Haidar Alwi Dianggap Berhasil Menjaga Muruah Jokowi di Mata Dunia

Oleh : Kormen Barus | Jumat, 03 Januari 2025 - 13:29 WIB

Presiden Jokowi bersama masyarakat di Tebet, Jakarta Selatan, Kamis (22/6). (Foto: Humas/Oji)
Presiden Jokowi bersama masyarakat di Tebet, Jakarta Selatan, Kamis (22/6). (Foto: Humas/Oji)

INDUSTRY.co.id, Jakarta-Pendiri Haidar Alwi Institute (HAI), R Haidar Alwi dianggap telah berhasil menjaga muruah Presiden ke-7 Republik Indonesia, Joko Widodo (Jokowi) di mata dunia.

Hal itu disampaikan oleh Ketua Umum For Bejo (For Belakang Jokowi), Sugeng Budiono. Sebab, OCCRP akhirnya mengakui kelemahan riset mereka karena tidak memiliki bukti atas tuduhan kejahatan terhadap Jokowi.

Menurutnya, pengakuan OCCRP tidak terlepas dari kritik dan pembelaan R Haidar Alwi melalui puluhan media nasional.

"Kami relawan Jokowi For Bejo sangat berterimakasih kepada Bung Haidar Alwi yang telah berhasil menjaga muruah Pak Jokowi di mata dunia. Berkat beliau, OCCRP akhirnya mengakui kelemahan risetnya karena tidak memiliki bukti Pak Jokowi korupsi," kata Sugeng Budiono, Jumat (3/1/2025).

Menurutnya, R Haidar Alwi termasuk sosok yang pertama kali mengkritik riset OCCRP pasca organisasi internasional itu memberikan predikat kepada Jokowi sebagai finalis penjahat terorganisasi dan paling korup di dunia.

Menariknya, kritik dari R Haidar Alwi adalah yang paling substansial di antara banyak pihak yang menyoroti riset OCCRP tentang Jokowi. Sedangkan yang lainnya hanya membela Jokowi tanpa mampu mematahkan tuduhan OCCRP.

"Bung Haidar Alwi ini sangat luar biasa. Beliau mampu mengungkap kelemahan dan keanehan metodologi riset yang dirilis oleh organisasi sekelas OCCRP. Kritiknya berdasar dan sulit untuk dibantah," jelas Sugeng Budiono.

Ia mengingatkan agar rakyat Indonesia senantiasa menjaga muruah Presiden dan mantan Presiden Republik Indonesia. Sebab, menjadi Presiden bukanlah hal mudah. Hanya putra-putri terbaik bangsa yang mampu mengemban amanah tersebut.

"Jangan mau diprovokasi asing melalui tangan-tangan organisasi yang terkesan independen padahal membawa kepentingan pihak tertentu. Perkuat persatuan dan jaga muruah bangsa dan negara termasuk muruah Presiden dan mantan Presiden," pungkas Sugeng Budiono.

Sebelumnya, Organized Crime and Corruption Reporting Project (OCCRP) merilis daftar finalis pemimpin yang terlibat dalam kejahatan terorganisasi dan paling korup di dunia pada Selasa, 31 Desember 2024.

Dari sejumlah nama yang dirilis, Jokowi menjadi salah satu dari lima finalis dengan suara terbanyak tahun ini. Nama-nama yang masuk nominasi dan perolehan suara diusulkan serta berasal dari para pembaca, jurnalis, dewan juri, dan pihak lain dalam jaringan global OCCRP.

Menanggapi hal itu, Pendiri Haidar Alwi Institute (HAI), R Haidar Alwi, mengatakan bahwa segala bentuk tindak kejahatan tidak dapat dibuktikan dengan polling atau jajak pendapat.

"Pembuktian kejahatan atau pelanggaran hukum adalah melalui persidangan di pengadilan. Bukan melalui polling atau jajak pendapat," tegas R Haidar Alwi, Rabu (1/1/2025).

Menurutnya, hingga saat ini tidak ada satu pun putusan pengadilan yang memvonis Jokowi bersalah telah melakukan tindak pidana korupsi. Tuduhan kejahatan terorganisasi dalam pilpres untuk memenangkan salah satu paslon juga tidak terbukti di Mahkamah Konstitusi (MK).

