Sentimen Positif Membayangi Saham Perbankan

Oleh : Herry Barus | Senin, 25 September 2017 - 10:42 WIB

Dirut BNI Achmad Baiquni (kiri) menginformasikan cara kerja Mobile Payment (Mopay) BNI, saat meninjau stand Bank BNI di Indonesia Banking Expo 2017, JCC Rabu (20/9). (Foto Rizki Meirino)
Dirut BNI Achmad Baiquni (kiri) menginformasikan cara kerja Mobile Payment (Mopay) BNI, saat meninjau stand Bank BNI di Indonesia Banking Expo 2017, JCC Rabu (20/9). (Foto Rizki Meirino)

INDUSTRY.co.id - Jakarta -- Setelah selama satu-dua tahun terakhir industri perbankan mengalami seretnya permintaan kredit ditambah dengan meningkatnya rasio kredit bermasalah, memasuki paruh kedua tahun ini mulai terlihat sentimen positif yang diperkirakan akan berlanjut hingga tahun depan sehingga mampu mendongkrak kinerja perbankan nasional. 

Beberapa faktor yang menjadi pendorong bagi kinerja perbankan diantaranya kenaikan harga komoditas yang konsisten, membuat industri semakin yakin untuk melakukan ekspansi usaha pada tahun depan yang telah dimulai dari kuartal terakhir tahun ini. Konsistensi kenaikan harga komoditas ini membuat pelaku usaha mampu membereskan kredit bermasalah di perbankan, sekaligus membutuhkan tambahan modal untuk ekspansi usaha ke depan. Sehingga permintaan kredit diperkirakan akan meningkat pada semester kedua tahun ini. 

Komitmen Presiden Joko Widodo untuk membenahi infrastruktur di seluruh Indonesia mulai dari pembangunan jalan tol, kereta Light Rail Transit (LRT), pembangunan jembatan, penambahan jalur kereta yang baru serta infrastruktur pendukung lainnya tentunya tak terlepas dari pembiayaan perbankan, terutama bagi bank-bank milik negara. 

Menurut PT Bahana Sekuritas, kredit perbankan sepanjang 2017 diperkirakan tumbuh sekitar 9% - 10% karena permintaan kredit dari sektor konsumer dan korporasi masih akan meningkat. Pada akhir Juli 2017, kredit tumbuh 8,2% dibanding periode yang sama tahun lalu, yang merupakan akselerasi dibanding pertumbuhan 7,7% pada akhir Juni 2017. Rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) tercatat sebesar 3,0% di akhir Juli 2017, lebih baik dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 3,18%. 

''Seiring dengan peningkatan permintaan kredit serta rasio kredit bermasalah yang perlahan turun, biaya cadangan atau provisi perbankan semakin kecil, sehingga laba bersih industri perbankan akan membaik hingga akhir tahun ini,'' kata Plt Kepala Riset dan Strategi Bahana Sekuritas Henry Wibowo. ''Penurunan pencadangan ini cenderung tidak akan berdampak terlalu banyak pada laba perbankan tahun depan, namun laju permintaan kredit tahun depan diperkirakan lebih tinggi dibanding tahun ini karena tahun depan sudah akan dimulai kegiatan kampanye,'' tambahnya. 

Bila menilik data kredit perbankan berdasarkan sektor hingga akhir Juli, terlihat peningkatan kredit dari sektor konsumer yang mengambil porsi 28% dari total kredit, tumbuh 10,1% secara tahunan. Kredit modal kerja yang mengambil porsi 47% dari total kredit meningkat 8,1% dibanding Juli tahun lalu, sedangkan kredit Investasi yang mendapat porsi 25% dari total kredit nasional, tumbuh 6,4% dibanding periode yang sama tahun lalu. 

