Dari Badai Menuju Bestari, Berharap dari Sektor Pertanian

Oleh : Prof. Dr. Ir. Sony Heru Priyanto, MM | Rabu, 29 April 2020 - 14:19 WIB

Prof. Dr. Ir. Sony Heru Priyanto, MM. Peneliti di President University
Prof. Dr. Ir. Sony Heru Priyanto, MM. Peneliti di President University

INDUSTRY.co.id - Perubahan ekonomi terus saja terjadi, hanya saja tidak semua pelaku ekonomi menerima share yang menguntungkan dari adanya perubahan tersebut.  Hal ini bisa terjadi karena tidak semua pelaku ekonomi mempunyai akses yang sama terhadap sumberdaya yang ada. Ada yang sangat aksesabel, namun demikian masih banyak pelaku ekonomi yang masih menggantungkan dari belas kasihan pihak lain. Mereka tidak mempunyai pilihan yang banyak.

Kondisi seperti ini paling banyak menimpa sektor pertanian dimana petani yang merupakan pelaku terbesar, namun tidak memiliki pilihan yang banyak karena keterbatasan yang dimiliki dan karena sistem yang selama ini dijalankan tidak benar-benar berpihak pada petani kecil. Selama ini yang terjadi, pembangunan pertanian justru memarginalkan petani. Ini dapat dilihat dari nilai tukar petani yang semakin kecil (dibawah 100), dimana nilai tukar petani ini merupakan salah satu gambaran tingkat kesejahteraan petani, padahal pembangunan pertanian masih saja terus berlangsung dengan berbagai slogan-slogannya.

Kondisi ini akan semakin parah kalau saja tidak ada perbaikan-perbaikan terhadap kondisi pelaku ekonomi kecil dalam era otonomi seperti sekarang ini. Dalam era ini, semua berusaha menguasai sumber-sumber daya yang dimiliki sehingga bisa saja terjadi pelaku ekonomi kecil semakin tidak aksesabel terhadap sumberdaya disekitarnya. Ini yang perlu dipikirkan bersama untuk dicari penyelesaian terbaiknya sehingga semua orang akan mempunyai akses yang sama terhadap sumberdaya yang dimilikinya.

Ekonomi Pandemi

Bagaimana kondisi pertanian ketika terjadi pandemic Corona? Salah satu sektor yang terdampak pandemi virus Corona adalah sektor pertanian meski dampaknya tidak sedahsat atau separah sektor pariwisata. Dampak pandemi ini dialami berbeda oleh sub sektor-sub sektor di pertanian. Ada berdampak besar namun ada juga yang bisa menikmati hasil yang positif.


Mengapa bisa terjadi demikian? Ini tidak terlepas dari definisi dari sektor pertanian itu sendiri. Dalam pengertian yang bersifat umum sektor pertanian di artikan sebagai upaya mengusahakan tumbuhan dan hewan agar lebih bermakna & bernilai bagi manusia. Dari definisi tersebut, sektor pertanian dibagi dalam subsektor subsektor seperti sub sektor pertanian terdiri dari tanaman pangan, perkebunan, perikanan, peternakan dan kehutanan.

Jika dilihat dari rantai pasok nya, sektor pertanian masih bisa dibagi menjadi sektor prasarana dan sarana, komoditas, pengolahan, perdagangan dan value atau pariwisata. Prasarana dan sarana terkait dengan alat dan mesin pertanian, benih, pupuk, obat-obatan dan zat pengatur tumbuh

Secara keseluruhan, permintaan produk pertanian akibat wabah virus Corona ini menurun. Penurunan ini disebabkan oleh penurunan daya beli, work from home dan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) serta lock down di negara lain.
Namun dibanding dengan sektor lain, sektor pertanian menjadi sektor pengecualian dalam pembatasan sosial berskala besar sehingga dampaknya tidak terlalu besar dibanding sektor lain yang sama sekali tidak boleh beroperasi.

Penurunan daya beli terjadi karena ada jutaan orang yang yang yang terkena pemutusan hubungan kerja, pengurangan jam kerja dan pengurangan upah. Work from home membuat sebagian besar masyarakat mengkonsumsi produk pangan secukupnya di rumah. Konsumsi konsumsi yang sifatnya extension meeting insentif dan conference sangat jauh berkurang permintaannya.

Meskipun tidak dilarang dalam PSBB, produk pertanian permintaannya tetap berkurang karena pengaruh tenaga kerja, transportasi, ketersediaan bahan baku dan bahan penolong. Dalam situasi PSBB ini, yang paling pokok dan utama adalah ketersediaan bahan pangan sebagai bahan kebutuhan pokok masyarakat. Produk ini harus tersedia, itu berarti sektor pertanian pangan menjadi salah satu sektor yang yang diandalkan untuk tetap berproduksi. 

