Dunia Menuju Krisis Baru, Ekonom: Fundamental Indonesia Harus Kuat!
Oleh : Wiyanto | Kamis, 01 Desember 2022 - 12:36 WIB

Bahana TCW berkomitmen untuk dapat memberikan yang terbaik
INDUSTRY.co.id-Jakarta - Tahun 2023 diramalkan banyak pihak akan menjadi tahun dengan kondisi ekonomi global yang semakin bergejolak. Selain ancaman resesi, tingginya inflasi, hingga pengetatan likuiditas semakin memojokkan ekonomi banyak negara menuju pelemahan.
Dalam kondisi terburuk, Bank Dunia bahkan meramal perekonomian global akan menyusut hingga 1,9% poin menjadi 0,5% pada 2023. Di sisi lain, Bank Indonesia (BI) juga menyatakan bahwa melambatnya ekonomi global terutama akan terjadi di Amerika Serikat (AS) dan Eropa.
Bahkan, probabilitas terjadinya resesi di AS sudah mendekati 60 persen, demikian juga di Eropa. Pemicu utama dari kondisi ekonomi AS dan Eropa adalah tingginya harga energi dan bahan makanan, serta kebijakan moneter yang diambil akan semakin ketat.
Dibanding dengan krisis-krisis ekonomi sebelumnya, seperti yang terjadi pada 1998 dan 2008, durasi, sebaran dan keparahan krisis ekonomi 2023 berisiko lebih lama dan akut. Hal ini didorong oleh konflik geo-politik multi polar dan polemik kebijakan moneter paska pandemi yang lebih membutuhkan kerjasama internasional terutama antar negara yang berseteru.
"Kami mengkhawatirkan saat ini sebetulnya, dunia mengarah pada suatu krisis baru. Krisisnya nanti apakah sebaran, kemudian kedalaman atau keparahan, dan durasi, kemungkinan besar ini lebih luas, lebih dalam dan lebih lama," kata Kepala Ekonom PT Bahana TCW Investment Management Budi Hikmat, di Jakarta, Rabu (30/11/2022).
Menurut Budi, pertumbuhan ekonomi telah kehilangan momentum akibat covid yang kemudian diperparah perang Rusia-Ukraina serta perang dagang AS – China yang meningkatkan risiko utang negara miskin dan potensi krisis pangan di sejumlah kawasan. Pengaruh berbagai cost-push factors paska pandemi yang pelik terutama terkait upah, gangguan rantai pasok, lonjakan biaya energi dan pangan mempersulit upaya bank sentral mengendalikan inflasi. Kebijakan pengetatan lanjutan berisiko memicu stagflasi global.
"Capital market sudah mengantisipasi ya. Jadi seperti bursa di Amerika itu sempat anjlok 20 persen lebih. Demikian juga di pasar obligasi sudah naik bahkan melewati inflasi, namun imbal hasil jangka panjang tidak sepesat yang jangka pendek," kata dia.
Budi menlanjuutkan, perekonomian Indonesia diharapkan dapat bertahan di tengah terpaan badai resesi global dengan ditunjang fundamental kuat. Perekonomian domestik secara umum masih menunjukkan ketahanan dengan ditopang peningkatan permintaan domestik, investasi yang terjaga, dan berlanjutnya kinerja positif ekspor meskipun mulai menunjukkan indikasi pelemahan temporer di September 2022.
"Ini harus dijawab, benarkah fundamental Indonesia kuat?" kata dia.
Dia menambahkan, untuk Purchasing Manufactur Index (PMI) Indonesia meneruskan akselerasi di tengah kontraksi dan pelemahan manufaktur di negara-negara besar, seperti Eropa, Tiongkok, dan Korea Selatan. Selain memanfaatkan kenaikan berbagai income commodity (seperti batu bara, nickel, CPO dan karet) yang lebih gegas ketimbang cost commodity (khususnya minyak mentah), program hilirasi sektor minerba memperkuat fundamental perekonomian.
Menurut Budi, tidak hanya surplus neraca berjalan, tetapi juga peningkatan penerimaan pajak yang penting untuk meredam dampak kenaikan harga bahan bakar untuk tidak langsung ditanggung oleh masyarakat yang belum lama menghadapi pandemi. Program re-industrialisasi juga lebih menjanjikan dalam penciptaan kesempatan kerja terampil untuk menaikan pendapatan dan kesejateraan.
"Apa yang terjadi di Inggris itu bisa dijadikan acuan. Bahwa yang krisis berat itu apabila growing old before growing rich 2030," kata dia.
Penerapan “productivity-driven growth” yang lebih luas merupakan perubahan paradigma “From Financing to Paying Growth” yang tercermin pada surplus neraca berjalan dan tingkat industrialisasi. Budi menilai perubahan paradigma di atas mendesak dibudayakan pada level masyarakat melalui transforming from saving to investing society agar memiliki cadangan untuk masa tua.
"Kita cukup yakin, namun ada baiknya kita fokus bukan di resesi ya, tapi di krisis. Jadi krisisnya tuir sebelum tajir," kata Budi.
Sementara itu, Direktur PT Bahana TCW Investment Management Danica Adhitama mengatakan, PT Bahana TCW Investment Management (Bahana TCW) sebagai perusahaan manajemen investasi terkemuka dan anak usaha dari Holding BUMN Asuransi dan Penjaminan (Indonesia Financial Group - IFG) berkomitmen untuk terus menghadirkan produk investasi yang dapat menjawab tantangan ekonomi 2023. Berbekal pengalaman profesional puluhan tahun dan komitmen kuat untuk mengutamakan tata kelola (good governance) yang telah diapresiasi banyak pihak di dalam dan di luar negeri serta ditopang oleh talenta sumber daya manusia, Bahana TCW siap membantu masyarakat berinvestasi melalui berbagai asset class dan instrument.
Dengan melibatkan comprehensive assessment atas sebuah emiten yang akan menjadi underlying sebuah produk investasi serta dengan melibatkan penggunaan teknologi informasi untuk memastikan emiten yang bersangkutan memiliki going concern dan fundamental yang kuat sehingga dapat menodorong produk Reksa Dana dapat memberikan tingkat pengembalian investasi yang optimal.
"Memang banyak sekali kebijakan baru yang dikeluarkan oleh regulator pasar modal khususnya, yang justru semakin memperketat gerakan perilaku pasar industri," kata Danica.
Selain itu, menurut Danica, kondisi pasar global juga turut mempengaruhi sikap da perilaku investor. Hal itu bisa dilihat dampaknya dari tren aset industri reksadana pada 2022 mengalami penurunan secara agregat.
