Setting Program Pengembangan Kewirausahaan Sejak SMA/SMK

Oleh : Sony Heru Priyanto, Aloysius Baskoro Yunianto Dan Wahyu Indriyo | Rabu, 28 Desember 2022 - 16:21 WIB

Prof Sony Heru Priyanto - Dosen Podomoro Univeristy
Prof Sony Heru Priyanto - Dosen Podomoro Univeristy

INDUSTRY.co.id - Kebutuhan Pengembangan Kewirausahaan
Negara Indonesia memiliki kekuatan ekonomi yang layak diperhitungkan dalam kancah global. Hal ini tampak dari GDP negara Indonesia yang nilainya telah lebih dari 1 triliun dolar. Nilai ini menempatkan Indonesia sebagai salah satu dari 20 kekuatan ekonomi tersebesar di dunia yang tergabung dalam kelompok 20 atau G20. 

Pada kondisi yang sangat kuat tersebut, ternyata Indonesia masih memiliki kelemahan besar yang cukup serius. Kelemahan ini terkait dengan kewirausahaan dikalangan masyarakat Indonesia. Menurut data dari The Global Entrepreneurship and Development Institute (GEDI), negara Indonesia menempati posisi 94 dari 137 negara dalam hal Global Entrepreneurship Index (GEI). Hal ini menjadi ironis karena sebagai salah satu kekuatan terbesar di dunia, Indonesia justru lemah dalam hal kewirausahaan. 

Untuk mengatasi ketertinggalan dalam hal kewirausahaan, perlu dilakukan berbagai upaya yang melibatkan berbagai pihak. Upaya tersebut diantaranya adalah dengan meningkatkan jumlah atau kuantitas wirausaha di Indonesia.

Selain kuantitas yang banyak, wirausaha tersebut perlu didukung dengan kualitas yang memadai. Sedangkan salah satu pihak yang semestinya turut bertanggung jawab mengenai hal ini adalah institusi pendidikan, termasuk di dalamnya Perguruan Tinggi dan Sekolah Menengah Atas (SMA). Universitas Agung Podomoro didirikan dengan salah satu visinya adalah meningkatkan jiwa kewirausahaan masyarakat.  Tidak hanya di universitas, untuk meningkatkan jumlah wisausaha, pendidikan kewirausahaan sudah harus dimulai sejak masuk SMA

Permasalahan dan Solusi
Pada umumnya, permasalahan pengembangan kewirausahaan di SMA/SMK adalah belum adanya komunitas pelajar/siswa yang bisa menjadi salah satu ekosistem pengembangan kewirausahaan di sekolah.  Untuk itu perlu dibentuk semacam Student Entrepreneurship Community (SEC) yang bisa dikelola dibawah OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah) atau dibawah Bidang Kesiswaan.

Komunitas ini diarahkan untuk mengembangkan visi untuk merajut nilai-nilai, pengetahuan dan intensi berwirausaha, mulai dari penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan, mencoba langsung dan mentoring dari orang atau pihak yang relevan dengan pengembangan kewiruasahaan. Anggota komunitas merupakan siswa yang mengambil mata pelajaran kewirausahaan dan siswa-siswa lain yang telah menjalankan usaha serta siswa-siswa yang memiliki intensi untuk berwirausaha.

Mata pelajaran kewirausahaan merupakan subyek baru yang muncul akibat kebijakan Merdeka Belajar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. Karena subyek baru, perlu sekali pengayaan terhadap pengelola Sekolah dan guru terkait program pengembangan kewirausahaan. 

Pembelajaran kewirausahaan di SMA/SMK masih berupa peningkatan pengetahuan kewirausahaan dan jika ada, ada yang melakukan pendampingan keterampilan usaha. Ada hal penting, yang perlu diperhatikan dalam pengembangan kewirausahaan yaitu pengenalan diri secara fair, baik mengenai potensi maupun kelemahan siswa. Pengenalan diri ini perlu dimasukkan dalam kurikulum pendidikan kewirausahaan, termasuk di SMA/SMK. Ketika siswa terpetakan potensi dan kelemahaanya, tahap berikutnya adalah mengembangkan potensi yang mereka miliki dan mengatasi masalah yang siswa hadapi. Dalam menghadapi generasi milenial, pemahaman potensi dan kelemahan secara fair akan menjauhkan mereka dari “halu” dalam berpikir dan berpresepsi.

