ENGIE Gandeg Electric Vine Industries Sediakan Energi Kepada 3000 Desa di Papua

Oleh : Hariyanto | Jumat, 02 Juni 2017 - 13:49 WIB

INDUSTRY.co.id , Jakarta – Salah satu pemimpin energi dunia, ENGIE menandatangani perjanjian kemitraan usaha dengan Electric Vine Industries (EVI) yang merupakan pengembang jaringan mikro swasta yang berkomitmen untuk menyediakan akses energi dan meningkatkan peluang untuk menghasilkan pendapatan kepada rumah tangga yang tidak dialiri listrik di seluruh Asia Tenggara.

Kolaborasi ini bertujuan untuk mengembangkan, mendanai, membangun, mengoperasikan dan mengelola jaringan mikro fotovoltaik cerdas guna melayani sekitar 2.5 juta penduduk di seluruh Propinsi Papua dengan menyediakan listrik terbarukan selama 24 jam per-hari 7 hari seminggu untuk 3.000 desa selama periode 20 tahun.

Guna memudahkan pengguna layanan, pembayaran dapat dilakukan melalui telepon genggam. Total investasi untuk proyek ini diperkirakan mencapai 240 juta Dollar AS selama lima tahun ke depan.

Wakil Presiden Eksekutif ENGIE Group Didier Holleaux menuturkan, proyek ini sangat sesuai dengan strategi dan visi ENGIE Group.

"Kami ingin menjadi pelopor di dunia energi baru melalui upaya inovasi bersama dan kemitraan, merancang dan mengembangkan model energi baru yang telah ter- dekarbonisasi, ter-digitalisasi, dan ter-desentralisasi guna meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat serta mendukung peluang pertumbuhan bagi bisnis dan komunitas sekitar," ujarnya melalui keteranga resmi kepada INDUSTRY.co.id, Jumat (2/6/2017).

Sementara Co-Founder dan CEO Electric Vine Industries Bryse Gaboury mengatakan, kemitraan tersebut merupakan langkah yang sangat besar untuk EVI, khususnya terkait upaya penyediakan listrik bagi daerah-daerah terpencil di Indonesia.

"Saat ini kami didukung oleh ENGIE, yang merupakan produsen listrik independen terbesar di dunia, kami sangat antusias dengan dukungan tersebut khususnya terkait mewujudkan proyek ini," ungkap Bryse Gaboury.

sejak Maret 2015, EVI telah mengoperasikan jaringan mikro percontohan di Papua dan berhasil menyediakan listrik 24 jam per hari selama 7 hari seminggu kepada 250 orang masyarakat.

Proyek ini mendapatkan dukungan penuh dari pemerintah daerah terkait pelaksanaan proyek yang diatur oleh Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 38 Tahun 2016 mengenai

“Percepatan Elektrifikasi di Pedesaan Belum Berkembang, Terpencil, Perbatasan dan Pulau Kecil Berpenduduk melalui Pelaksanaan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik Skala Kecil,” ungkapnya.

Papua memiliki rasio elektrifikasi terendah bila dibandingkan dengan propinsi lain di Indonesia. Proyek kemitraan ini menujukkan komitmen ENGIE dalam berkontribusi pada pembangunan ekonomi Indonesia melalui akses energi berkelanjutan dan elektrifikasi pedesaan.

Saat ini ENGIE juga telah memulai pembangunan pembangkit listrik tenaga panas bumi suhu tinggi di Muara Laboh, yang merupakan proyek terbarukan ENGIE Group pertama di Indonesia dan juga pertama di dunia.