Utang Jiwasraya Ternyata Rp18 Triliun, Wamen BUMN Geleng-geleng: Antara Nilai Aset dan Liabilitas Hanya Sepertiga
Oleh : Candra Mata | Kamis, 09 Juli 2020 - 04:30 WIB
Ilustrasi Jiwasraya (Sindonews.com)
INDUSTRY.co.id -Jakarta, Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), mengungkapkan bahwa kondisi utang PT Asuransi Jiwasraya (persero) per 31 Mei 2020, berdasarkan utang klaim kepada nasabah mencapai Rp18 triliun atau naik dari utang sebelumnya sebesar Rp16 triliun.
“Dari jumlah tersebut, Rp16,5 triliun di antaranya klaim yang belum terbayar dari saving plan. Jumlah utang ini bertambah, meski pada akhir Maret lalu sudah ada pembayaran sekitar Rp470 miliar,” kata Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) II Kartika Wirjoatmodjo, pada rapat panja DPR, di Jakarta, Selasa kemarin (7/7).
Ia menjelaskan terkait sisanya sebesar Rp600 miliar merupakan klaim asuransi tradisional korporasi yang belum terbayar.
Sedangkan untuk korporasi ritel sekitar Rp200 miliar dan Rp700 miliar sehingga jika ditotal mencapai Rp1,5 triliun.
"Jadi total Rp1,5 triliun yang tradisional dan juga belum terbayar karena memang kondisi likuiditas memburuk," jelas Kartika.
Menurutnya, Jiwasraya mendapatkan tekanan yang besar, terutama dari peningkatan liabilitas imbas bunga yang tinggi. Berdasarkan catatannya, saat ini liabilitas yang ditanggung mencapai Rp52,9 triliun.
Rinciannya, sebut Kartika sebesar Rp34,6 triliun berasal dari liabilitas polis tradisional dan Rp16,5 triliun merupakan polis saving plan.
“Jiwasraya mendapat tekanan dari dua sisi. sisi kanan meningkatnya liabilitas karena tadi janji janji bunga yang tinggi sekali," ujarnya.
Selanjutnya, tambah Kartika, tekanan kedua yaitu ada pada sisi aset.
"Saat ini, nilai aset perusahaan hanya sebesar Rp17 triliun saja," ungkapnya.
Menurut Kartika, saat ini antara aset dan liabilitas hanya sepertiga.
“Tentunya ini kondisi sangat buruk dan ini membuat RBC minus 1.900 dan ekuitas minus Rp35,9 triliun. Nah kami juga ingin tekankan di sini bahwa dalam perjalanan waktu asuransi punya janji masa depan yang dikalkulasi terus sehingga kalau masalah ini berkepanjangan jumlah negatifnya juga akan meningkat," pungkasnya.
Komentar Berita