"Jika metodologinya benar, seharusnya dewan juri OCCRP tidak meloloskan usulan nama Jokowi. Sebab, bagaimana bisa memasukkan nama seseorang ke dalam daftar tersebut sementara tidak ada satu pun putusan pengadilan yang memvonisnya bersalah atas kejahatan yang dituduhkan? Jelas sekali ini merupakan suatu kesalahan yang nyata," ungkap R Haidar Alwi.

Oleh karena itu, predikat yang disematkan OCCRP terhadap Jokowi hanyalah usulan yang tidak berdasar dari para pemegang hak suara dalam polling atau jajak pendapat. Akibatnya, dapat merusak reputasi dan nama baik Jokowi di mata masyarakat Indonesia bahkan dunia.

"OCCRP harus meralat rilisnya dan meminta maaf kepada Jokowi. Jika tidak, OCCRP yang berisi para jurnalis investigasi sama saja dengan mencoreng kredibilitasnya sendiri," tutur R Haidar Alwi.

Selain itu, yang menjadi perhatian adalah tidak masuknya nama Benjamin Netanyahu, Perdana Menteri Israel, dalam daftar tersebut. Netanyahu selama ini sering dikaitkan dengan berbagai tindakan kejahatan kemanusiaan, terutama terkait kebijakannya terhadap Palestina. Ia juga menghadapi sejumlah dakwaan pidana, termasuk kasus penipuan, penyalahgunaan kekuasaan, dan korupsi dalam pengadilan domestik Israel.

"Netanyahu yang sudah diperintahkan untuk ditangkap oleh Pengadilan Kriminal Internasional justru luput dari riset OCCRP. Sedangkan Jokowi yang tanpa vonis kejahatan malah masuk. Ini semakin menunjukkan kelemahan OCCRP dalam melakukan risetnya. Dari kelemahan-kelemahan yang ada, masyarakat bisa menilai apakah riset OCCRP layak dipercaya atau tidak," pungkas R Haidar Alwi.

           

Komentar Berita

Industri Hari Ini

Ilustrasi Truk pengangkut galon

Jumat, 17 Januari 2025 - 18:04 WIB

Sinar Matahari Langsung Tingkatkan Peluruhan BPA dari Galon ke Air Minum

Jakarta – Truk pengangkut galon guna ulang dalam bak terbuka dan terpapar sinar matahari langsung seringkali menjadi pemandangan sehari-hari. Dengan suhu udara yang mencapai puncak di siang…

ilustrasi Bitcoin

Jumat, 17 Januari 2025 - 18:03 WIB

Begini Perbedaan Uang Digital dengan Bitcoin

Transaksi keuangan memasuki era digital telah bertransformasi signifikan dengan munculnya uang digital yang berbentuk saldo bank hingga e-wallet atau dompet digital terkemuka yang sering kita…

Brigjen Pol. Drs. Mashudi, Direktur Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Imigrasi dan Pemasyarakatan (Kemenimipas) bersama kaum ibu

Jumat, 17 Januari 2025 - 17:57 WIB

Dirjenpas Menyapa Ibu-Ibu PIPAS Rutan Kelas I Surabaya

Brigjen Pol. Drs. Mashudi, Direktur Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Imigrasi dan Pemasyarakatan (Kemenimipas), menyempatkan diri untuk menyapa ibu-ibu anggota PIPAS (Paguyuban Ibu-Ibu Pemasyarakatan)…

Peluncuran Token IDDB

Jumat, 17 Januari 2025 - 17:42 WIB

PT Sejahtera Bersama Nano Resmi Meluncurkan Token IDDB

PT Sejahtera Bersama Nano (SBN) dengan token IDDB resmi menjadi proyek tokenisasi obligasi negara pertama di Indonesia yang telah tercatat sebagai peserta resmi dalam sandbox OJK.

Petani Kopi binaan BRI

Jumat, 17 Januari 2025 - 17:32 WIB

Terdepan dalam Praktik Sustainable Finance, BRI Menjadi Satu-Satunya BUMN Penerbit Obligasi Hijau di Tahun 2024

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BRI) kembali menegaskan komitmennya dalam menerapkan praktik sustainable finance melalui penerbitan obligasi hijau. Langkah ini menjadikan BRI sebagai…