Pendidikan dan pembelajaran kewirausahaan masih berjalan sendiri-sendiri, padahal dari sisi penyediaan pengembangan kewirausahaan, juga ada layanan dan perguruan tinggi. Seperti misalnya, Universitas Agung Podomoro yang memiliki visi dan misi pengembangan kewirausahaan, bisa menjalin kerjasama dengan pihak SMA/SMK dalam mengembangkan kurikulum dan satuan pembelajaran kewirausahaan. Untuk itu, perlu adanya link pembelajaran dengan Perguruan Tinggi untuk siswa baik yang dilakukan dosen maupun mahasiwa.   perlu ada bridging antara SMA dan Universitas, dimana ada program untuk siswa mendapat pengalaman proyek kuliah dan cara berpikir ilmiah, sehingga lulusan SMA/SMK siap menjadi mahasiswa, termasuk masuk di program studi kewirausahaan dan prodi lain.

Tindak Lanjut
Untuk mendapatkan hasil yang optimal, dalam menjalankan mata pelajaran kewirausahan, perlu diterapkan metode Project Based Entrepreneurial Learning Model (PBELM) yang menekankan pada peningkatan motivasi dan kognisi kewirausahaan, peningkatan kemampuan melihat peluang, pengembangan ide dan merakit sumberdaya dengan metode pembelajaran mencoba langsung dan mentoring.


 
Model PBELM tersebut merupakan hasil riset sebelumnya yang mengambl lokasi di Perguruan Tinggi seperti Universitas Kristen Satya Wacana-Salatiga Jateng, Universitas Presiden-Bekasi Jawa Barat dan Universitas Dhyana Pura Bali.

Kerangka kerja solusi pendidikan kewirausahaan terdiri dari 4 dimensi yaitu perubahan mindset, entrepreneurial learning, business skill dan ready skill, dengan penekanan media belajar penerapan proyek bisnis (Priyanto, 2012). Untuk menjalankannya, akan menggunakan konsepnya Shane (2003) yaitu perubahan entrepreneurial motivation (motivasi, kreatif, inovatif, mandiri, goal setting) cognitive factor (perubahan mindset), environmental condition (penyediaan sarpras bisnis), dan entrepreneurial opportunity (penyediaan proyek bisnis). Dengan penyiapan ini diharapkan siswa bisa mengenali peluang, mengembangkan ide bisnis, merakit sumberdaya, penciptaan pasar, pengembangan produk dan organisasi usaha (Tabel 1). 

Berbekal pada pemahaman mengenai ELM dan PBL, dapat dikonstruksikan model baru yaitu Project Based Entrepreneurial Learning Model (PBEL). Dari sintesa dan konstruksi pustaka sebelumnya, ada 3 hal penting dalam pembelajaran kewirausahaan yaitu substansi, bentuk dan aktivitas pembelajaran merupakan proses pembelajaran mulai dari proses pengenalan, penguatan dan pengembangan diri. Setelah dirinya siap, peserta didik akan diajar mengenali peluang dan mengembangkan ide yang kemudian dituangkan dalam pembuatan proposal bisnis. Setelah siap mereka diminta merealisasikan rencana bisnis tersebut dalam bisnis riel. 

Substansi pembelajaran mengandung beberapa material seperti motivasi dan kognisi (Shane, 2003), entrepreneurial skill dan business skill (Pretoius et al. 2005). Materi motivasi terdiri dari locus of control, vision, desire for, independence, passion, drive, goal setting, self efficacy. Materi pembelajaran kognisi seperti visi, pengetahuan, skill dan ability. Ketika memberi pembelajaran kewirausahaan, dua aspek ini diberika sebagai subyek.

Bentuk pembelajaran terdiri dari pendidikan & pelatihan, experience dan mentoring (Priyanto dan Sanjoyo, 2005). Sedangkan aktivitas pembelajaran terdiri dari proses pengenalan diri, pengenalan lingkungan dan peluang, pengembangan ide dan perakitan sumberdaya (Shane, 2003). Ketiga pembelajaran ini merupakan union dari model PBL dan ELM. 

Semua tindakan kewirausahaan merupakan kombinasi hasil interaksi, integrasi dari motivasi dan kognisi (Locke, 2000). Shane et al. (2003) mengusulkan bahwa beberapa atau semua motivasi ini akan mempengaruhi transisi proses terbentuknya kewirausahaan individu dari satu tahap ke tahap lainnya.  Yang pasti, aspek motivasional ini merupakan salah satu pembentuk kewirausahaan. Faktor motivasional ini digabung dengan faktor kognitif akan mempengaruhi kewirausahaan seseorang. 

