Kurangi Ketergantungan Impor LPG, Bomba Grup Tekan MoU Dengan Pertamina Terkait Gasifikasi Batu Bara

Oleh : kormen barus | Senin, 07 Desember 2020 - 19:38 WIB

INDUSTRY.co.id, Jakarta- Bomba Grup melalui anak perusahaannya PT. Berkah Bomba Energi, melakukan penandatangan nota kesepahaman kerjasama strategis gasifikasi batu bara menjadi produk DME (Dimethyl Ether) dengan PT Pertamina. Hal ini untuk pengembangan Gasifikasi coal menjadi DME/LPG sekaligus mengurangi ketergantungan import LPG.

Nota kesepahaman gasfikasi batubara ini dilaksankan dalam bentuk zoom meeting, dihadiri oleh Direktur Pertamina, Nicke Widyawati beserta jajarannya, direksi PT Berkah Bomba Energi beserta jajarannya, dan direksi Indika Energi dan Adaro yang disaksian oleh Dirjen Minerba Kementerian ESDM, Ridwan Djamaluddin.

“Kami menyambut baik langkah PT Pertamina yang menggandeng para perusahaan pemilik tambang Batubara dalam upaya pengembangan gasfikasi coal menjadi DME/LPG,” kara CEO PT Berkah Bomba Energi, Todotua Pasaribu usai melakukan zoom meeting, Senin (7/12).

PT Berkah Bomba Energi kata Todo sangat mendukung apalagi ini untuk mengurangi ketergantungan import LPG dan juga menjaga ketahanan enegeri melalui pengembangan diversifikasi bisnis energi. “Kami sangat berkomitmen untuk pengembangan ini, apalagi niat baik kami untuk memajukan daerah Sumatera Selatan,” tegas Todotua.

Diketahui Bomba Grup adalah perushaan yang memiliki unit usaha coal, plantation, power plan, property yang fokus di wilayah Sumatera Selatan. Menurut Todo Berkah Bomba Energi siap memberikan yang terbaik. “Untuk bangsa dan negera, kami siap memberikan yang terbaik,” tandasnya.

 Dalam sambutannya, Direktur Utama PT Pertamina, Nicke Widyawati menjelaskan, program gasifikasi batubara merupakan upaya perusahaan untuk mengembangkan energi alternatif dengan bahan baku yang banyak terdapat di Indonesia sekaligus mengurangi impor LPG. Namun Ia menekankan pentingnya penerapan teknologi yang tepat dalam program ini sehingga dapat mengurangi dampak lingkungan yang dikhawatirkan dari penggunaan batubara.

“Program pengurangan impor BBM dan LPG ini sejalan dengan strategi Pertamina ke depan untuk mengoptimalkan sumber daya alam sebagai bahan baku energi sehingga dapat mengurangi impor dan defisit neraca perdagangan. Dengan banyaknya sumber daya yang dimiliki Indonesia dan teknologi yang tepat, maka isu lingkungan dapat dibuktikan. Bahwa program gasifikasi batubara menjadi DME menggantikan LPG tidak akan menjadi isu lingkungan di Indonesia. Pemilihan teknologi menjadi kunci,” kata Nicke.

Ia pun menyampaikan, program ini perlu didukung oleh kepastian regulasi ke depannya sehingga menjadi stimulus untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, industri dan menciptakan lapangan kerja di Indonesia.

Kerjasama ini pun diapresiasi oleh Dirjen Mineral dan Batubara Kementerian ESDM Ridwan Djamaluddin. Menurutnya, kerja sama ini sangat strategis mengingat Indonesia memiliki cukup banyak potensi batubara berkalori rendah.

“Atas nama ESDM, kami menyampaikan apresiasi sebesar-besarnya karena program ini akan menjadi keunggulan kompetitif kita. Dengan gasifikasi batubara, maka bisa menjadi subtitusi impor. Dan kita juga berusaha menarik investasi lebih banyak, sehingga dapat mendatangkan multiplier effect,” kata Ridwan.