Ketika Ekonomi Global Diguncang Badai Trump, Siapa Menjaga Rakyat Indonesia?

Oleh : Amalia Susilowati Prabowo S. Str MM | Selasa, 06 Mei 2025 - 19:10 WIB

Amalia Susilowati Prabowo S. Str MM
Amalia Susilowati Prabowo S. Str MM

INDUSTRY.co.id - Jakarta - Kebangkitan kembali proteksionisme global pasca-terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat membawa dampak sistemik terhadap perekonomian negara berkembang, termasuk Indonesia. Kebijakan tarif resiprokal “Trump 2.0” bukan sekadar strategi dagang, melainkan sebuah sinyal kuat bahwa multilateralisme dalam perdagangan tengah melemah, sementara nasionalisme ekonomi kembali menguat.

Indonesia termasuk negara yang terdampak langsung. Tarif tambahan sebesar 32% yang dikenakan terhadap produk ekspor utama Indonesia, terutama dari sektor padat karya seperti tekstil, pakaian jadi, dan alas kaki, mengancam kelangsungan kerja jutaan tenaga kerja domestik. Data Kementerian Koordinator Perekonomian menunjukkan bahwa sektor padat karya ini menyumbang lapangan kerja bagi lebih dari 12 juta orang, sebagian besar dari keluarga berpenghasilan rendah.

Kondisi ini menimbulkan pertanyaan mendasar: ketika ekonomi terguncang akibat kebijakan luar negeri negara adikuasa, siapa yang melindungi rakyat?

Di sinilah peran negara diuji melalui kacamata teori kesejahteraan dan pembangunan sosial. Jeremy Bentham menekankan bahwa tugas pemerintah adalah menjamin “the greatest happiness of the greatest number.” Pendekatan ini menuntut negara hadir secara aktif, bukan pasif, dalam menghadirkan keadilan sosial. Sementara itu, Amartya Sen melalui pendekatan kapabilitasnya menekankan pentingnya kebebasan individu untuk mencapai kesejahteraan yang bermakna: tidak cukup masyarakat "selamat", tapi mereka harus "berdaya".

Sayangnya, respons pemerintah hingga hari ini lebih banyak bertumpu pada stabilitas makro dan diplomasi dagang ketimbang transformasi sosial. Di tengah tekanan global, langkah-langkah seperti revitalisasi perjanjian TIFA dengan AS, penyesuaian non-tariff measures, serta promosi investasi ke sektor hilirisasi memang penting, tapi terlalu makro dan jauh dari denyut kehidupan rakyat miskin di desa, di kampung-kampung padat perkotaan, dan buruh industri yang terancam PHK.

Isu ini menjadi semakin relevan karena hingga awal kuartal kedua 2025, pemerintahan baru belum menunjukkan arah kebijakan pembangunan sosial yang jelas. Narasi pembangunan nasional masih berkutat pada pertumbuhan ekonomi dan pembangunan infrastruktur, tanpa disertai roadmap sosial yang mampu menjawab ketimpangan yang semakin tajam.

Teori pembangunan sosial yang dipelopori James Midgley menawarkan solusi: integrasi antara kebijakan sosial dan ekonomi. Program bansos harus dihubungkan dengan pemberdayaan, pelatihan vokasional, dan pelibatan masyarakat dalam pembangunan. Bukan sekadar memberi, tetapi membangun fondasi untuk masyarakat bisa mandiri.

Beberapa langkah telah diambil. Pemerintah melanjutkan Program Keluarga Harapan (PKH), Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT), serta Program Indonesia Pintar (PIP). Namun yang paling menarik adalah peluncuran Program Makan Bergizi Gratis, yang dikelola Badan Gizi Nasional. Program ini menjangkau lebih dari 82 juta orang, termasuk siswa sekolah, balita, ibu hamil dan menyusui. Program ini penting bukan hanya sebagai pemenuhan gizi, tapi sebagai strategi jangka panjang dalam membangun kualitas sumber daya manusia.

Namun, keberhasilan program sosial seperti ini sangat bergantung pada dua hal: desain yang tepat sasaran dan implementasi yang bebas dari politisasi. Bantuan sosial tidak boleh menjadi instrumen elektoral, tetapi pilar keadilan sosial. Dan yang lebih penting, program ini harus disertai sistem monitoring berbasis data serta pelibatan komunitas lokal dalam pelaksanaan.

