam penggunaan energi listrik agar harga jual produk di pasaran masih bisa bersaing dan kenaikannya juga tidak terlalu signifikan.

"Pelaku industri juga dituntut bekerja efisien. Artinya, dengan bahan baku yang lebih sedikit bisa menghasilkan produk yang lebih banyak," ujarnya.

Ia berharap pada kondisi seperti sekarang pemerintah bisa mempertimbangkan untuk memmberikan insentif khusus, terutama pada industri padat karya dalam bentuk keringanan pajak supaya tetap bisa bertahan.