Volumenya Capai 850 Trilliun Cubic Feet, Potensi Besar, Gas Metan Hidrat Jadi Solusi Energi Bersih Masa Depan
Oleh : Kormen Barus | Rabu, 09 Juni 2021 - 10:16 WIB
Menteri ESDM Arifin Tasrif menyampaikan langkah strategis Kementerian ESDM dalam menjawab tantangan yang dihadapi sektor ESDM ke depan.
INDUSTRY.co.id, Jakarta-Transisi energi, dari energi fosil menjadi Energi Baru dan Terbarukan (EBT) yang lebih bersih, minim emisi, dan ramah lingkungan, menjadi arah kebijakan energi nasional. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengungkapkan perlunya usaha untuk mencari potensi energi baru untuk dapat memenuhi kebutuhan energi yang makin meningkat. Di Indonesia, pada penelitian tahun 2004, telah ditemukan potensi cadangan metan hidrat yang volumenya diperkirakan mencapai lebih dari 850 Trilliun Cubic Feet (Tcf).
"Jumlah tersebut setara dengan delapan kali lipat cadangan gas alam saat ini, sehingga kita berharap sumber energi alternatif baru ini akan mendukung ketahanan energi nasional," tutur Arifin pada Legal and Policy Framework for the Development of Offshore Methane Hydrate as the Indonesia's Future Transitional Clean Energy secara daring, Selasa (8/6).
Pengembangan gas metan hidrat merupakan opsi energi yang lebih bersih bila dibandingkan dengan minyak bumi dan batubara. Ekstraksi dan produksi gas metan hidrat dinilai akan mampu menjadi salah satu sumber pendapatan negara dan berperan dalam bauran energi.
"Indonesia perlu segera mengembangkan di mana ekstraksi dan produksinya akan memberikan solusi penyediaan energi baru, menjadi salah satu sumber pendapatan negara, dan dapat berperan dalam bauran energi masa depan Indonesia," tambahnya.
Arifin pun menekankan pentingnya analisis hukum dan kebijakan yang terintegrasi untuk memastikan pengembangan gas metan hidrat tetap sejalan dengan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan.
"Kegiatan pengembangan metan hidrat harus dilaksanakan dengan mempertimbangkan karakter fisik gas hidrat, isu lingkungan hidup, teknologi dalam mengekstraksi metan hidrat, serta nilai keekonomian dan kemampuan industri hulu migas nasional," ujarnya.
Melihat urgensi pemanfaatan gas metan hidrat, Arifin menegaskan perlunya memperkuat kerja sama multi-sektoral dalam mendorong proses transisi energi.
"Untuk itu, kami sangat mengharapkan dukungan stakeholder, akademisi, dan pemangku kepentingan lainnya dalam mencapai tujuan transisi energi, termasuk potensi pemanfaatan gas metan hidrat untuk mendukung ketahanan energi nasional sekaligus mencapai target penurunan emisi Gas Rumah Kaca," tandas Arifin.
Pada webinar tersebut, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas) Tutuka Ariadji merinci potensi cadangan gas metan hidrat Indonesia yang mencapai lebih dari 850 Tcf di dua lokasi utama.
"Berdasarkan survei awal di tahun 2004, Indonesia berhasil menemukan potensi cadangan metan hidrat sebesar lebih dari 850 Tcf di dua lokasi utama, yaitu perairan selatan Sumatera sampai ke arah barat laut Jawa sebesar 625 Tcf dan di Selat Makassar sebanyak 233,2 Tcf," jelasnya.
Selain di lokasi tersebut, metan hidrat juga tersebar di daerah lepas pantai Simeuleu, Palung Mentawai, Selat Sunda, Busur Depan Jawa, Lombok Utara, Selat Makassar, laut Sulawesi, Aru, Misool, Kumawa, Wigeo, Wokam, dan Salawati.
Webinar ini diakui menjadi diskusi mengenai gas metan hidrat dalam skala besar pertama yang diselenggarakan di Indonesia. Kepala Biro Hukum Kementerian ESDM M. Idris F. Sihite mengatakan, antusiasme dan keingintahuan peserta kali ini tidak hanya bagaimana memanfaatkan gas metan hidrat, namun hingga kepada kebijakan dan aspek hukum yang akan digagas pemerintah.
"Dengan peserta yang terdaftar mencapai 1.100 orang, menunjukkan bahwa ada antusiasme dari peserta, tidak hanya dari sisi keingintahuan mereka, mengenai bagaimana mengembangkan metan hidrat dengan berbagai potensinya yang ada di Indonesia, namun pada akhirnya nanti adalah seperti apa kebijakan dan aspek hukum yang akan digagas oleh pemerintah. Acara ini memiliki manfaat yang besar dan luar biasa bagi Indonesia. Apa yang akan kita peroleh hari ini tentu menjadi salah satu landasan bagi pemerintah untuk merumuskan kebijakan dalam pemanfaatan metan hidrat," tandas Idris.
Salah satu narasumber yang hadir dalam webinar ini adalah Guru Besar Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan Institut Teknologi Bandung (ITB) Doddy Abdassah. Pada paparannya Doddy menjelaskan bahwa gas metan hidrat merupakan sumber daya hidrokarbon non-konvensional terbesar dan dapat diproduksi secara aman. Diperkirakan lebih dari 50% deposit hidrokarbon bumi tersimpan dalam bentuk gas metan hidrat.
Menurut Doddy, dibutuhkan analisis yang komprehensif dan terintegrasi dalam eksplorasi dan produksi, serta riset dan pengembangan teknologi untuk komersialisasi produksi gas metan hidrat. Indonesia, lanjut Doddy, sangat berpeluang untuk memanfaatkan potensi gas metan hidrat, dan harus segera memanfaatkan peluang ini untuk menuju energi fosil yang "green energy".
Sementara, narasumber lainnya, Professor of International and Comparative Law, School of Law, University of Aberdeen Andrew Partain menjelaskan lokasi-lokasi potensi gas metan hidrat secara global, termasuk di Indonesia. Partain juga memberi masukan terkait pembangunan berkelanjutan untuk hidrat lepas pantai (offshore hydrate) di Indonesia. Menurutnya, Indonesia perlu bergerak cepat untuk menyiapkan berbagai kebijakan dan kekuatan untuk mengembangkan industri offshore hydrate, mengingat beberapa negara telah mempersiapkan industri ini dapat berjalan pada tahun 2030 mendatang.
Komentar Berita