Catat ya! Penerapan Teknologi 5G Teryata Tak Mudah, Asosiasi Minta Pemerintah Siapkan Ini..!

Oleh : Kormen Barus | Selasa, 08 Juni 2021 - 18:13 WIB

Diskusi Teknologi 5G
Diskusi Teknologi 5G

INDUSTRY.co.id, Jakarta,  FMB9 –Asosiasi  Penyelenggara  Telekomunikasi  Seluruh  Indonesia  (ATSI) menilai ketersediaan fiber optic(serat optik) dalam penerapan teknologi 5G merupakan suatu  keharusan.  Peran  Kementerian  Komunikasi  dan  Informatika  (Kominfo)  tentunya harus terus ditingkatkan dalam penyediaan fiber optic.Sekertaris Jenderal  Asosiasi  Penyelenggara  Telekomunikasi  Seluruh  Indonesia  (ATSI) Marwan O.

Baasir memaparkan bahwa saat melakukan uji coba dan launching4G pada periode   2014-2015   lalu,   proses   melakukan roll   outsebuah   teknologi   baru   itu membutuhkan waktu, apalagi dari 4G ke 5G.

"Ini ada perbedaaan yang cukup fundamental. Transport yang ada di 4G itu masih bisa menggunakan  gelombang  mikro  atau  microwave.  Karena  yang  berjalan  di  masyarakat saat   ini,   mungkin   sama   halnya   dengan   operator,   itu   bisa   lebih   dari   50%-60% menggunakan  microwave.  Dengan  beralih  ke  5G,  yang  kecepatannya  diatas  10  giga, kita membutuhkan fiber optic. Jadi, fiber opticitu harus. Kalau nggak, nanti 5G rasanya 4G, karena transportnya kurang. Jadi, itu yang sangat dibutuhkan," jelas Marwan dalam Diskusi  Media  (Dismed)  Forum  Merdeka  Barat  9  (FMB9) yang  digelar  secara  virtual bertajuk“Indonesia Maju dengan 5G”, Senin (7/6/2021).

Marwan menambahkan, ketersediaan fiber optichingga saat ini masih terbatas, karena baru ada di kota besar. Untuk itu, peran Kementerian Kominfo harus dioptimalkan untuk membantu para operator yang tergabungdalam asosiasi, agar pemerintah daerah bisa merelaksasi  atuan-aturannya  sehingga  proses  penggelaran fiber  opticdapat  berjalan dengan mudah sehingga bisa mendukung pengembangan 5G di Tanah Air.

Marwan  menuturkan,  5G  yang  ideal  ada  di  frekuensi  3,5  giga  herzt  (gH).  Saat  ini operator menggunakan frekuensi yang ada, jadi ada yang menggunakan 2,3 gH. Hal ini dikarenakan   penggunaan   frkuensi   2,3   gH   masih   memungkinkan   dengan   adanya dynamic spektrum sharing. "Tetap  5G,  hanya  menggunakan  spektrum  yang  ada,  jadi  memang  bandwith  saat  ini masih terbatas. Jadi, harapan kita 3,5 gH bisa cepat," ujar Marwan.Selain  itu,  dalam  menerapkan  teknologi  5g,  operator  lain  selain  Telkomsel  juga  perlu diberi equal treatment.

"Jadi  kalaupun  mereka  menggunakan  frekuansi  yang  ada,  yakni  1.800  dan  2.100 dengan  DSS,  saya  yakin  pemerintah  akan  mendorong  Uji  Laik  Operasi  (ULO)  segera diperoleh operator. Salah satu operator yang sudah mengajukan DSS adalah Indosat.Saat  ini,  lanjut  Marwan,  masyarakat  akan  diperkenalkan  5G  dengan  frekuensi  yang ada.  Paling  tidak  masyarakat  bisa  merasakan  5G  terlebih  dahulu.  Hal  ini  dikarenakan masih  adanya  sejumlah  kendala  dan  tantangan  bagi  para  operator  dalam  penyediaan 5G.Kendala  dan  tantangan  yang  dimaksud  adalah, pertama,  jelas  Spektrum.  Kedua fiber opticyang belum sepenuhnya terintegrasi.

"Jadi, fiber  opticperlu  merata.  Apalagi,  dalam  menggelar fiber  optictentunya  operator itu sewa pada pemerintah daerah, pemerintah provinsi, pemerintah pusat. Harapannya tentu   mendapatkan   harga   yang   affordable   sebagaimana   diamanatkan   dalam   UU Omnibuslaw.     Sekarang     bagaimana     kita     memastikan toolsdari     UU     itu terimplementasikan sampai ke daerah. Karena, jangan dilupakan bahwa di Indonesia ini cukup banyak  pemerintah  daerah,  yang  mungkin  saja  tata  cara mengimplementasikan UU itu juga berbeda. Ini  tentunya menjadi kendala yang harus dihadapi," tutur Marwan.

Ketiga, memastikan aplikasi 5G ini berjalan. "Saya khawatir, jangan samapi kita sudah menaikan teknologi ke 5G, tapi pemakaiannya hanya untuk akses internet. Ini tentunya sangat disayangkan," tegas Marwan.

Komentar Berita

Industri Hari Ini

Ilustrasi produksi keramik

Rabu, 24 April 2024 - 18:30 WIB

Dukung Proyek IKN, Industri Keramik Siap Investasi di Kaltim

Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki) optimis pemerintahan baru yang akan dipimpin oleh Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka akan melanjutkan proyek Ibu Kota Negara (IKN)…

Proses bongkar muat sekam padi di storage area sekam padi di Pabrik Lhoknga, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh.

Rabu, 24 April 2024 - 18:13 WIB

Keren! Reduksi Emisi Gas Rumah Kaca, SIG Tingkatkan Penggunaan Bahan Bakar Alternatif Menjadi 559 Ribu Ton

Jakarta– Isu perubahan iklim yang disebabkan oleh emisi gas rumah kaca (GRK) telah menjadi perhatian dunia, dengan munculnya komitmen global untuk mewujudkan net zero emission pada 2060.

Industri keramik

Rabu, 24 April 2024 - 18:00 WIB

Asaki Desak Pemerintah Segera Terapkan Antidumping Keramik China, Besaran Tarif Capai 150%

Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki) mendesak KADI untuk bekerja serius dan segera menerapkan kebijakan Antidumping untuk produk keramik impor asal Tiongkok yang secara tren tahunan…

Platform Teknologi Laboratorium di Indonesia Digelar untuk Ketujuh Kalinya

Rabu, 24 April 2024 - 17:56 WIB

Program Keberlanjutan dan Kecerdasan Buatan Menjadi Topik Hangat pada Pameran Lab Indonesia 2024

Jakarta– Lab Indonesia 2024 kembali mempertemukan elit industri laboratorium ilmiah dan analisis pada tanggal 24 – 26 April 2024 di Jakarta Convention Center (JCC).

Pembukaan kantor baru Thermo Fisher Scientific

Rabu, 24 April 2024 - 17:50 WIB

Ekspansi di Asia Pasifik, Thermo Fisher Scientific Buka Kantor di Jakarta dan Jalin Kemitraan Baru

Perusahaan menandatangani dua Nota Kesepahaman (MoU) dengan National Battery Research Institute dan Mandaya Hospital Group sebagai bagian dari ekspansi strategisnya di Indonesia