Indonesia Bisa Tiru Dubai Soal Pendapatan Migas

Oleh : Ahmad Fadli | Selasa, 23 April 2019 - 11:00 WIB

Migas Ilustrasi
Migas Ilustrasi

INDUSTRY.co.id, Jakarta -  Kepala Divisi Formalitas SKK Migas Didik Sasono Setyadi mengatakan bahwa keberhasilan Dubai Uni Emirat Arab untuk melakukan metamorfosis dari kota yang menggantungkan pendapatannya dari sektor minyak dan gas menuju kota yang menjadikan jasa sebagai “tulang punggung” pendapatan daerah patut dicontoh Indonesia.

“Dulu, sebagian besar pendapatan Dubai ditopang oleh migas, tetapi sekarang tidak. Dubai telah berubah menjadi kota berbasis jasa. Menjadi kota masa depan,” tegas Didik saat Lokakarya Media 2019 SKK Migas-KKKS Wilayah Jabanusa kemarin.

Didik mengatakan bahwa paradigma migas sebagai sektor yang berkontribusi terbesar terhadap pendapatan daerah harus diubah. Hal ini mengingat harga minyak yang selalu mengalami fluktuasi tanpa bisa diprediksikan. Selain itu, migas termasuk sumber kekayaan alam yang tidak bisa terbarukan dan akan habis.

“Dan Dubai memiliki kesadaran lebih awal dengan mengembangakan kotanya menjadi kota masa depan. Dengan posisinya sebagai kota strategis, Dubai memiliki dua penerbangan terbaik di dunia Emirates Airline dan Etihad Airways,” ujarnya.

Selain itu, Dubai juga menjadi pusat keuangan dunia, dimana hampir seluruh lembaga keuangan dunia memiliki kantor di sana. Tidak hanya itu, Dubai juga dikenal sebagai pusat pendidikan.

“Dubai itu kota kecil yang cepat sadar akan kondisi itu, tidak seperti Venezuela, yang dulunya jaya dengan produksi migasnya yang cukup besar, menjadi negara terpuruk akibat turunnya harga minyak,” kata Didik.

Dan saat ini, menurutnya, Indonesia sudah mulai melakukan perubahan. Pasca penurunan harga minyak dunia beberapa tahun yang lalu, Indonesia tidak lagi mengandalkan migas sebagai sektor dengan pendapatan terbesar negara. Bahkan kontribusi sektor migas terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) saat ini kurang dari 10 persen. Padahal pada zaman orde baru, kontribusi migas terhadap PDB bisa mencapai 60 persen hingga 70 persen.

“Paradigma harus berubah. Kalau pendapatan dari migas bagus itu anggap saja sebagai bonus. Migas bukan lagi menjadi satu-satunya sumber pendapatan tetapi sebagai lokomotif ekonomi. Ketika ada industri migas yang dikembangkan, maka yang harus dipikirkan adalah sektor apa yang bisa didorong,” tegasnya.

Paradigma migas sebagai lokomotif ekonomi ini menurut Didik sudah menjadi sikap dan politik Indonesia. Seperti pengembangan migas di Papua, maka dalam perencanaannya akan dikembangkam juga petro cemical, bagaimana produk migas ini diolah menjadi produk turunan  

Komentar Berita

Industri Hari Ini

THR Emas Pegadaian

Kamis, 18 April 2024 - 16:51 WIB

Pegadaian Catat Transaksi Tabungan Emas Naik Sebesar 8,33% Pada Maret 2024

PT Pegadaian mencatat penjualan Tabungan Emas pada momen lebaran tahun 2024 mengalami peningkatan signifikan. Pada Maret 2024 atau menjelang lebaran, transaksi Tabungan Emas naik sebesar 8,33%…

BRI insurance siap melesat

Kamis, 18 April 2024 - 16:22 WIB

BRI Insurance Siap Melesat Dahsyat di HUT ke 35

PT. BRI Asuransi Indonesia yang dikenal BRI Insurance merayakan hari ulang tahunnya yang ke 35 dengan mengusung tema "Melesat Dasyat".

KoinWorks Group Melaporkan Profitabilitas Untuk Dua Lisensi Bisnis

Kamis, 18 April 2024 - 15:09 WIB

Top! KoinWorks Group Melaporkan Profitabilitas Untuk Dua Lisensi Bisnis

Jakarta- KoinWorks Group mengumumkan status profitabilitas untuk dua lisensi legalnya, yaitu BPR KoinWorks Sejahtera Annua (KoinWorks Bank) dan Lunaria Annua Teknologi (LAT).

KOLTIVA

Kamis, 18 April 2024 - 14:31 WIB

KOLTIVA Luncurkan Teknologi EUDR Untuk Bisnis Berkelanjutan Siap Hadapi Peraturan Global Bebas-Deforestasi Uni Eropa

KOLTIVA, perusahaan teknologi global rintisan terkemuka dengan lebih dari 11 tahun pengalaman di bidang pertanian berkelanjutan dan ketertelusuran rantai pasok di 61 negara, meluncurkan Solusi…

Pupuk Indonesia

Kamis, 18 April 2024 - 13:42 WIB

Pupuk Indonesia Gunakan Snowflake Data Cloud untuk Transformasi Produksi Pertanian Nasional

Pupuk Indonesia memilih Snowflake Data Cloud untuk memenuhi kebutuhan infrastruktur data yang meningkat tajam terkait penyediaan teknologi pertanian cerdas terkini kepada lebih dari 95.000 petani…