Pakar Anggap Rapid Test Tak Akurat Cuma Jadi Ladang Bisnis, Netizen: Semoga di Laknat Dunia Akhirat

Oleh : Candra Mata | Minggu, 05 Juli 2020 - 17:31 WIB

Ilustrasi Rapid Test (ist)
Ilustrasi Rapid Test (ist)

INDUSTRY.co.id - Jakarta - Program Rapid Test atau tes cepat untuk mengetahui dugaan awal virus Covid-19 yang digunakan oleh otoritas kesehatan dan Pemerintah dinilai berbagai pihak sudah tidak lagi layak untuk diteruskan. 

"Menurut saya, harus segera. Kalau perlu, besok Senin rapid test di seluruh Indonesia itu dihentikan," ujar Pakar epidemiologi Pandu Riono, Sabtu (4/7).

Menurut dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) tersebut tidak bisa menjadi acuan karena sangat tidak akurat. 

"Rapid test, ini sangat tidak akurat," tegas Pandu.

"Yang dites itu antibodi. Antibodi itu artinya respons tubuh terhadap adanya virus. Itu terbentuk seminggu atau beberapa hari setelah terinfeksi. Kalau tidak reaktif, bukan berarti tidak terinfeksi. Kalau reaktif, bukan berati bisa infeksius," jelasnya.

Ia bahkan menduga, dengan matlraknya Rapid Test telah terjadi komersialisasi. Salah satunya ketika rapid test menjadi syarat seseorang sebelum boleh menggunakan transportasi pesawat ataupun kereta api. Padahal, menurutnya, rapid test belum dijamin akurasinya.

"Itu useless sebenarnya," ungkap Pandu

"Karena kalau tidak, publik rugi, atau banyak uang negara yang seharusnya bisa meningkatkan kapasitas tim PCR, (malah) hanya untuk membeli (alat) rapid," pungkasnya.

Hal senada juga diungkapkan oleh pengamat penerbangan yang juga anggota Ombudsman, Alvin Lie. 

Ia mengatakan bahwa indikasi rapid test sudah dijadikan ladang bisnis dengan munculnya drive thru rapid test, seperti tarif promo yang terlihat di kawasan Bandara Soekarno-Hatta.

Dikatakannya, sejumlah maskapai, bahkan menggeber promo untuk memfasilitasi penumpang yang hendak terbang. 

“Di negara-negara lain, rapid maupun PCR hanya untuk orang yang products gejala. Ketersediaan alat tes diutamakan untuk mereka, tidak dibisniskan sebagaimana di sini,” ujarnya, Kamis lalu (2/7).

Namun, tidak hanya pakar yang menilai keberadaan Rapid Test hanya akan menjadi ladang bisnis ditengah pandemi. 

Para warganet di sosial media juga ramai mempertanyakan tes cepat tersebut. 

“Sekelas negara kecil Ecuatorial Guinea Afrika Barat, dari rapid, PCR, swab gratis tis... Karantina kelas HIlTON or IBIS Hotel baru ditanggung company. Kemaren di +62 mungkin pas kebetulan aja bayar. Rapid 500 ribu, PCR Rp2,5 juta,” kata akun @Mwildhan.

Sementara akun @Deliari25 berharap, pihak yang mengambil keuntungan di tengah kesengsaraan warga akan mendapat balasan yang setimpal.

“Luar biasa, dari mulai masker, hand sanitizer, APD sampai rapid test dibisnisin. dilaknat dunia akhirat, orang-orang yang mengambil keuntungan di tengah kesengsaraan orang lain,” tulisnya.

“Bisnis apa yang paling menjanjikan tahun 2020 & 2021 bro? Bisnis Rapid test!,” cetus akun @Ghazy_Kyaukphyu. (Sumber diolah dari Detik.com, Wartaekonomi.co.id)

Komentar Berita

Industri Hari Ini

Solo Menari

Kamis, 25 April 2024 - 12:01 WIB

Kembali Hadir, Solo Menari 2024 Bakal Digelar di Tiga Situs Ruang Publik

Perhelatan seni dan budaya, Solo Menari 2024, kembali akan digelar pada 29 April 2024 mendatang. Ajang Seni Tari anak bangsa ini terlahir dari semangat untuk melestarikan seni tari dan budaya…

Produk Amaterasun

Kamis, 25 April 2024 - 11:52 WIB

Amaterasun Hadirkan 100% Physical Sunscreen yang 'Almost No Whitecast'

Amaterasun, brand  kecantikan lokal yang dikenal sebagai “SPF Spesialist” dengan Intelligent DNA Guardian Technology™, yang dapat melindungi kulit hingga level DNA pertama di Indonesia…

Ilustrasi aset kripto

Kamis, 25 April 2024 - 11:51 WIB

Sah! fanC, Token untuk Konten Kreator Resmi Diperdagangkan di Indonesia

Aset kripto baru, Token fanC akan resmi diperdagangkan di Indonesia. Token ini mengadopsi teknologi blockchain yang mengembangkan teknologi internet terkini untuk pembuat konten, seperti NFT,…

Direktur Utama BRI Sunarso

Kamis, 25 April 2024 - 11:47 WIB

BRI Bukukan Laba Rp15,98 Triliun di Triwulan I 2024

Di tengah dinamika kondisi ekonomi dan geopolitik global yang penuh dengan tantangan, PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk mampu membukukan pertumbuhan laba yang positif, dimana hingga akhir…

Presiden Direktur Dharma Polimetal, Irianto Santoso

Kamis, 25 April 2024 - 11:26 WIB

Konsisten Bagikan Dividen, DRMA Incar Pertumbuhan Dobel Digit di 2024

Emiten manufaktur komponen otomotif terkemuka di Indonesia, PT Dharma Polimetal Tbk (DRMA) membagikan dividen tunai sebesar Rp171,29 miliar kepada para pemegang saham.