Nak, Jangan Kau Tuhankan Ijazah

Oleh : Anab Afifi | Jumat, 03 Juli 2020 - 09:53 WIB

Anab Afifi sebagai inisiator dan pendiri IARF dan CEO Bostonprice Asia (Foto Ist)
Anab Afifi sebagai inisiator dan pendiri IARF dan CEO Bostonprice Asia (Foto Ist)

INDUSTRY.co.id - Dulu ada salah satu guru ngaji saya yang begitu radikal (baca: mengakar dalam agama). Pandangannya sungguh kontroversial.

"Ijazah itu haram!", ujar beliau.

Alasannya, ijazah sudah menjadi tuhan. Jadi gantungan hidup satu-satunya dan seolah tidak ada lainnya. Dan yang demikian itu, musyrik, katanya.

Tak ada yang berani terang-terangan membantah guru satu ini. Para murid hanya bisa ngedumel di belakang.

Saya coba beranikan diri membantah ucapannya. Dengan argumentasi lantang saya kemukakan:

"Tujuan pendidikan itu memang bukan ijazah. Kertas ijazah itu cuma sarana yang berfungsi sebagai penanda capaian jenjang belajar. Makanya, di Mesir atau Madinah disebut syahaadah. Selembar bukti kesaksia bahwa seseorang telah melewati tahapan akhir".

Beliau tak senang. Di lembaga pendikan yang sangat doktrinal ini, mana ada namanya dialog. Jika ada murid berani membantah ucapan guru, maka akan digelari santri yang ghoiru muthi'. Santri bengal alias tidak taat.

"Bahkan... ijazah masih bermanfaat. Minimal buat bungkus kacang", ujar salah satu santri dengan sengit.

Itu terjadi pada kurun 1986-1987.

Sebetulnya, secara hakikat saya memahami  jalan pikiran guru ngaji saya ini. Hanya memang bangunan berpikir beliau ngegasnya kelewat banter.

Dan itu bukan hal aneh bagi saya.

Sebab, pada saat yang sama, ayah saya juga mengatakan sebagaimana yang telah saya tulis kemarin. Yai Dim mengatakan:

"Kelak dunia tidak membutuhkan ijazah, tetapi apa yang bisa kamu kontribusikan bagi dunia".

Kalimat Yai Dim itu jauh lebih membumi dibanding ucapan guru saya yang melangit-neraka itu. Saya langsung menghayatinya sesuai alam pikiran keremajaaan saya.

Bahwa ketika kelak saya  punya kesempatan kuliah, fokus perhatian saya adalah kepada bagaimana mengembangkan potensi sesuai kecenderungan minat dan bakat saya. Dan kesadaran itu sudah demikan mengakar atau radikal sejak saya kelas tiga SMP.

Hasilnya, sungguh nyata. Saya tidak mengharamkan ijazah. Namun saya berhasil membuktikan tanpa ijazah tetap bisa eksis dan diterima di mana pun. Sampai hari ini.

Berikut ini buktinya.

Pada kurun 1990 - 2004 atau selama 14 tahun saya pernah berkerja pada 8 perusahaan atau institusi berbeda. Diantaranya bekerja bersama para ekapatriat dari berbagai negara.

Beberapa diantaranya bahkan sempat merangkap. Pagi sampai sore bekerja di perusahaan A, sore sampai malam di perusahaan B.

Dari 8 lembaga itu tidak satu pun yang bertanya sekolah saya apa. Boro-boro menanyakan ijazah saya 

Dan itu konsisten saya praktikkan dalam sistem ketenagakerjaan di perusahaan saya. Saya tidak pernah tanya apa sekolah mereka. Yang saya tanyakan kepada mereka:

"Kalian bisa apa dan bagaimana mereka akan mengkontribusikan kompetensi mereka untuk diri mereka sendiri".

Anda boleh lulusan kampus sekelas Harvard sekalipun. Tapi jika tidak mampu memaksimalkan kompetensi sesuai  tuntutan pasar, lantas buat apa?

Kau boleh sekolah setinggi langit. Namun, jangan sekali-kali kau tuhankan ijazah.

Sebab, dunia hari ini berbeda. Dalam 5-10 tahun ke depan jutaan orang tidak memperoleh pekerjaan bukan karena tidak sekolah.

Mereka memiliki ijazah tetapi  tidak memiliki kemampuan  menciptakan value diri mereka.
 

Oleh Anab Afifi CEO Bostonprice Asia

Komentar Berita

Industri Hari Ini

Danamon dan Central Park Mall Berkolaborasi Perkuat Ekosistem Finansial

Selasa, 19 Maret 2024 - 07:15 WIB

Danamon dan Central Park Mall Berkolaborasi Perkuat Ekosistem Finansial

Sebagai bagian dari komitmen untuk mengembangkan PT Bank Danamon Indonesia Tbk (Danamon) menjadi grup keuangan terkemuka, dengan profitabilitas yang berkelanjutan, Danamon terus melakukan berbagai…

Dialog Forum Merdeka Barat 9 (FMB9) yang mengangkat tema 'Biaya Kuliah Tinggi, Pinjaman Pendidikan Jadi Solusi?', Senin (18/3).

Selasa, 19 Maret 2024 - 07:15 WIB

Wow! Kabar Baik bagi Mahasiswa yang tidak mendapatkan KIP, Pemerintah Bakal Siapkan Pinjaman Lunak Tanpa Bunga

Jakarta, FMB9 - Pemerintah tengah mengkaji pinjaman sangat lunak untuk mahasiswa sebagai solusi pendanaan pendidikan di perguruan tinggi. Masih belum terjangkaunya biaya pendidikan tinggi bagi…

Menteri Basuki Tegaskan Komitmen Kementerian PUPR Gunakan Produk Dalam Negeri

Selasa, 19 Maret 2024 - 06:15 WIB

Menteri Basuki Tegaskan Komitmen Kementerian PUPR Gunakan Produk Dalam Negeri

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono terus mendorong pemanfaatan produk dalam negeri dalam pembangunan infrastruktur di Kementerian PUPR.

Direktur Utama Telkom Ririek Adriansyah (kanan) berinteraksi dengan pelanggan GraPARI TelkomGroup Medan dalam rangkaian acara Safari Ramadan sebagai bagian dari program TelkomGroup Siaga RAFI (Ramadan Idul Fitri) 2024 di Medan, beberapa waktu lalu.

Selasa, 19 Maret 2024 - 05:33 WIB

Safari Ramadan 1445 H TelkomGroup: Tinjau Kesiapan Infrastruktur Layanan Telekomunikasi dan Salurkan Bantuan CSR

Bersamaan dengan momentum Ramadan dan Idul Fitri 1445 H, PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (Telkom) kembali melaksanakan kegiatan tahunan Safari Ramadan sebagai bagian dari program TelkomGroup…

Panglima TNI Pimpin Serah Terima Jabatan Dankodiklat TNI

Selasa, 19 Maret 2024 - 05:33 WIB

Panglima TNI Pimpin Serah Terima Jabatan Dankodiklat TNI

Panglima TNI Jenderal TNI Agus Subiyanto memimpin upacara serah terima jabatan Komandan Komando Pembinaan Doktrin Pendidikan dan Latihan (Dankodiklat) TNI, dari Letjen TNI Eko Margiyono kepada…