Penaikan Suku Bunga Acuan Membingungkan di Tengah Landainya Inflasi

Oleh : Kormen Barus | Senin, 21 November 2022 - 18:14 WIB

Penaikan Suku Bunga Acuan Membingungkan di Tengah Landainya Inflasi
Penaikan Suku Bunga Acuan Membingungkan di Tengah Landainya Inflasi

INDUSTRY.co.id, Jakarta- Anisis DCFX Futures Lukman Leong mengatakan langkah Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan sebanyak 50 basis poin ke 5,25% dalam rangka menjaga stabilitas rupiah, membuat pasar bingung.

“Saya kira ini membuat pasar bingung, karena data inflasi menunjukkan deflasi, atau tekanan inflasi mulai mereda. Namun, BI melakukan ini untuk menjaga rupiah, melakukan intervensi, khawatir jika imbasnya ke perekonomian,” jelas Lukman, Senin (21/11/2022).

Dengan data inflasi yang mulai mereda, harusnya BI lebih fokus kepada penanganan inflasi bukan mata uang. Mata uang rupiah, kata Leong, memang melemah tetapi tidak akan dibawah Rp 16.000. 

“Saya kira BI tetap fokus kenaikan suku bunga berdasarkan ekspektasi inflasi. Memang saya pikir  mata uang stabil, agak melemah masih dalam batas wajar. Negara mana yang bisa mempertahankan mata uang mereka sekarang ini,” kata Lukman. 

Senada dengan Lukman, Ekonom Bank BCA David Sumual mengatakan pelemahan rupiah masih dalam batas wajar. “Tekanan terhadap Rupiah sebenarnya masih tergolong manageable dibanding negara Emerging Market lain yg banyak kelemahannya sudah double digit,” tegas David. 

Bulan depan, Bank Sentral Amerika, The Fed akan melakukan pertemuan terakhir. Diperkirakan aksi menaikkan suku bunga gila-gilaan akan berakhir. “Pertanda bagus bisa jadi US dollar terkoreksi. Namun ini masih proyeksi ya,” sebut Lukman.

David menambahkan, memantau aksi The Fed, “Spread antara suku bunga rupiah dan dollar Amerika harus dijaga tetap menarik di tengah masih berlanjutnya ekspektasi kenaikan Fed rate.”

Kemudian dengan suku bunga acuan yang naik, berdampak pada kredit, pertumbuhan usaha, dan impor. Sementara itu masyarakat bisa ‘mengamankan’ uang mereka agar tidak tergerus inflasi. Mengamankan aset mereka di tempat yang likuid sambil menunggu tren kenaikan suku bunga tinggi selesai. 

“Berakhirnya era suku bunga yang tinggi, mungkin dalam enam bulan kedepan itu jelas, akan berhenti, dimana investasi akan sangat bagus di saham,“ tandas Lukman.

David menambahkan, dengan melemahnya rupiah terhadap dollar, akan muncul inflasi dari segi impor. Kemudian pengusaha yang masih belanja impor dengan dollar, harus bisa mengamankan nilai mereka.

Sementara itu Chief Economist Bank Permata Josua Pardede menilai kenaikan suku bunga merupakan langkah pre-emptive untuk menjangkar ekspektasi inflasi sedemikian sehingga inflasi inti tahun 2023 kembali dalam sasaran inflasi BI. 

"Keputusan kenaikan suku bunga juga ditujukan untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah yang diperkirakan masih akan dipengaruhi oleh sentimen arah suku bunga Fed," terangnya.

Menurutnya kenaikan itu juga akan berpengaruh pada perekonomian domestik. Beberapa sektor yang terpengaruh adalah investasi sektor usaha dan belanja masyarakat.

"Berpotensi berdampak pada perekonomian domestik terutama dari sisi cost of borrowing yang selanjutnya juga mempengaruhi konsumsi masyarakat dan investasi sektor usaha," tambahnya.

Pertumbuhan Kredit

Meski demikian, penyesuaian suku bunga perbankan terutama suku bunga kredit termasuk suku bunga kredit pemilikan rakyat (KPR) diperkirakan akan terdapat jeda. Pihak perbankan akan mempertimbangkan kondisi likuiditas bank serta risiko kredit perbankan yang bervariasi. 

"Namun secara umum, tingkat suku bunga kredit belum menunjukkan peningkatan yang signifikan dan diperkirakan penyesuaian suku bunga kredit perbankan baru akan terindikasi pada Semester I 2023," ungkapya.

