Rekor Harga Emas Terpecahkan, Siapa yang Lakukan Aksi Borong Emas?
Oleh : Candra Mata | Minggu, 02 Agustus 2020 - 10:51 WIB

Harga Jual Emas Meningkat Tajam
INDUSTRY.co.id - Jakarta, Bulan Juli 2020 merupakan bulan yang bersejarah untuk pergerakan harga emas. Rekor harga emas dunia akhirnya terpecahkan.
Pada saat berita ini ditulis, harga emas dunia tercatat di harga $ 1976 / oz yang merupakan all time high sepanjang sejarah manusia.
Sebelumnya di bulan April 2020, emas sudah pernah mencoba untuk memecahkan rekor harga namun gagal.
“Harga emas dunia sudah berusaha beberapa kali untuk memecahkan rekor harga dan baru terjadi di bulan Juli 2020 ini. Untuk harga emas dalam rupiah sendiri, harga emas sudah terus menerus memecahkan rekor harga karena nilai tukar Rupiah yang cenderung lebih lemah terhadap Dollar Amerika," ujar Denny, CEO Sehatigold.com kepada INDUSTRY.co.id pada Minggu (2/8).
Asal tau saja, sebelumnya, rekor titik tertinggi harga emas terjadi di Bulan Agustus 2011.
“Meskipun sudah menembus rekor all time high, kami masih bullish terhadap emas,” jelas Denny.
“Sejak awal tahun 2020, kami sudah percaya bahwa rekor harga emas tahun 2011 pasti akan terlewati di tahun ini. Ke depannya kami melihat harga emas masih memiliki momentum untuk tetap meroket hingga titik harga $ 2100 / oz,” jelasnya.
Denny menjelaskan bahwa dalam memprediksi harga, ada baiknya masyarakat memperhatikan tentang pihak-pihak yang melakukan pembelian dalam jumlah besar.
Dia menjelaskan lebih lanjut bahwa ada perubahan drastis tentang profil permintaan emas di tahun 2020 ini.
“Permintaan emas global dapat dikategorikan menjadi 3 kelompok besar. Yang pertama permintaan untuk kebutuhan konsumsi. Kelompok ini merujuk kepada permintaan emas untuk kebutuhan konsumsi masyarakat seperti perhiasan dan elektronik. Yang kedua permintaan dari bank sentral untuk simpanan negara. Yang terakhir adalah permintaan spekulatif yang berasal dari manajer investasi global,” ungkap Denny.
Sampai dengan akhir 2019, tercatat bahwa permintaan konsumsi emas cenderung stabil. Permintaan konsumsi ini sendiri datang dari permintaan untuk memenuhi kebutuhan produksi perhiasan emas.
Lebih lanjut disebutnya, dimulai tahun 2020, permintaan konsumsi ini menurun drastis hingga 50%. Permintaan dari sektor bank sentral dunia dari berbagai negara pun tidak mengalami perubahan drastis.
“Sampai di sini, kita harus pahami bahwa permintaan konsumsi dan bank sentral di tahun 2020 justru menurun. Jika tidak ada faktor lain, harusnya harga emas tidak meroket seperti ini. Yang menarik adalah permintaan dari sektor investasi. Permintaan emas oleh investor global melonjak 2 kali lipat dimulai dari awal tahun 2020. Jumlah penambahan emas yang tercatatkan oleh manager investasi melonjak hingga 700 ton lebih," tandas Denny.
Selanjutnya, perbedaan terbesar dari pihak pembeli ini dapat menceritakan sesuatu. Dimana pabrik perhiasan memborong emas untuk kebutuhan produksi tetapi manager investasi memborong emas dengan pandangan dan harapan bahwa harga emas akan naik.
"Masuknya mereka (para investor) ke dalam emas tahun 2020 ini menunjukkan bahwa harga emas akan tetap bullish hingga paling sedikit 1 tahun mendatang,” jelas Denny.
Di Tengah Resesi Dunia
Yang ditakutkan para ekonom pun terjadi. Suka atau tidak, kita sudah berada di tengah resesi global.
IMF menyebutkan bahwa di tahun 2020, ekonomi dunia akan menurun sebesar -4,9 %. Penurunan ekonomi ini akan sangat dirasakan di negara maju dengan perkiraan kontraksi sebesar -8% di tahun 2020 ini. Ekonomi negara berkembang diprediksi akan berkontraksi sebesar -3%.
Untuk negara Indonesia, IMF memprediksi bahwa ekonomi akan berkontraksi sebesar -0,3%. Sebagai perbandingan, di tahun 2019, ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 5%.
Di kuartal dua sendiri, Sri Mulyani sebelumnya memprediksi bahwa ekonomi Indonesia turun cukup dalam antara -5,08% hingga -3,54%. Indonesia perlu mengejar penurunan yang dalam ini di kuartal tiga dan empat untuk setidaknya mencapai prediksi IMF di kisara -0,3% tersebut. Kondisi ini diprediksi akan membaik di tahun 2021.
“Resesi pasti akan memberikan tekanan yang besar pada pasar modal. Aktivitas ekonomi menurun dan juga omset perusahaan. Semuanya memberikan efek domino yang sangat besar. Para investor akan mencari safe haven untuk melindungi nilai aset investasi mereka," ungkap Dennny.
“Di saat seperti ini pasar modal bukanlah tempat yang bijak untuk melindungi aset investasi. Banyak dari mereka akan memindahkannya ke safe haven asset seperti emas. Itulah kenapa harga emas meroket,” pungkasnya.
Baca Juga
Bersama Mendag Zulkifli, KRAS Lepas Ekspor 30.000 Ton Baja ke Italia
ANTAM Targetkan Produksi dan Penjualan Logam Mulia Positif Pada Tahun…
Hingga Akhir Januari 2023, Realisasi Investasi Smelter AMMAN Sudah…
Anak Perusahaan KRAS Segera Bangun WTP Konstruksi Baja 600 Liter/Detik
ISSC Optimis Industri Besi Baja Bakal Terus Bertumbuh Seiring Agresifnya…
Industri Hari Ini

