Ketum Kadin Rosan Minta Pemerintah Jaga Tiga Demand Agregat: Konsumsi, Investasi dan Ekspor

Oleh : Ridwan | Kamis, 10 September 2020 - 19:02 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia mendukung pemerintah untuk melakukan akselarasi pertumbuhan ekonomi nasional yang diharapkan membaik di tahun 2021. 

Kadin menilai, hal ini dapat terjadi apabila Indonesia mampu membenahi secara fundamental, melakukan transformasi besar dan menjalankan strategi besar di bidang ekonomi.

Menurut Ketua Umum Kadin Indonesia, Rosan P. Roeslani untuk mewujudkannya diperlukan upaya-upaya maksimal dalam menyelesaikan tantangan yang dihadapi, seperti diantaranya adalah menjaga deman agregat dan supply agregat secara bersamaan. 

Ia pun menyebut, tiga faktor demand agregat yang utama adalah konsumsi, investasi dan ekspor.

Kalau sektor-sektor ini bisa diatasi, maka akan bisa memberikan kontribusi besar pada perbaikan ekosistem yang jauh lebih baik dalam peta geoekonomi kita yang pada gilirannya akan berdampak positif bagi perkembangan ekonomi nasional," ungkap Rosan dalam Pembukaan Rakornas Kadin Bidang Perindustrian, Perdagangan dan Hubungan Internasional yang dihelat secara virtual, Kamis (10/9/2020).

Seperti diketahui sebelumnya, Indonesia memprediksi ekonomi akan bisa tumbuh antara 4,5 - 5,5% di tahun 2021 dengan asumsi utama ekonomi global pulih dan vaksin covid-19 sudah diproduksi secara massal. 

Kadin menilai, target capaian itu akan bergantung pada capaian kinerja pada kuartal-III dan IV tahun 2020 yang diharapkan berangsur membaik hingga akhir tahun. Predikisi ini diperkuat dengan proyeksi yang dikeluarkan IMF bahwa ekonomi 2021 negara maju akan tumbuh 4,8%, dan negara berkembang akan tumbuh 5,9% sehingga ekonomi global akan mampu tumbuh 5,4%.

Kadin, lanjut Rosan, memandang postur RAPBN 2021 sebagai wajah kekuatan pemerintah yang paling optimal untuk memberikan stimulus bagi pemulihan dan pertumbuhan ekonomi nasional, meskipun bukan satu-satunya instrumen pengungkit yang utama karena kontribusinya baru berkisar 9-10% terhadap PDB. 

Meski demikian, APBN tetap harus dinilai sebagai instrumen kebijakan fiskal yang diupayakan dapat berfungsi secara optimal untuk memulihkan perekonomian, sepanjang progamnya dapat dieksekusi dengan tata kelola yang baik dan tepat sasaran. 

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo awal bulan September telah mendesak seluruh Gubernur, Bupati, dan Wali Kota untuk mempercepat penyerapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). 

Desakan ini khususnya menyangkut belanja barang, belanja modal, dan belanja bantuan sosial (bansos). Pasalnya, per tanggal 27 Agustus penyerapan belanja dalam APBD provinsi secara rata-rata nasional baru 44 persen sedangkan penyerapan belanja APBD kabupaten/kota baru mencapai 48,8 persen.

"Kami menyambut positif desakan Presiden kepada para kepala daerah karena dapat menjadi peluang bagi para pelaku usaha untuk turut mengambil peran dalam pemulihan ekonomi nasional mengakselerasi pemulihan ekonomi. Saya berharap Kadin Indonesia mampu menjadi lokomotif sehingga dapat segera terjadi peningkatan konsumsi di masyarakat dan juga investasi untuk pemulihan ekonomi," kata Rosan.

Dia pun menegaskan, selain dari anggaran belanja pemerintah, tingkat konsumsi, investasi dan ekspor juga akan sangat berperan dalam pemulihan ekonomi dan besar kontribusinya terhadap PDB.

Rosan memaparkan, persoalan konsumsi berarti terkait dengan daya beli masyarakat menjadi faktor kunci, dan inflasi yang stabil sangat diperlukan untuk mendorong konsumsi nasional. 

Menurutnya, investasi juga menjadi faktor penting dalam masa-masa pemulihan ekonomi yang diharapkan dapat mendongkrak pertumbuhan, tapi syaratnya harus diintermediasi dengan suku bunga rendah. 

"Terkait ekspor, tidak bisa dikontrol oleh kita begitu pula investasi. Permintaan ekspor barang dan jasa sangat tergantung pada kondisi perekonomian semua negara mitra dagang," kata Rosan.

Menurut Rosan, perbaikan perekonomian dunia akan berlangsung jika ditopang oleh peningkatan global demand yang terindikasi pada peningkatan PMI dan indeks produksi. 

"Dengan adanya perbaikan permintaan global akan mendorong aktivitas perdagangan dunia, yang berarti rantai pasokan global yang selama ini mengalami gangguan pun akan kembali pulih," tutup Rosan.