"Tapi sebelumnya kalau kita lihat ke depannya itu ada potensi investasi yang cukup besar," kata dia.
Kares, untuk menghadapi 2023, strategi Bahana TCW agar produk-produk investasi tetap dapat memberikan imbal hasil yang optimal adalah dengan memperkuat penerapan manajemen risiko. Selain itu polemik kebijakan paska covid 19 dan memanasnya konflik geopolitik, Bahana TCW melihat perlunya penerapan manajemen risiko yang jauh lebih baik dari sebelumnya. Bahana TCW menggunakan kombinasi analisa top-down dengan bottom-up sehingga memungkinkan untuk mendapatkan imbal hasil yang optimal dengan pengelolaan risiko portfolio yang terukur.
"Managemen risiko ini kalau kita ibaratkan seperti kaca spion mobil ya. Jadi kalau manager investasi itu perannya sebagai driver atau supir," kata dia.
Bahana TCW, lanjut Danica, memiliki line up produk yang dapat menjawab tantangan ketidakpastian ekonomi di 2023. Selain itu, Bahana TCW melihat kelas asset obligasi dapat memberikan imbal hasil yang menarik pada tahun 2023. Sejalan dengan itu, produk existing Bahana TCW yang juga menjadi flagship fund adalah Asian Bond Fund yang merupakan reksadana index yang mengacu pada “IBOXX ABF Indonesia Index” dimana hal tersebut memungkinkan investor untuk dapat membeli seri flagship obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah Indonesia. Bahana TCW menilai produk ini dapat memberikan imbal hasil yang optimal pada tahun 2023 sejalan dengan analisa pasar obligasi.
Namun, perlunya diversifikasi investasi menghadapi ketidakpastian ekonomi mutlak diperlukan untuk menjaga imbal hasil investasi tetap optimal. Apalagi, di tengah gejolak ekonomi yang semakin penuh ketidakpastian, terutama terkait nilai tukar Rupiah yang sejak awal tahun (year to date/ytd) hingga awal November 2022 telah melemah sebesar 9,65 persen terhadap Dollar AS, Reksa Dana Pasar Uang dapat menjadi alternatif investasi.
Salah satu produk Reksa Dana Pasar Uang besutan Bahana TCW yang tetap mencatatkan kinerja optimal adalah Reksadana Bahana Liquid USD. Selama 1 tahun terakhir produk ini berhasil mencetak tingkat return sebesar 0,34 persen. Dengan tren suku buna deposito perbankan yang menunjukkan kenaikan, maka dalam satu tahun ke depan, BLU berpotensi untuk dapat mencetak tingkat return sebesar 1 – 1,30 persen per annum (p.a).
Sementara itu, Presiden Direktur PT Bahana TCW Investment Management, Rukmi Proborini mengatakan, Bahana TCW berkomitmen untuk dapat memberikan yang terbaik termasuk dalam upaya untuk terus menghadirkan produk investasi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan dapat menjawab segala tantangan yang ada. Selama 2022, Bahana TCW telah meluncurkan enam produk investasi dengan menggandeng sejumlah mitra, diantaranya Reksa Dana Bahana Gebyar Dana Likuid (BGDL) dengan menggandeng Bank BCA, Bahana Himaya Likuid Syariah dengan Bank BSI, serta Bahana Global Healthcare Sharia Equity USD Fund dengan Bank DBS Indonesia dan Bank Standard Chartered Indonesia.
Sementara pada tahun 2021, Bahana TCW telah meluncurkan 18 produk investasi. Dalam hal distribusi produk, Bahana TCW telah berkolaborasi dengan kurang lebih 15 bank, 16 institusi non-bank dan 20 agen penyalur lainnya. "Dalam pengembangannya dan pengelolaan produk investasi, kami selalu menitikberatkan pada risk culture yang ketat dan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance/GCG)," kata Rukmi.
Menurut Rukmi, pengembangan produk investasi secara prudent dengan didukung jaringan distribusi yang luas meningkatkan kepercayaan investor untuk menempatkan investasinya pada produk investasi Bahana TCW. Terbukti, hingga Oktober 2022, Bahana TCW membukukan AUM lebih dari Rp. 48 triliun. Besarnya AUM ini menempatkan Bahana TCW pada posisi kedua dalam jajaran manajer investasi dengan dana kelolaan reksadana terbesar (asset under management/AUM) di Indonesia.
Rukmi menambahkan, atas pencapaian tersebut, Bahana TCW mendapat banyak sekali apresiasi dalam bentuk award. Pada tahun 2022, Bahana TCW kembali memperoleh predikat “Best Overall Asset & Fund Manager in Indonesia” selama 8 tahun berturut-turut dalam ajang internasional Alpha Southeast Asia Awards sejak 2015 hingga 2022. Best Fund Manager for Pension Mandates & Private Retirement Schemes by Alpha Southeast Asia Awards 2022, Best Asset Manager (Money Market Funds) by Alpha Southeast Asia Awards 2022. Kemudian untuk Bahana Sukuk Syariah berhasil meraih Best Fund over 5 Years Bond IDR by Refinitiv Lipper Fund Awards 2022 Winner Global Islamic.
"Ke depan Bahana TCW merespons hal-hal tersebut di atas dengan berpanduan pada BTIM Survival kits sebagai bentuk kesiapan dan sikap agility terhadap perubahan yang akan datang," kata dia.
Dia juga menyampaikan 4 pilar utama dalam BTIM Survival Kits. Keempat pilar tersebut di antaranya, pertama Crisis Management, yaitu dengan menyiapkan integrated solution pada semua tatanan dalam organisasi yang meliputi investment capabilities, client maintenance, operation dan risk management.
Kedua, Product Innovation dan product placement sebagai bentuk adaptabilitas perusahaan dalam menghadapi perubahan. Ketiga, AUM extention strategy yang berfokus tidak hanya pada channel distribusi tetapi juga road map yang jelas atas kebutuhan investor.
"Terakhir Digital segment yang tidak hanya mementingkan volume penjualan namun juga internal proses yang pruden," kata dia.
Baca Juga
Ini 3 Hal Administratif Legal yang Sering Diabaikan dalam Merintis…
President University Dukung Program Indonesia On-Chain
Apresiasi Penyelenggaraan IFSE Ke-5, PINTU Terus Berkolaborasi untuk…
Global Sources Electronics Indonesia (GSEI) 2023 Segera Digelar
Bitcoin, Inovasi Penting bagi Dunia Finansial
Industri Hari Ini