Senin, 05 Juni 2023 - 00:54 WIB
Ekonomi Kreatif Bangkit di BNI Java Jazz Festival 2023
PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. atau BNI meyakini BNI Java Jazz Festival 2023 menjadi momentum penguatan ekonomi kreatif yang berdampak positif pada berbagai sektor.

Minggu, 04 Juni 2023 - 21:26 WIB
Gelaran BNI Java Jazz Festival 2023 Bawa Multiplier Effect Ekonomi
Gelaran BNI Java Jazz Festival 2023 berpotensi mendorong geliat ekonomi kreatif nasional serta sektor turunan. Hal ini diharap mampu menjadi pendongkrak pertumbuhan ekonomi pada kuartal kedua…

Minggu, 04 Juni 2023 - 17:35 WIB
Kementan Lakukan Vaksinasi Massal Rabies di Timor Tengah Selatan
Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan melakukan vaksinasi masal terhadap hewan anjing di Kabupaten Timor Tengah Selatan Nusa (TTS) Nusa Tenggara Timur…

Minggu, 04 Juni 2023 - 15:25 WIB
Dekatkan Ke Pelanggan, Minum Yuk Kaka Resmikan Concept Store Pertamanya
Minum Yuk Kaka yang berdiri pada 2020, ini memulai penjualannya melalui Instagram dan Whatsapp group, dan kini hadir secara offline di concept store.

Minggu, 04 Juni 2023 - 15:02 WIB
BNI Group Sediakan Produk di Java Jazz Fetival 2023
PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. atau BNI terus mendorong perusahaan anak untuk menjadi perusahaan yang self-sustainable dan mendukung bisnis utama perseroan sesuai dengan Kebijakan…
Komentar Berita