Pemerintah Diminta Tolak Usulan BMAD: Industri Tekstil Terancam, PHK Massal Mengintai
Oleh : Nina Karlita | Senin, 19 Mei 2025 - 10:15 WIB

Industri tekstil dinilai terancam oleh sulan penerapan Bea Masuk Anti Dumping (BMAD) terhadap impor benang filamen sintetis.
INDUSTRY.co.id - Jakarta – Usulan penerapan Bea Masuk Anti Dumping (BMAD) terhadap impor benang filamen sintetis menuai sorotan tajam. Pengamat Politik dan Kebijakan Publik, Fernando Emas, mendesak pemerintah agar menolak usulan Komite Anti Dumping Indonesia (KADI) tersebut.
Menurutnya, kebijakan ini bisa berdampak buruk pada industri tekstil dalam negeri, memicu penutupan pabrik, dan gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) massal.
"Jika BMAD diberlakukan, industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) akan sangat terbebani. Padahal benang filamen seperti POY (Partially Oriented Yarn) adalah bahan baku utama yang vital," ujar Fernando yang juga menjabat sebagai Direktur Eksekutif Rumah Politik Indonesia.
Ia menjelaskan, kebutuhan POY industri tekstil dalam negeri mencapai 257 juta kilogram per tahun. Namun, produksi nasional hanya mampu menyediakan sekitar 141 juta kilogram, meninggalkan kekurangan sebesar 115 juta kilogram yang selama ini ditutupi melalui impor.
Penerapan BMAD yang dikenakan antara 5,12% hingga 42,3% akan semakin menyulitkan pelaku industri memenuhi kebutuhan bahan baku tersebut.
"Dampaknya tidak hanya dirasakan industri besar, tetapi juga UMKM. Ada lebih dari satu juta UMKM dan lebih dari 5.000 perusahaan menengah dan besar yang akan terdampak langsung," ungkapnya.
Fernando memperingatkan, kekurangan bahan baku bisa menyebabkan penurunan produksi, penghentian operasional pabrik, dan ujung-ujungnya PHK. Saat ini, terdapat sekitar 3 juta karyawan yang menggantungkan hidup pada industri TPT. Bila pabrik-pabrik ini tutup, risiko PHK besar-besaran menjadi sangat nyata.
Lebih lanjut, ia menilai bahwa kebijakan ini justru bertentangan dengan komitmen Presiden Prabowo Subianto yang bertekad menjadikan Indonesia sebagai negara industri dan menciptakan 19 juta lapangan kerja.
"Jika pemerintah tetap memaksakan BMAD, akan muncul ketidakpercayaan publik terhadap kepemimpinan Prabowo. Ini juga bisa dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu untuk menjatuhkan citra pemerintah," tegas Fernando.
Dalam data yang disebutkan, lebih dari 50 perusahaan tekstil telah gulung tikar dalam dua tahun terakhir akibat tekanan operasional. Fernando menegaskan bahwa angka ini bisa melonjak drastis jika usulan BMAD disahkan.
"Saya menduga bisa saja ada agenda terselubung dari perusahaan tertentu untuk meraup keuntungan pribadi melalui usulan ini," ujarnya.
Dirinya berharap pemerintah bersikap bijak dan menolak usulan BMAD demi melindungi industri tekstil dalam negeri serta menjaga kestabilan ekonomi dan kepercayaan publik terhadap pemerintahan.
"Dukungan pemerintah terhadap industri tekstil akan menunjukkan komitmen nyata Presiden Prabowo dalam menjaga keberlangsungan dunia usaha dan mencegah PHK massal," pungkasnya.
Baca Juga
Pan Brothers Alokasikan Belanja Modal USD2-3 Juta pada 2025
KAHMI Tekstil Rayon Ngadu ke DPR, Desak Pengesahan RUU Pertekstilan
API Buka Suara Soal Antidumping POY dan DTY: Ganggu Kapasitas Produksi
Kemenperin Kembangkan Sentra IKM Wastra di Pelosok Tanah Air
Coats Indonesia Prioritaskan Kesejahteraan Karyawan Lewat Program…
Industri Hari Ini

Senin, 23 Juni 2025 - 08:04 WIB
Samsung Galaxy S25 Edge Resmi Hadir, Smartphone Tipis Berfitur Kamera 200MP dan Teknologi AI Tercanggih
Galaxy S25 Edge diluncurkan di Indonesia dengan desain 5,8mm super ramping, kamera 200MP, dan fitur Galaxy AI. Cocok untuk vlogger dan pembuat konten modern.

Senin, 23 Juni 2025 - 08:02 WIB
Titik Sekolah Rakyat Ditambah, Kemensos-Kemenaker Kolaborasi Manfaatkan Balai Latihan Kerja
Jakarta – Penyelenggaraan Sekolah Rakyat pada tahun ajaran pertama 2025/2026 akan ditambah tidak hanya di 100 titik. Untuk mendukung hal ini, Kementerian Sosial (Kemensos) berkolaborasi dengan…

Senin, 23 Juni 2025 - 07:50 WIB
Keren! Umumkan Call Name Baru Bank DKI Jadi Bank Jakarta, Gubernur DKI Jakarta: Ini Langkah Strategis Transformasi Menuju Bank yang Kuat, Sehat dan Berkelanjutan
Jakarta— Dalam momentum peringatan Hari Ulang Tahun ke-498 Kota Jakarta, Gubernur Provinsi DKI Jakarta, Pramono Anung, secara resmi mengumumkan perubahan call name Bank DKI menjadi Bank Jakarta,…

Senin, 23 Juni 2025 - 07:36 WIB
Program Loyalty Poin Cashier 2025, BRI Bagikan Hadiah Mobil Listrik hingga Jam Tangan Pintar bagi Merchant
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI terus memperkuat komitmennya dalam mendorong pertumbuhan transaksi non-tunai melalui kanal Electronic Data Capture (EDC) dengan menghadirkan program Loyalty…

Senin, 23 Juni 2025 - 07:27 WIB
Dunia Pasar Modal Menanti Bank DKI Melantai di Bursa, Gubernur Pramono: Kita Siapkan, Bank DKI Jakarta Harus Profesional dan Siap IPO
Jakarta– Saat acara peluncuran rebranding "call name" dan logo baru PT Bank DKI di Taman Literasi Martha Christina Tiahahu, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Minggu (22/6/2025), Gubernur DKI…
Komentar Berita