Itu semua dari sisi permintaan. Dari sisi penawaran, ada beberapa persoalan yang dihadapi oleh produsen ketika akan berproduksi di saat pandemi Corona. Yang mencolok adalah ketersediaan tenaga kerja, sarana produksi pertanian dan prasarana produksi pertanian. Tenaga kerja jadi sulit didapat, kalaupun ada harganya mahal dan sudah tua. Sarana pertanian seperti pupuk dan bibit agak terlambat datangnya akibat persoalan transportasi, yang termasuk prasarana petanian. Beberapa sewa tanah tarifnya naik sehingga membuat biaya produksi jadi meningkat. 

Memanfaatkan peluang disaat pandemi

Namun demikian, dari berbagai persoalan tersebut, ada celah untuk memanfaatkan peluang disaat pandemi ini. Dari sisi produsen situasi ini harus diperhatikan dan menjadi di ruang untuk dimanfaatkan menjadi sebuah kegiatan usaha yang menguntungkan. Untuk itu terus dilakukan penilaian terhadap kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh masing-masing produsen, agar supaya bisa tetap berproduksi di tengah wabah pandemi virus Corona.

Yang pertama adalah faktor produksi harus terpenuhi. Kalau sulit mendapatkan dari luar, bersama kelompok tani (Poktan) dan Gabungan Kelompk Tani (Gapoktan) bisa memproduksinya. Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) bisa juga berperan untuk menjadi produsen sarana produksi, bahkan prasarananya.

Lahan yang kecil bukan halangan untuk berproduksi. Pandemi ini bisa dijadikan momentum untuk membentuk usaha bersama (partnership farming) agar usaha bisa jadi lebih efisien dan efektif, skala usaha bisa lebih besar. Dalam situasi seperti ini dibutukan kecepatan dan ketepatan. Naiknya harga sewa tanah harusnya tidak menghalangi. Penyuluh bisa menginisiasi situasi ini dengan berkoordinasi dengan ketua poktan dan gapoktan.

Menerapkan teknologi 4.0

Dalam situasi pandemi ini, sektor bisnis yang masih berjalan lancar dibanding yang lain adalah bisnis yang memanfaatkan teknologi informasi 4.0. Teknologi jenis ini memungkinkan produsen dan konsumen untuk mengatasi semua masalah industri termasuk pertanian dan karena fitur-fiturnya, teknologi 4.0 bisa meningkatkan kuantitas, kualitas, kontinuitas dna konformitas produk dan layanan, karena kehadiran big data, Internet of Things (IoT) dan artificial intelegence (AI). Oleh karena itu, penerapan teknologi mendesak untuk diterapkan, termasuk untuk sektor pertanian. Kehadirannya bisa memotong matai rantai pasok yang panjang dan bisa meningkatkan keuntungan petani. Belum lagi, konsumen dimanjakan dengan teknologi ini karena mereka bisa memiliki produk sesuai yang mereka inginkan dalam waktu yang singkat.

Berdasarkan pada karakteristiknya, teknologi ini mendesak untuk ditrerapkan. Siapkah produsen pertanian menerapkannya? Salah satu sektor yang bisa menerapkan ini adalah manajemen rantai pasok. 

Rantai pasok beras mulai dari petani sampai ke konsumen. Produk beras untuk sampai ke konsumen melalui rantai pasok yang beragam. Untuk memahami rantai pasok tersebut, perlu diterapkan beberapa bisnis digital yang memanfaatkan kehadiran teknologi 4.0. Beberapa bisnis yang bisa diterapkan adalah:

Perancangan Platform Smar Farming. Pada platform ini, Gapoktan bisa menjadi pengelola dan ownernya, dengan tugas utama menjalankan bisnis ini

Perancangan aplikasi E-Marketplace Beras. Aplikasi ini memungkinkan pembeli bisa mengakses produk yang dipilih melalui marketplace di smartphone dan akan langsung diantar ke lokasi pembeli. Ibu rumah tangga, pekerja kantoran, anak kosan, milenial, kurir.

Perancangan E-Merchandise Gabah. Aplikasi ini menghitung gabah yang akan diolah menjadi beras. Gabah dari petani, kemudian di rice milling unit (RMU), beras akan disortir dan di packing dan diberi label barcode Aplikasi ini memungkinkan pelaku intermediari dinas ketahanan untuk menghitung dan menunjukkan stok beras yang tersedia. Beras yang sudah dipack diantar ke masing-masing merchant/toko/warung untuk dijual. Aktonya adalah petani, pedagang, offtaker, pebisnis, dan outbound logistic

Perancangan E-Production Padi. Aplikasi ini memungkinkan menghitung dan memperkirakan potensi produk petani. Padi diubah jadi gabah dan kemudian petani mengirimkan gabah ke RMU untuk digiling dan diolah menjadi beras. Aktornya adalah petani, inbound logistic, penebas.

