Masa Depan Indonesia: Pembangunan Harus Inklusif berbasis Etika
Oleh : Wiyanto | Kamis, 29 Mei 2025 - 11:41 WIB

Wisuda Sarjana dan Megister Universitas Paramadina
INDUSTRY.co.id-Prof Muhadjir Effendi Mantan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia memberikan orasi ilmiah saat Wisuda Sarjana dan Megister Universitas Paramadina.
Orasi tersebut disampaikan Rabu (28/5/2025).
Ia menyampaikan Kampus, sarjana dan para akademisi mempunyai tanggung jawab tidak hanyamoral tetapi juga tanggung jawab sosial. Itu dengan melaksanakan apa yang harus dilakukan dengan ilmu pengetahuan, kecakapan dan kemahiran yang telah dikuasai, yang tentu harus berbasis etika, nilai yang dijunjung tinggi.
"Gambar besar Indonesia bercampur antara Antara Optimisme dan Kewaspadaan. Ada banyak alasan untuk optimis terhadap masa depan Indonesia, sebagai negara yang menempati peringkat pertama dalam katagori negara dengan tingkat kesejateraan subjektif (flourishing). Ini terlhat dari studi global dari Universitas Harvard, Universitas Baylor dan Gallup tahun 2024. Artinya, Orang Indonesia adalah orang yang paling puas dan paling bersyukur dengan kehidupannya, bahkan dibanding negara-negara maju sekalipun," kata dia.
Menurut dia, tantangan nyata masih berada dihadapkan kita yaitu masalah ketimpangan dan kemiskinan. Kita tidak bisa hanya puas karena adanya persepsi kebahagiaan saja tetapi juga harus jujur pada realitas objektif yang senyatanya yang harus diatasi bersama. Yaitu adanya ketimpangan yang masih tinggi (indeks Gini 0,379). Lebarnya jurang pemisah antara segelintir orang yang kaya raya dengan sekelompok besar rakyat yang masih terbelit oleh lingkaran setan kemiskinan (vicious circle of poverty). Dari sisi lain, Bank Dunia menyebutkan indikasi lain bahwa pada tahun 2024 lebih dari 60,3 persen penduduk Indonesia atau setara dengan 171,8 juta jiwa hidup di bawah garis kemiskinan. Di sisi lain, data resmi dari BPS, tingkat kemiskinan Indonesia per September 2024 sebesar 8,57 persen atau sekitar 24,06 juta jiwa. Ini berbeda karena indikatornya jauh berbeda. Sebagai contoh versi BPS, jika suatu keluarga terdiri dari lima jiwa, berpenghasilan sekitar 3 juta rupiah ke atas, maka tidak termasuk keluarga miskin. Sementara itu, bersi Bank Dunia apabila dalam suatu keluarga terdapat lima jiwa, berpenghasilan sekitar 17 juta rupiah ke atas baru disebut bukan keluarga miskin.
Bagaimana menyikapi angka berbeda ini ? Ya harus bijaksana.Kalau kita hanya memakai standar minimum nasional, kita bisa merasa sudah berhasil, padahal kenyataannya sebagian besar rakyat masih belum mencapai standar hidup yang bermartabat sesuai dengan tingkat perkembangan ekonomi kita. Tapi memang harus diakui bahwa penerapan standar Bank Dunia sepenuhnya tanpa ada reserve juga tidak sesuai dengan keadaan di lapangan.Keluarga yang berpenghasilan 17 juga sudah lebih dari cukup, apalagi di daerah. Isunya, masalah kemiskinan adalah isu bersama yang terus harus diperangi seterusnya.
Isu terakhir bagi Indonesia ke depan adalah: “Etika dalam Pembangunan sebagai Kompas bagi Masa Depan bangsa. Etika menduduki tempat yang sangat vital dalam pembangunan. Pembangunan yang inklusif dan mempertimbangkan betul dari sisi baik-buruk. Tidak hanya mengejar angka pertumbuhan saja, tetapi juga harus: Memastikan tak ada yang tertinggal, Mengoreksi ketimpangan akses, Dan menjunjung martabat manusia, bukan hanya statistik.
"Etika menuntun kita untuk tidak puas hanya dengan penurunan angka kemiskinan versi nasional, melainkan mendorong kebijakan yang menaikkan standar hidup rata-rata, sehingga selaras dengan kedudukan Indonesia sebagai negara berkembang maju. “The real development is not how fast we progress, but how much we progress together.” (Pembangunan sejati bukanlah tentang seberapa cepat kita maju, tetapi seberapa banyak yang kita ajak maju bersama).
"Isu keadilan jangan sekali-kali dilupakan. Potret pola pembangunan ke depan harus: a) inklusif dalam berkebijakan, b) etis dalam pendekatan, metode dan tindakan, dan c) mengedepankan visi jauh kedepan, berkesinambungan dan berkelanjutan," jelas dia.
Baca Juga
Beri Kuliah Umum di Presuniv, Mendikdasmen Beberkan Pengembangan…
Cyber University Siap Gelar AI Cyber & Fintech Summit 2025!
UMN Al Washliyah Gandeng Indibiz untuk Percepat Transformasi Digital…
GIIAS Educare Caring with Dompet Dhuafa 2025: Dorong Kualitas Pendidikan…
Kisah Audrey, Stick Master Marching Band Mantap Pilih Fakultas Kedokteran…
Industri Hari Ini

Sabtu, 19 Juli 2025 - 00:12 WIB
WAMI Distribusikan Royalti Periode 2, Melly Goeslaw Terima Rp 262 Juta, Sal Priadi Rp 114 Juta
WAMI mendistribusikan royalti periode kedua tahun 2025. Melly Goeslaw terima Rp 262 juta, dan pendatang baru Sal Priadi langsung kantongi Rp 114 juta.

Jumat, 18 Juli 2025 - 23:26 WIB
Nakamichi Luncurkan DVR Canggih ND52 dan ND54, Rekam Setiap Detik Perjalanan Tanpa Terlewat
Nakamichi resmi meluncurkan dashcam pintar ND52 dan ND54 dengan fitur 4K, night vision, dan proteksi 24 jam. Hadir untuk menjawab kebutuhan keamanan dan dokumentasi selama berkendara.

Jumat, 18 Juli 2025 - 23:05 WIB
Kemudahan Akses Tol dan Area Parkir Jadi Fokus GIIAS 2025 di ICE BSD
GIIAS 2025 di ICE BSD siap menyambut pengunjung dengan akses tol yang mudah dan area parkir luas terintegrasi shuttle bus.

Jumat, 18 Juli 2025 - 22:56 WIB
PT Bangkit Lakuliner Indonesia dan PT Ragam Pangan Madani Sepakati Penyelesaian Damai Terkait Perselisihan Usaha
PT Bangkit Lakuliner Indonesia (PT BLI) dan PT Ragam Pangan Madani (PT RPM) memberikan klarifikasi bersama atas isu kerja sama bisnis yang beredar. Perselisihan diselesaikan secara damai tanpa…

Jumat, 18 Juli 2025 - 22:47 WIB
MSIG Life Luncurkan SECURE, Produk Asuransi Pertama di Indonesia yang Berikan Manfaat Pasti untuk Penyakit Kritis dan Tambahan 100% di Akhir Polis
MSIG Life meluncurkan SECURE, asuransi jiwa pertama di Indonesia yang berikan manfaat pasti untuk penyakit kritis, kematian, serta tambahan 100% uang pertanggungan di akhir masa polis.
Komentar Berita