Gawat! Industri Galvanis Nasional Kritis Akibat Harga Gas PGN Selangit
Oleh : Ridwan | Selasa, 07 Januari 2025 - 14:22 WIB

Ilustrasi industri galvanis
INDUSTRY.co.id -Jakarta – PT Perusahan Gas Negara atau PGN kembali mengeluarkan surat edaran kepada pelaku industri pengguna gas bumi. Surat edaran tersebut dinilai akan membuat industri manufaktur semakin terjepit.
Berdasarkan surat resmi yang diterima Asosiasi Galvanis Indonesia (AGI), PGN menetapkan harga gas regasifikasi seharga USD 16,77 per MMBTU yang mulai berlaku pada tanggal 1 Januari – 31 Maret 2025.
Ketua Umum AGI, Harris Hendraka sangat menyayangkan pengaturan harga gas yang semena-mena oleh sepihak. Menurutnya, kebijakan tersebut sangat membahayakan untuk kelangsungan industri secara keseluruhan.
“Alangkah baiknya karena menyangkut kepentingan banyak pihak, mulai dari pengusaha sampai dengan tenaga kerja, kenaikan harga gas harus didiskusikan dan disetujui oleh semua pemangku kepentingan,” kata Harris kepada INDUSTRY.co.id di Jakarta (7/1).
Dirinya menegaskan bahwa harga gas yang luar biasa tinggi ini justru akan mematikan daya saing, dan pada akhirnya akan mematikan industri galvanizing di Tanah Air.
“Dengan kenaikan semena-mena oleh pihak penyalur, maka industri sebagai tulang punggung ekonomi nasional saya rasa akan sulit untuk mendukung program atau target pemerintahan Presiden Prabowo mencapai pertumbuhan ekonomi 8%,” tegasnya.
Sebelumnya, Ketua Umum Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki), Edy Suyanto menyebut bahwa kebijakan harga gas regasifikasi yang terlalu tinggi sangat merugikan industri nasional, khususnya sektor keramik.
“Dengan adanya kebijakan harga gas regasifikasi tersebut artinya setiap pemekaian gas di atas alokasi gas industri tertentu (AGIT), industri dipaksa harus membayar lebih mahal sekitar 2,5 kali lipat dari ketetapan harga gas bumi tertentu (HGBT) sebesar USD 6,5 per MMBTU,” jelas Edy.
Sementara itu, Ketua Umum Forum Industri Pengguna Gas Bumi (FIPGB), Yustinus Gunawan mengatakan, kebijakan harg gas regasifikasi yang sangat tinggi dapat langsung menjegal pertumbuhan ekonomi nasional di tahun 2025, dan dimulainya pengeroposan manufaktur sebagai fondasi ekonomi menjelang target pertumbuhan ekonomi 8% di tahun 2027.
“PGN selalu berdalih hanya sebagai penyalur. Selangitnya harga gas regasifikasi mengindikasikan atau seakan membuktikan pemerintah tidak berdaulat terhadap ketahanan energi bumi pertiwi, karena tersandera oleh ulah PGN,” tandas Yustinus.
Baca Juga
Menperin Agus Lepas Ekspor Baja Lapis Senilai USD 12,6 Juta ke AS
Hartadinata Abadi (HRTA) Catat Laba Bersih Rp442 Miliar di 2024,…
CT Advance Technology – Tubacex Teken MoU Produksi Baja Tahan Karat…
Kemenperin Dukung Transformasi Industri Bahan Kimia Khusus Semakin…
Melalui Ajang ISSEI 2025, Kemenperin Dukung Transformasi Industri…
Industri Hari Ini

Sabtu, 19 Juli 2025 - 13:10 WIB
Permata Bank x Japan Airlines Travel Fair 2025 Kembali Digelar, Tawarkan Berbagai Promo Liburan ke Jepang
Permata Bank x Japan Airlines Travel Fair 2025 hadir di Lippo Mall Puri pada 17–20 Juli 2025. Tersedia diskon hingga Rp 11,5 juta dan cashback sampai Rp 26,4 juta untuk liburan ke Jepang!

Sabtu, 19 Juli 2025 - 13:09 WIB
Telkomsigma Dorong Pemanfaatan AI Percepat Digitalisasi Bisnis
Telkomsigma, anak perusahaan PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk, yang bergerak di bidang penyedia layanan IT terus mendorong digitalisasi industri secara menyeluruh melalui penyediaan layanan…

Sabtu, 19 Juli 2025 - 12:56 WIB
Prodia Resmi Akuisisi 30% Saham ProSTEM Senilai Rp33 Miliar, Siap Masuki Sektor Bioteknologi dan Terapi Regeneratif
PT Prodia Widyahusada Tbk (PRDA) akuisisi 30% saham ProSTEM senilai Rp33 miliar sebagai langkah strategis memasuki sektor bioteknologi dan terapi regeneratif. Simak dampak dan prospeknya di…

Sabtu, 19 Juli 2025 - 12:41 WIB
Peningkatan Layanan Purna Jual Jadi Fokus Industri Alat Berat di 2025
Dunia industri alat berat di Indonesia terus menunjukkan geliat positif. Dalam beberapa tahun terakhir, kebutuhan akan teknologi yang efisien dan layanan purna jual yang cepat menjadi sorotan…

Sabtu, 19 Juli 2025 - 12:39 WIB
Anemia Mengancam 1 dari 3 Balita Indonesia, Apa Penyebabnya?
Anemia pada balita bisa berdampak buruk pada perkembangan otak dan prestasi akademik. Cari tahu penyebab dan solusi mencegah anemia defisiensi besi sejak dini.
Komentar Berita