Perancangan E-stocksafety. Aplikasi ini memungkinkan untuk mengirimkan informasi kekurangan dan kelebihan pangan, yang bisa digunakan oleh pemerintah untuk mengambil keputusan untuk melakukan intervensi. Aktornya adalah Dinas Ketahakan Pangan, Pertanian, Perdagangan dan Biro Perekonomian.

Beberapa aplikasi ini bisa disatukan dalam satu kesatuan bisnis yaitu smart farming business.

Dalam hal ini poktan dan atau gapoktan minimal bisa membuka toko online terlebih dahulu karena bisnis ini tidak membutuhkan modal besar untuk menjadi start up. Mereka cukup bekerjama dengan developer sistem untuk membangun aplikasi dan kemudian menjalankannya.

Bisnis SGPL

Berbarengan dengan penerapan teknologi 4.0, ada satu bisnis lagi yang penting untuk dilakukan yaitu bisnis SGPL (sorting, grading, packaging dan labelling). Bisnis ini bisa dilakukan bersamaan dengan penerapan teknologi 4.0, atau berjalan secara independen. Sorting adalah kegiatan memilah-milab produk pertanian sesuai dengan karakteristiknya; Setelah itu, dibuat grade, seperti grade A untuk produk yang bagus; kemudian produk dibungkus yang aman dan menarik; dan melakukan labelling, tidak menjual produk dalam bentuk curah.

Bisnis 4.0 dan SGPL bisa dijalankan oleh anak-anak muda yang tertarik dengan pengembangan pertanian. Daripada ke kota menjadi pegawai, mereka bisa menjadi pemilik bisnis dan menjadi start up.

Jika ini bisa dilakukan, disaat pandemi seperti ini produsen petani bisa tetap berproduksi dan tetap bisa menjadi penyangga pangan sehingga bisa mencegah terjadinya kerusuhan sosial karena pangan tersedia dari sisi harga, waktu, tempat, jumlah dan kualitasnya.

Itu berarti badai akibat pandemi korona bisa diubah menjadi bestari atau kemakmuran sektor pertanian.

Prof Sony Heru Priyanto:  President Research Center-President University

 

Komentar Berita

Industri Hari Ini

Tim voli putri profesional dengan nama Jakarta Livin’ Mandiri

Jumat, 19 April 2024 - 19:28 WIB

Siap Tanding ! Bank Mandiri Resmi Umumkan Tim Proliga 2024 Putri, Jakarta Livin' Mandiri

Menjelang kompetisi voli terbesar di Indonesia, Proliga 2024, Bank Mandiri secara resmi mengumumkan tim voli putri profesional dengan nama Jakarta Livin’ Mandiri (JLM). Tim yang terdiri dari…

Gelorakan Sportivitas, PIS Jadi Sponsor Tim Voli Jakarta Pertamina Enduro dan Jakarta Pertamina Pertamax

Jumat, 19 April 2024 - 19:20 WIB

Gelorakan Sportivitas, PIS Jadi Sponsor Tim Voli Jakarta Pertamina Enduro dan Jakarta Pertamina Pertamax

Jakarta- PT Pertamina International Shipping menjadi salah satu sponsor resmi tim voli Jakarta Pertamina Pertamax dan Jakarta Pertamina Enduro yang akan berlaga di kompetisi Proliga 2024 musim…

Pembukaan ATARU Mal

Jumat, 19 April 2024 - 17:17 WIB

ATARU Mal Delipark Medan Resmi Dibuka Sebagai Toko Terbesar di Indonesia

ATARU yang merupakan bagian dari Kawan Lama Group di bawah naungan PT ACE Hardware Indonesia Tbk resmi membuka toko terbesar di Indonesia dan hadir pertama kali di Kota Medan.

Dok. microchip

Jumat, 19 April 2024 - 17:08 WIB

Perluas Pasar Jaringan Otomotif, Microchip Akuisisi ADAS dan Digital Cockpit Connectivity Pioneer VSI Co. Ltd.

Microchip Technology Inc. mengumumkan rampungnya pengakuisisian VSI Co. Ltd. yang berbasis di Seoul, Korea, pelopor industri yang menyediakan teknologi dan produk konektivitas kamera, sensor,…

PathGen

Jumat, 19 April 2024 - 16:50 WIB

PathGen Raih Pendanaan dari East Ventures dan Royal Group Indonesia

PathGen atau PathGen Diagnostik Teknologi, sebuah startup bioteknologi kesehatan berbasis di Indonesia yang berfokus pada solusi pengujian molekuler memperoleh pendanaan dari East Ventures,…