Jumat, 01 Desember 2023 - 21:03 WIB
Regenerasi SDM Perkebunan Sawit Rakyat Harus Dapat Perhatian Serius
Peningkatan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) di bidang kelapa sawit harus benar-benar serius. SDM perkebunan sawit rakyat mandiri perlu mendapat perhatian yang serius.

Jumat, 01 Desember 2023 - 20:35 WIB
Jadi Official Logistic Partner IBT 2023, J&T Cargo Bakal Berikan Solusi dan Jasa Terbaik
J&T Cargo, salah satu perusahaan logistik spesialisasi barang besar di Indonesia, telah diumumkan sebagai Official Logistic Partner untuk event Indonesia Building Technology (IBT) 2023 yang…

Jumat, 01 Desember 2023 - 19:56 WIB
Jadi Penyakit Berbahaya, Perpusnas Gelar Webinar Kesehatan Bahas Hipertensi dan Stroke
Gejala hipertensi bisa dilihat dari gejalanya, seperti sakit kepala, jantung berdebar, pandangan kabur, kecemasan, dan mudah lelah. Sementara stroke adalah kondisi defisit neurologic fokal dan…

Jumat, 01 Desember 2023 - 19:54 WIB
ID FOOD Gelar Rangkaian Program Peningkatan Pendidikan, Lingkungan, UMKM, dan Kualitas Asupan Gizi bagi Masyarakat
Cianjur – Pemerintah terus mendorong penguatan sektor pendidikan, lingkungan, UMKM, dan ketahanan pangan, di antaranya melalui berbagai program sosial kemasyarakatan yang dijalankan BUMN.…

Jumat, 01 Desember 2023 - 19:14 WIB
Indocement Selesaikan Proses Akuisisi Semen Grobogan
Jakarta-Pada Kamis, 30 November 2023, Indocement dan PT Dian Abadi Perkasa, salah satu entitas anak yang seluruh sahamnya dimiliki oleh Indocement, telah menyelesaikan pengambilalihan seluruh…
Komentar Berita