Perlu dilakukan program seed in yang memungkinkan adanya link pembelajaran dengan PT. Juga akan ada kegiatan workshop untuk siswa yang dilakukan dosen maupun mahasiwa.   Dengan adanya program ini, akan tercipta bridging antara SMA dan Universitas, dimana ada program untuk siswa mendapat pengalaman proyek kuliah dan cara berpikir ilmiah, sehingga lulusan SMA/SMK siap menjadi mahasiswa, termasuk masuk di program studi kewirausahaan dan prodi lain.
Universitas Agung Podomoro dengan dukungan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI menyelenggarakan Program Pengabdian Kepada Masyarakat berupa Program Pendidikan Kewirausahaan di SMA Cinta Kasih Tzu Chi, sebagai upaya meningkatkan intensi berwirausaha sejak remaja.

SMA Cinta Kasih Tzu Chi di Jakarta saat ini memiliki jumlah siswa 322, rentang jumlah siswa 290 - 330 siswa dalam kurun waktu 5 tahun terakhir. Lembaga tersebut saat ini sedang mengembangkan program Merdeka Belajar yang salah satu bidang kewirausahaan. Mereka telah memiliki tekad untuk mengembangkan kewirausahaan siswa, terbukti telah ada mata pelajaran kewirausahaan. Tekad dan program ini perlu terus ditingkatkan agar bisa mencapai tujuan memperkenalkan kewirausanaan sejak remaja. Program ini perlu dilakukan secara terstruktur dan berkelanjutan baik untuk guru maupun muridnya. 

Ada 3 program utama yang dijalankan yaitu pendidikan dan pelatihan kewirausahaan, program seed in baik rekrusif maupun resiprokal untuk guru, siswa, dosen dan mahasiswa, serta pembentukan komunitas kewirausahaan.
Dalam pendidikan kewirausahaan, telah dilakukan tes potensi kewirausahaan, pengenalan diri, pengenalan peluang usaha, pengembangan ide dan perakitan sumberdaya. Media pembelajaran kewirausahaan melalui usaha kopi dan sablon kaos. Telah diinisiasi alat sablon dan kopi guna menjadi alat untuk merakit jiwa kewirausahaan siswa. 

Setelah ini akan dilakukan ujicoba alat, ujicoba usaha dan pendampingan dari mentor yang usaha sablon dan usaha kopi. Siswa akan diajak juga berkunjung ke Laboratorium Kopi dan industri kreatif Program Studi Hotel Bisnis dan Program Studi Desain Produk.

 

Oleh: Sony Heru Priyanto, Aloysius Baskoro Yunianto dan Wahyu Indriyo
Penulis adalah Dosen Universitas Agung Podomoro

 

Komentar Berita

Industri Hari Ini

Ditjen PKH Kementan kordinasi cegah virus dampak kematian Kerbau

Sabtu, 20 April 2024 - 15:46 WIB

Kementan Sigap Tangani Kasus Kematian Ternak Kerbau Pampangan di Sumsel

Beberapa waktu lalu telah terjadi kasus kematian ternak kerbau pampangan di sejumlah wilayah Sumatera Selatan. Kasus ini tercatat mulai tanggal 15 Maret hingga 6 April 2024, terutama di Desa…

BNI apresiasi Thomas dan Uber Cup

Sabtu, 20 April 2024 - 13:52 WIB

Indonesia Juara di All England dan BAC, BNI Apresiasi dan Dukung Tim Thomas & Uber Cup

PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI memberikan apresiasi setinggi-tingginya atas prestasi gemilang para atlet bulu tangkis Indonesia dalam dua turnamen bergengsi, All England 2024…

Menparekraf Sandiaga Uno

Sabtu, 20 April 2024 - 11:45 WIB

Menparekraf Sandiaga Uno Beberkan Transformasi Pariwisata Pascapandemi dalam Forum PBB di New York

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno menghadiri undangan PBB untuk berbicara pada high level meeting "UN General Assembly Sustainability Week" di New…

Sambut Hari Kartini, Hutama Karya Resmikan Fasilitas Daycare

Sabtu, 20 April 2024 - 10:59 WIB

Sambut Hari Kartini, Hutama Karya Resmikan Fasilitas Daycare

Menyambut Hari Kartini 2024, PT Hutama Karya (Persero) (Hutama Karya) secara resmi meluncurkan Daycare dan Sekolah Harmony Montessori di lingkungan perusahaan. Fasilitas ini diresmikan oleh…

OYO Berikan Layanan Komprehensif bagi Acara yang Diselenggarakan Pemerintah

Sabtu, 20 April 2024 - 10:06 WIB

OYO Berikan Layanan Komprehensif bagi Acara yang Diselenggarakan Pemerintah

OYO implementasikan kesuksesan bisnis akomodasi pemerintahan di India dengan sediakan layanan integrasi akomodasi, transportasi dan katering untuk berikan layanan komprehensif bagi acara yang…