Pemerintah juga harus waspada agar tidak terjebak pada solusi jangka pendek. Dunia sedang bergerak menuju dekade ketidakpastian. Penurunan harga komoditas, pelemahan pasar saham, serta retaliasi tarif antara negara besar akan terus mengguncang stabilitas global. Indonesia harus mengembangkan sistem kesejahteraan yang tahan terhadap krisis—bukan hanya memberi perlindungan saat terjadi guncangan, tetapi membangun daya lenting sosial jangka panjang.

Maka, jika pemerintah ingin menjawab tantangan zaman ini secara serius, kebijakan pembangunan tidak bisa lagi didikte oleh angka pertumbuhan semata. Ia harus berpijak pada prinsip keadilan sosial, kesejahteraan yang partisipatif, dan pemenuhan hak dasar warga negara secara menyeluruh. Krisis global semestinya tidak membuat Indonesia kaku dan menunggu, tapi justru menjadi momentum untuk menata ulang prioritas pembangunan yang berpihak kepada rakyat.

Dan hari ini, di tengah badai tarif global, jawaban paling penting bukan hanya “berapa persen PDB kita tumbuh,” tapi juga: apakah rakyat merasa dijaga?

 

 

Oleh:

Amalia Susilowati Prabowo S. Str MM

President Director ExportHub.id Ecosystem 

Kandidat Doktor Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan – Universitas Gadjah Mada

 

Komentar Berita

Industri Hari Ini

Fasilitas pengolahan limbah dan sampah menjadi bahan bakar alternatif di area green zone Pabrik Narogong, Jawa Barat.

Sabtu, 24 Mei 2025 - 06:04 WIB

RUPST 2025, SIG Tambah Lini Usaha Baru untuk Peningkatan Daya Saing dan Kinerja Jangka Panjang

Jakarta– PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SIG) pada Jumat (23/05/2025) menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) 2025 (Rapat) di Jakarta. Rapat menyetujui penetapan penggunaan…

Keterangan Foto 2a: (kanan) Patrick Kluivert, Pelatih Kepala Timnas Sepakbola Indonesia melakukan penanaman pohon di Desa Bongkasa Pertiwi, Badung, Bali sebagai salah satu wilayah konservasi Pabrik AQUA Mambal pada Jumat (23/5/2025)

Jumat, 23 Mei 2025 - 21:23 WIB

Tim Kepelatihan Timnas Indonesia Apresiasi Komitmen AQUA

Melanjutkan kerjasama strategis bersama Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) melalui PT Garuda Sepak Bola Indonesia (GSI) sebagai air mineral resmi Tim Nasional Sepak Bola Indonesia,…

KAI Wisata Hadirkan Tarif Khusus Kereta Panoramic dan Priority

Jumat, 23 Mei 2025 - 21:21 WIB

KAI Wisata Hadirkan Tarif Khusus Kereta Panoramic dan Priority Mulai Rp 100.000, Ini Syarat dan Daftarnya

Nikmati tarif khusus kereta Panoramic dan Priority mulai Rp 100.000 yang programnya diperpanjang dari KAI Wisata yang sebelumnya berlaku selama angkutan Lebaran 2025.

JAM-Intel Kejagung Reda Manthovani Raih Gelar Kehormatan Grand Master dari Markas Taekwondo Dunia

Jumat, 23 Mei 2025 - 21:20 WIB

JAM-Intel Kejagung Reda Manthovani Raih Gelar Kehormatan Grand Master dari Markas Taekwondo Dunia

Jaksa Agung Muda Intelijen (JAM-Intel) Kejaksaan Agung RI, Prof. Dr. Reda Manthovani, S.H., LL.M., mendapat anugerah Gelar Kehormatan Grand Master Taekwondo (The Honorary 6th Dan) dari Kukkiwon,…

Direktur Utama Telkom Ririek Adriansyah dan Direktur Network and IT Solution Telkom Herlan Wijanarko saat pertemuan dengan Wakil Rektor Bidang Penelitian, Pengembangan Usaha, dan Kerja Sama UGM Dr. Danang Sri Hadmoko beserta jajaran

Jumat, 23 Mei 2025 - 20:48 WIB

Kolaborasi Telkom dan UGM Kembangkan Inovasi Deteksi Gempa Guna Perkuat Mitigasi Bencana Nasional

PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (Telkom) bekerja sama dengan Universitas Gadjah Mada (UGM) dalam mengembangkan sistem deteksi gempa berbasis Distributed Acoustic Sensing (DAS) atau Penginderaan…