Ya Ampun, KRL Penuh Sesak! Ketua Satgas Covid IDI: Saya Prihatin, Ini Contoh Manajemen Kerumunan yang Belum Baik...
Oleh : Candra Mata | Sabtu, 19 Juni 2021 - 12:09 WIB
Ilustrasi Penumpang KRL (foto Twitter profesor zubairi djarboen IDI)
INDUSTRY.co.id - Jakarta, Seperti diketahui, kasus Covid-19 di Indonesia terus melonjak signifikan dalam beberapa hari terakhir, pada Jumat (18/6/3021) saja temuan kasus baru di tanah air memecahkan rekor selama pandemi, yakni sebanyak 12.990 kasus per hari.
Lonjakan kasus ini, menurut berbagai pihak disebabkan oleh dampak dari liburan panjang hari raya Idul Fitri kemarin hingga tidak berjalannya penerapan protokol kesehatan (prokes) oleh masyarakat, utamanya saat berada dalam moda transportasi massal.
Ketua Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Prof. Zubairi Djoerban membenarkan hal itu, Ia pun mengaku prihatin atas maraknya pelanggaran prokes yang masih terjadi ditengah masyarakat.
Melalui twitternya @profesorzubairi, Ia mengungkapkan sebuah contoh potret pelanggaran prokes tersebut.
"Ini contoh manajemen kerumunan yang belum baik. Sangat sesak. Tak ada jarak sosial, dan masih berlangsung terus," ungkapnya seperti dikutip redaksi INDUSTRY.co.id pada Sabtu (19/6/2021).
Dalam unggahannya itu, Ia mengaku sangat prihatin atas keselamatan para penumpang tersebut.
"Saya prihatin dengan penumpang di kereta tersebut. Semoga mereka senantiasa diberi kesehatan," ujarnya.
"*Foto diambil oleh sahabat saya pada Jumat malam (18/6/2021). https://t.co/d0ftl7JC9V," tandas Prof Zubairi.
Tak hanya dirinya, sejumlah warganet pun turut mengomentari potret penumpang yang berdesakan didalam KRL tersebut.
Menurut mereka kondisi ini telah menjadi pemandangan sehari-hari dan seperti tak ada aturan.
"KRL sama Transjakarta udh gak kenal social distancing, prof. Petugasnya pun sering lalai, sering teriak saat gak pake masker. Aturan 'social distancing' beneran udh gak berlaku beberapa bulan belakangan ini.," ungkap Angelica.
"Tidak ada petugas yg menjaga dan mengatur di setiap stasiun ataupun Halte (untuk Transjakarta). Saya sehari² pengguna Transjakarta, mengalami hal yang sama.," sahut Muhammad Ichsan.
"Tempat duduk sudah berjarak, tapi yg berdiri tetap berdempetan. Kalau saya memilih telat masuk kantor daripada maksa naik gerbong seperti itu," respon Adel.
"Kalau nunggu kosong bisa jam 2 pagi sampai rumah Prof," tandas Suyudi.
Komentar Berita