Anak usaha Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (BPUI) ini meyakini sektor perbankan memiliki posisi yang lebih bagus dibanding sektor lainnya hingga 12 bulan kedepan, dengan perkiraan earning per share (EPS) bakal tumbuh 16% dibandingkan dengan pertumbuhan pasar secara keseluruhan yang diperkirakan sekitar 12% - 14%. 

Sehingga Bahana merekomendasikan beli untuk saham bank besar seperi Bank Mandiri dengan kode saham BMRI target harga Rp 8.125 per lembar, bank BUMN ini diuntungkan dengan turunnya biaya pencadangan serta pembiayaan yang disalurkan untuk proyek infrastruktur. Bank Rakyat Indonesia yang berkode saham BBRI direkomendasikan beli dengan target harga Rp 17.000/lembar, bank yang mendominasi pembiayaan untuk sektor mikro, kecil dan menengah ini masih akan membukukan net interest margin yang besar. 

Sedangkan untuk bank skala menengah-kecil, Bahana merekomendasikan beli untuk saham Bank CIMB Niaga yang berkode saham BNGA, dengan target harga Rp 1.600/lembar . Kehadiran CEO baru perseroan membawa perubahan yang positif sejak dua tahun yang lalu, serta valuasi yang murah dibawah 1.0x Price-to-Book menjadi faktor yang menguntungkan. Saham Bank Pan Indonesia yang berkode saham PNBN, juga layak dikoleksi dengan adanya rencana merger dan akuisisi serta rencana divestasi 39% saham ANZ Australia yang ada di Panin Bank. Bahana memberi target harga Rp 1.400/lembar untuk saham PNBN 

 

Komentar Berita

Industri Hari Ini

Polaris Master ExPOLrasi 2024

Selasa, 07 Mei 2024 - 10:39 WIB

Kompetisi Mixologist, Polaris Master ExPOLrasi 2024 Lahirkan Inovasi Tren Minuman Kekinian

Tren makanan dan minuman di Indonesia kian berkembang, khususnya di kalangan anak-anak muda yang belakangan menyebutnya dengan istilah ‘Makanan atau Minuman Kekinian’. Setiap tahunnya pasti…

Dengan bantuan teknologi Artificial Intelligence, proses klaim digital asuransi kesehatan Allianz mampu diselesaikan dalam waktu 48 jam.

Selasa, 07 Mei 2024 - 10:29 WIB

AI Jadi Alat Bantu, Kemendikbud Dorong Siswa Belajar Efisien dan Efektif

Jakarta, FMB9 -Dalam era digital seperti saat ini pemanfaatan teknologi telah menjadi suatu keharusan dalam berbagai lini kehidupan, termasuk dunia pendidikan. Menyadari potensi besar yang dimiliki…

IFG Life

Selasa, 07 Mei 2024 - 10:19 WIB

Perkuat Komitmen Manajemen Mutu, IFG Life Raih Sertifikasi ISO 9001:2015

PT Asuransi Jiwa IFG (IFG Life) menegaskan komitmen untuk senantiasa memberikan layanan yang berkualitas dan berkesinambungan bagi masyarakat Indonesia melalui proses pelayanan yang cepat, transparan,…

Ilustrasi Produksi Alas Kaki

Selasa, 07 Mei 2024 - 10:10 WIB

Pabrik Sepatu Bata Tutup! Beban Industri Alas Kaki Makin Berat, Aprisindo Ungkap Biang Keroknya...

Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) akhirnya angkat bicara terkait penutupan pabrik PT Sepatu Bata Tbk di Purwakarta. Meski demikian, Aprisindo belum dapat mengungkapkan lebih banyak…

Juru Bicara Kemenperin, Febri Hendri Antoni Arif

Selasa, 07 Mei 2024 - 10:04 WIB

Menperin Agus Bongkar Kasus Penipuan Menggunakan SPK Bodong

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) merespons serius pengaduan masyarakat terkait beberapa Surat Perintah Kerja (SPK) yang diduga bermasalah di Direktorat Industri Kimia Hilir dan Farmasi…