Lonjakan Defisit Neraca Dagang Tuntut Reformasi Struktural

Oleh : Herry Barus | Selasa, 21 Mei 2019 - 11:00 WIB

Budi Hikmat, Kepala Makro Ekonomi dan Direktur Strategi Investasi PT Bahana TCW Investment Management,
Budi Hikmat, Kepala Makro Ekonomi dan Direktur Strategi Investasi PT Bahana TCW Investment Management,

INDUSTRY.co.id - Jakarta- Kabar kurang menggembirakan kembali mengejutkan pasar finansial Indonesia pada pertengahan Mei ini. Tak hanya polemik perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok semakin panas, investor juga dikejutkan oleh lonjakan defisit neraca dagang (trade deficit) hingga US$ 2,5 miliar selama April 2019 yang jauh melebihi konsesus US$ 500 juta. Penyebabnya adalah kejatuhan nilai ekspor yang lebih tajam ketimbang penurunan impor.
 
Menurut Budi Hikmat, Kepala Makro Ekonomi dan Direktur Strategi Investasi PT Bahana TCW Investment Management, membesarnya defisit neraca dagang di tengah perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal pertama 2019 yang tak sesuai dengan ekspektasi pasar menjadi ‘teguran keras’ bagi Indonesia.

 “Ini menunjukkan bangsa kita masih kurang produktif dan kompetitif, sehingga ke depannya berdampak pada risiko menua sebelum kaya,” ungkap Budi Hikmat dalam siaran pers pada Selasa ini (21/5/2019).
 
Mengingat defisit neraca berjalan menjadi faktor fundamental yang memperlemah rupiah, kata Budi, para analis mempertanyakan berapa sesungguhnya pertumbuhan ekonomi Indonesia yang pantas? Pasalnya, jika pemerintah terus memacu pertumbuhan lebih tinggi, hal ini cenderung memperburuk defisit neraca dagang yang berdampak semakin memperlemah rupiah, memperberat utang luar negeri, menekan prospek investasi pasar modal hingga melonjakkan biaya pemberangkatan calon jemaah haji.
 
Untuk mengatasi defisit neraca dagang ini, Budi menyarankan pemerintah berani mengambil sikap "tidak populis".
 
"Bahkan kebijakan ekonomi Nabi Yusuf sendiri (QS 12:47) cenderung tidak populis termasuk melalui penjatahan ransum makanan per keluarga dalam menghadapi masa paceklik. Ketika saudaranya datang dari luar negeri Mesir dengan membawa 11 karung makanan namun yang datang hanya 10 orang, Nabi Yusuf menanyakan mengapa satu orang lain tidak mengambil sendiri. Sikap penghematan ini bisa diteladani pemerintah terutama untuk berbagai konsumsi barang yang kita impor,“ ungkap Budi.
 
Budi merujuk upaya memperketat penggunaan bahan bakar minyak (BBM) yang terus menjadi penyumbang defisit neraca dagang dengan menyesuaikan harga BBM dengan harga minyak global saat ini. Sebagai info, sepanjang April 2019, impor minyak dan gas (migas) mencapai US$ 2,24 miliar. Angka ini melonjak 47% dibanding Maret 2019. Hal ini mendesak dilakukan mengingat produksi minyak kita hanya separuh konsumsi.
 
“Untuk itu, ada sejumlah gagasan yang diusulkan kami, sejumlah ekonom senior, sebagai reformasi struktural kepada pemerintah. Gagasan itu di antara lain meningkatkan tabungan masyarakat guna membiayai berbagai pengeluaran di kemudian hari seperti untuk kesehatan, perumahan hingga program pensiun, mendorong pemerintah untuk mempercepat penggunaan barang lokal ketimbang barang impor, dan membangun sarana pelatihan kerja di berbagai kota,” sebut Budi.

Adapun, lanjutnya, risiko krisis terbesar terjadi ketika seorang menua, namun tak punya aset yang menjadi sumber pendapatan setelah tak bekerja. Hal ini diperparah jika kita punya utang dan juga penyakit kritis.

Budi mencontohkan, pemerintah seperti Tiongkok dan Singapura telah menerapkan kebijakan mendisiplinkan budaya hidup hemat dan cermat, yang cenderung kurang populis. Namun, kini dua negara tersebut telah menjadi negara maju.

“Dengan menerapkan budaya hidup hemat dan cermat, manfaatnya tak hanya memberi perbankan likuiditas yang cukup untuk penyaluran kredit, tetapi juga untuk menekan defisit neraca berjalan,” papar Budi.  
 
Adapun saat ini, lanjut Budi, para analis dan investor tengah menunggu pergantian kabinet pemerintah di pemerintah baru Joko Widodo - Ma’ruf Amin yang lebih mendorong upaya penguatan daya saing dan investasi langsung luar negeri yang masuk ke Indonesia, di antaranya seperti posisi kementerian keuangan, kementerian perindustrian, perdagangan, ketenagakerjaan, pariwisata dan pendidikan.

Komentar Berita

Industri Hari Ini

Dwidayatour Carnival 2024

Kamis, 25 April 2024 - 13:27 WIB

Dwidayatour Gelar Dwidayatour Carnival presented by.Mandiri di Gandaria City

Memasuki tahun ke-8, Dwidayatour Carnival presented by Mandiri digelar kembali. Pameran produk wisata yang kerap ditunggu-tunggu para pecinta travel ini akan kembali digelar di Gandaria City,…

Mandala Finance Rilis Kinerja Keuangan Tahun 2023 dan Rencana Strategis Menuju Pertumbuhan Optimal

Kamis, 25 April 2024 - 12:49 WIB

Mandala Finance Rilis Kinerja Keuangan Tahun 2023 dan Rencana Strategis Menuju Pertumbuhan Optimal

PT Mandala Multifinance Tbk mengumumkan kinerja keuangan Tahun Buku 2023, serta rampungnya proses akuisisi oleh MUFG Group, sebuahlangkah strategis yang diyakini akan membawa dampak positif…

Solo Menari

Kamis, 25 April 2024 - 12:01 WIB

Kembali Hadir, Solo Menari 2024 Bakal Digelar di Tiga Situs Ruang Publik

Perhelatan seni dan budaya, Solo Menari 2024, kembali akan digelar pada 29 April 2024 mendatang. Ajang Seni Tari anak bangsa ini terlahir dari semangat untuk melestarikan seni tari dan budaya…

Produk Amaterasun

Kamis, 25 April 2024 - 11:52 WIB

Amaterasun Hadirkan 100% Physical Sunscreen yang 'Almost No Whitecast'

Amaterasun, brand  kecantikan lokal yang dikenal sebagai “SPF Spesialist” dengan Intelligent DNA Guardian Technology™, yang dapat melindungi kulit hingga level DNA pertama di Indonesia…

Direktur Utama BRI Sunarso

Kamis, 25 April 2024 - 11:47 WIB

BRI Bukukan Laba Rp15,98 Triliun di Triwulan I 2024

Di tengah dinamika kondisi ekonomi dan geopolitik global yang penuh dengan tantangan, PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk mampu membukukan pertumbuhan laba yang positif, dimana hingga akhir…