Untungnya, kenaikan suku bunga juga diiringi dengan kebijakan makroprudensial. Kebijakan itu berperan untuk mencegah dan mengurangi risiko sistemik, mendorong fungsi intermediasi yang seimbang dan berkualitas, meningkatkan efisiensi sistem keuangan dan akses keuangan dalam menjaga stabilitas sistem keuangan (SSK), serta mendukung stabilitas moneter dan stabilitas sistem pembayaran.

"Meskipun suku bunga acuan BI naik dan yang selanjutnya berpotensi mendorong moderasi perekonomian domestik dalam cakupan makroekonomi, namun disaat bersamaan BI juga tetap melanjutkan kebijakan makroprudensial yang longgar hingga akhir tahun 2023 yakni uang muka (DP) kredit kendaraan bermotor (KKB) yakni 0% dan loan to value KPR sebesar 100% yang artinya masyarakat yang baru mau mengambil kredit KPR atau KKB berpeluang untuk membayar DP yang cenderung rendah dan dimungkinkan untuk 0% tergantung dari risk appetite masing-masing bank," tandasnya.

Menurut Josua, tidak bisa dipungkiri kenaikan suku bunga akan berpengaruh terhadap permintaan kredit. Meski demikian, kebijakan makroprudensial BI diharapkan mampu meredam dampak dari kenaikan suku bunga tersebut sehingga pertumbuhan kredit bisa cukup solid. 

Josua mendasarkan analisis pada indikasi non-performing loan (NPL) kredit konsumsi termasuk NPL KPR dan NPL KKB yang cenderung tetap rendah dan bahkan lebih rendah dari kredit produktif dan total kredit.

"Pada umumnya kenaikan suku bunga berpotensi membatasi permintaan kredit namun diharapkan dengan bauran kebijakan BI dimana kebijakan makroprudensial yang tetap longgar, maka diharapkan momentum pertumbuhan kredit termasuk kredit KKB dan KPR diperkirakan akan tetap solid," pungkasnya.

Komentar Berita

Industri Hari Ini

Ini perlengkapan rumah tangga

Jumat, 26 April 2024 - 10:21 WIB

Penjualan 2023 Melesat, Panca Anugrah Wisesa Buka Showroom Baru di PIK 2

PT Panca Anugrah Wisesa Tbk (MGLV) sebagai emiten yang bergerak di bidang perdagangan besar peralatan dan perlengkapan rumah tangga sepanjang tahun 2023 sukses meraih lonjakan penjualan hingga…

Kerjasama di Hanover Messe

Jumat, 26 April 2024 - 10:14 WIB

Indonesia Jalin 13 Perjanjian Kerja Sama Industri Senilai Lebih dari Rp5 Triliun di Hannover Messe 2024

Keikutsertaan Indonesia dalam Hannover Messe 2024 bertujuan untuk mewujudkan kerja sama industri dan penanaman modal asing. Pada penyelenggaraan ajang pameran industri terkemuka dan berpengaruh…

J&T Express Kembali Hadirkan J&T Connect Run 2024, Tiket Telah Resmi Dijual

Jumat, 26 April 2024 - 09:59 WIB

J&T Express Kembali Hadirkan J&T Connect Run 2024, Tiket Telah Resmi Dijual

&T Express, perusahaan ekspedisi berskala global kembali menghadirkan J&T Connect Run setelah menuai kesuksesan di tahun pertamanya pada 2023 lalu. Masih mengusung tema "Run Together, Share…

[Kiri ke kanan] Royke Tobing - Direktur Cyber Intelligence PT Spentera, Haliwela - Direktur R & D PT Spentera, Marie Muhammad - Direktur Operasional Eksternal PT Spentera, Thomas Gregory - Direktur Operasi Internal PT Spentera

Jumat, 26 April 2024 - 09:50 WIB

Spentera Bantu Penguatan Keamanan Siber Pada Infrastruktur Informasi Vital Indonesia dalam Menghadapi Ancaman Siber

Kejahatan siber merupakan masalah serius yang dapat menyerang baik individu maupun institusi. Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia menyebutkan bahwa terjadi peningkatan…

ASABRI mengikuti edukasi keterbukaan informasi publik

Jumat, 26 April 2024 - 09:45 WIB

ASABRI Komitmen Dukung Keterbukaan Informasi Publik

ASABRI bersama 5 BUMN Lainnya yaitu Indonesia Re, Indonesia Financial Group (IFG), Perum Bulog, Danareksa, dan MIND.ID, hadir dalam penyelenggaraan Forum Edukasi Keterbukaan Informasi Publik…